Museum Goedang Ransoem
Museum Gudang Ransoem adalah salah satu museum di Indonesia yang terletak di Jalan Abdul Rahman Hakim, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Museum ini berada sekitar 94 kilometer atau dua jam perjalanan dengan kendaraan dari Kota Padang.
Museum Goedang Ransoem merupakan bekas dapur umum yang dibangun pada 1918 sewaktu penjajahan Belanda. Dapur umum ini dilengkapi dua buah gudang besar dan steam generator (tungku pembakaran) untuk memasak 3.900 kg beras setiap hari bagi para pekerja tambang batu bara.[1]
Harga tiket masuk museum ini adalah Rp4.000 untuk dewasa, dan Rp2.000 untuk anak-anak. Jam aktif kunjungan museum ini adalah pada Selasa hingga Jumat 07.30–16.30, Sabtu dan Minggu 09.00–16.00.
Sejarah
Kota Sawahlunto dulunya dikenal sebagai penghasil batu bara terbesar di Nusantara. Dari kota inilah pemerintah Hindia-Belanda meraup keuntungan amat besar dari batu bara tersebut.[2] Museum Gudang Ransoem sendiri menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pertambangan di Sawahlunto. Pada awalnya, gedung ini adalah kawasan dapur umum bagi pekerja tambang yang dibangun tahun 1881. Tempat ini memiliki dua buah gudang besar dan tungku pembakaran (steam generator). Bahan bakar memasaknya saat itu menggunakan sistem uap; tepat di bawah ruang masak terdapat ruang bawah tanah dengan pipa cerobong yang mengalirkan uap panas untuk 20 tungku. Uap panas ini berasal dari air panas yang direbus dengan menggunakan boiler di atas perbukitan yang dialirkan uapnya ke dapur. Dengan mempekerjakan sekitar 100 orang karyawan, tempat ini setiap harinya memasak lebih dari 65 pikul nasi atau setara 3.900 kilogram nasi untuk pekerja tambang batu bara (orang rantai), keluarga pekerja tambang (orang kawalan), dan pasien rumah sakit. Menu makanannya saat itu adalah nasi, daging, ikan asin, telur asin, sawi putih dan hijau, serta kol. Makanan tersebut diberikan pada siang dan malam hari. Untuk sarapannya pukul 10 pagi berupa lapek-lapek, dibuat dari beras ketan merah dibubuhi kelapa serta gula merah dan dibungkus daun pisang. Untuk minumannya adalah teh. Pada masa saat itu, menu makanan tersebut terbilang cukup baik mengingat pemerintah Hindia-Belanda berkepentingan agar pekerja tambang (pekerja kontrak dan pekerja paksa orang rantai) dapat produktif sehingga menghasilkan keuntungan besar untuk pemerintah. Saat ini Anda dapat melihat replika bentuk makanan tersebut di museum ini.[3]
Gedung Museum Goedang Ransoem sempat menjadi tempat aktivitas memasak untuk tentara dalam skala besar pada masa pendudukan Jepang hingga Agresi Belanda II. Pada masa revolusi kemerdekaan, kawasan ini digunakan sebagai tempat memasak makanan tentara. Setelah kemerdekaan, gedung ini sempat digunakan sebagai Kantor Perusahaan Tambang Batu Bara Ombilin, gedung SMP Ombilin (1960–1970), hunian karyawan Tambang Batu Bara Ombilin (sampai tahun 1980), dan hunian masyarakat setempat hingga tahun 2004. Berikutnya, pada tahun 2005 kawasan ini dikonservasi dan ditata pemerintah Kota Sawahlunto untuk acara permuseuman hingga 17 Desember 2005 dibuka resmi oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla.[3]
Koleksi
Di museum ini tidak hanya terdapat dapur tempat memasak. Terdapat beberapa bangunan yang memiliki fungsi yang berbeda, namun merupakan satu kesatuan utuh yang saling mendukung satu sama lain. Di antara bangunan-bangunan tersebut adalah: bangunan utama, gudang besar (warehouse) persediaan bahan mentah dan padi, dua steam generator (tungku pembakaran) buatan Jerman tahun 1894, menara cerobong asap, pabrik es batangan, rumah sakit, kantor koperasi tambang batubara Ombilin, heuler (penggilingan padi), rumah kepala ransum, rumah karyawan, pos penjaga, rumah jagal hewan, dan hunian kepala rumah potong hewan.[4]
Museum ini berbeda dengan museum umumnya yang ada di Indonesia. Koleksi museumnya berjumlah 150 buah, belum termasuk koleksi foto lama yang berjumlah lebih dari 250 buah. Untuk melihat peralatan dapur mungkin hal biasa tetapi bagaimana bila Anda melihat koleksi peralatan dapur yang berukuran raksasa? Nah, Anda dapat melihatnya di Museum Gudang Ransoem.[3]
- Bangunan Utama
Bangunan utama merupakan ruangan pameran utama Museum Goedang Ransoem yang menyajikan dan memamerkan benda koleksi yang merupakan eks-peralatan dan perlengkapan dapur umum.[5] Peralatan masak yang serba besar dapat disaksikan di sini dengan sistim masak uap panas dari steam generator yang unik.[4]
- Tungku Pembakaran
Tungku pembakaran (steam generator) sebagai sumber energi uap panas untuk memasak. Uap panas disalurkan pipa-pipa melalui ruang bawah tanah. Tungku pembakaran ini buatan Jerman bertahun 1894 yang diproduksi oleh Rohrendampfkesselfabrik D.R.Patente No. 13449 & 42321.[5]
- Rumah Jagal
Rumah jagal (potong hewan), dari sinilah kebutuhan daging yang masak dapur umum dipasok.[5]
- Kompresor
Kompresor berukuran panjang dua meter dengan diameter 86 cm, berfungsi sebagai penyalur energi uap panas dari steam generator ke tungku masak. Angka 1894 adalah label tahun pabrik pembuat tungku pembakaran. Pengunjung masih dapat menyaksikan dengan bangunannya yang masih berdiri dengan kokoh dan sangat unik. Steam generator ini buatan Jerman, bertahun 1894, dibuat Rohremdampfkessel D.R.Patente No. 13449 & 42321[5]
- Periuk nasi
Periuk pemasak beras dan sayur ini berdiameter 124 cm hingga mencapai 132 cm, badan periuk setinggi 60 cm sampai 62 cm (belum termasuk tutupnya) dan tebal 1,2 cm. Periuk raksasa ini terdiri dari empat bagian: lapisan luar periuk, periuk bagian dalam terbuat dari nikel, langsang juga terbuat dari nikel, tutup.[5]
Referensi
- ^ http://asosiasimuseumindonesia.org/anggota/60-museum-goedang-ransoem.html
- ^ http://www.indonesia.travel/id/destination/710/museum-goedang-ransoem
- ^ a b c http://travel.kompas.com/read/2013/01/22/18452328/Menengok.Museum.Goedang.Ransoem.di.Sawahlunto
- ^ a b http://www.sawahluntokota.go.id/pariwisata/wisata-kota-tua/museum-gudang-ransum.html
- ^ a b c d e http://www.museumindonesia.com/museum/27/1/Museum_Goedang_Ransoem_Sawahlunto