Warok

tokoh masyarakat dan tokoh seni di Ponorogo
Revisi sejak 22 Maret 2007 11.47 oleh Hayabusa future (bicara | kontrib) ({{rapikan}})

Pengertian dan sosok warok hingga saat ini masih menjadi kontroversi, siapakah yang sebenarny pantas disebut warok. Kadang ia diterjemahkan sebagai sosok yang dikenal sebagai seseorang yang “menguasai ilmu” (ngelmu) dalam pengertian Kejawen. Ia juga sering berperan sebagai pemimpin local informal dengan banyak pengikut. Dalam pentas, sosok warog lebih terlihat sebagai pengawal (punggawa) raja Klana Sewandana ( warok muda) atau sesepuh dan guru (warok tua). Dalam pentas, sosok warok muda digambarkan tengah berlatih mengolah ilmu kanuragan, digambarkan berbadan gempal dengan bulu dada, kumis dan jambanglebat serta mata yang tajam. Sementara warok tua digambarkan sebagai pelatih atau pengawas warok muda yang digambarkan berbadan kurus, berjanggut putih panjang, dan berjalan dengan bantuan tongkat.

SUMBER : Reog Ponorogo; Menari Diantara Dominasi dan Keragaman, LL Simatupang, Kepel Press

Pada awalnya warok digambarkan sebagai sosok pengolah kanuragan yang demi pencapaiannya ilmunya, tidak berhubungan dengan wanita, melainkan dengan bocah lelaki berumur 8-15 tahun yang acapkali disebut gemblakan. Seringkali para warok juga mengkonsumsi minuman keras. Namun saat ini warok telah mengalami perubahan paradigma.