Sohn Kee-chung

Revisi sejak 3 Februari 2013 17.29 oleh Cun Cun (bicara | kontrib) (+referensi)

Sohn Kee-Chung (29 Agustus 1914 – 15 November 2002) adalah atlet dan pelatih berkebangsaan Korea.[1] Ia paling dikenal sebagai pemenang medali emas Olimpiade pertama asal Korea dalam bidang lari maraton pada Olimpiade tahun 1936 di Berlin, Jerman. Ia adalah pahlawan dalam bidang olahraga bagi rakyat korea.[1]

Sohn Kee-chung
Hangul
손기정
Hanja
Alih AksaraSon Gi-jeong
McCune–ReischauerSon Kijŏng
Nama Jepang:
Son Kitei ()

Masa kecil dan kehidupan awal

Sohn Kee-chung lahir pada tanggal 29 Agustus di Sinuiju, kota dekat Sungai Yalu (sekarang di Korea Utara).[2] Pada usia muda ia sudah putus sekolah karena keluarganya tidak mampu membayar uang sekolah.[3] Ia pun sempat menjadi penjual melon dan gula. Setelah mengumpulkan cukup uang, perlahan-lahan ia bisa kembali bersekolah. Pada usia 16, Sohn ikut bertanding dalam kejuaraan atletik sekolah dan berhasil menjadi menjadi pemenang.[3] Ia disarankan oleh temannya untuk berlatih lari jarak jauh termasuk maraton. Ia mengikuti saran temannya dan berlatih atletik. Ia mengikuti pertandingan-pertandingan di Korea maupun Jepang.[3]

Pada tanggal 3 November 1935, Sohn Kee-chung menang dalam kejuaraan maraton di Tokyo, Jepang. Ia mencetak rekor dunia tercepat dengan catatan 2:26:42.[3] (Rekor ini bertahan lebih dari satu dekade setelah di masa depan dipecahkan oleh anak didiknya sendiri) Kesuksesan di Tokyo membuka jalan untuk ambil bagian di Olimpiade Berlin pada tahun 1936.[3]

Partisipasi dan kemenangan di Olimpiade Berlin

Pada tanggal 9 Agustus 1936, di Berlin, Sohn Kee-chung yang pada saat itu berusia 21 tahun[2], bertanding dalam tim Jepang dengan nama Sohn Kitei dikarenakan Korea pada saat itu sedang dijajah Jepang.[4] Rekan senegara yang ikut bersama Sohn pada saat itu adalah Nam Seung-yong yang juga dipaksa menggunakan nama adaptasi dalam Bahasa Jepang, Nan Shoryu.[2]

Pada awalnya Sohn tertinggal di belakang Juan Carlos Zabala dari Argentina. Pada posisi ketiga menyusul Ernie Harper dari Britania Raya.[4] Setelah 28 km, Sohn dan Harper berhasil melampaui Zabala, dengan catatan waktu Sohn lebih cepat 2 menit. Sohn Kee-chung berhasil menjadi juara pertama sementara Nam Seung-yong meraih posisi ketiga dibelakang Harper.[4]

Pada upacara pemberian medali, Sohn terpaksa menghormati bendera Jepang yang dikibarkan dan lagu Kimigayo yang dimainkan di arena.[4] Sohn dan Nam merasa malu karena harus menang di bawah penjajah negara mereka sehingga melakukan protes diam dengan menundukkan kepala. Selama lagu kebangsaan Jepang dimainkan, ia menangis.[5] Dalam wawancara ia berkata "tubuh manusia bisa melakukan apa saja. Namun hati dan jiwa harus kalah". Ketika ditanya ia berasal dari mana, ia mengatakan ia berasal dari Korea.[4]

Kembali ke Korea, sohn dipuji sebagai pahlawan. Atlet korea pertama kali bertanding di Olimpiade tahun 1932 namun tidak membuahkan hasil. Jadi kemenangan Sohn tahun 1936 dianggap luar biasa.[3] Kemenangan seorang atlet yang negaranya sedang dalam penjajahan cukup membangkitkan antusiasme rakyat dalam negeri.[5] Prestasinya merupakan yang terbaik diraih oleh Korea sebelum [Perang Dunia ke-II]] ketika masih dibawah penjajahan Jepang.[1] Surat kabar Donga ilbo menerbitkan berita dan foto kemenangan Sohn namun menyensor bendera Jepang di bajunya. Pemerintah jepang bereaksi dengan memenjarakan 8 orang yang terkait penerbitan dan membredel Donga ilbo selama 9 bulan.[4]

Pasca kemerdekaan Korea

Setelah Korea merdeka, Sohn Kee-chung memutuskan untuk menjadi pelatih bagi para pelari muda. Dalam kejuaraan maraton Boston pada tahun 1947, anak didiknya yang bernama Suh Yun-bok berhasil memecahkan rekor lari yang Sohn ciptakan tahun 1935 di Jepang.[3] Suh sendiri tidak pernah ikut olimpiade. Seorang pelari yang juga dilatih Sohn bernama Ham Kee-yong, juga berhasil memenangi juara pertama dalam pertandingan yang sama pada tahun 1950.[1] Pada tahun 1948, ia menjadi pembawa bendera Korea Selatan di upacara pembukaan Olimpiade London tahun 1948, partisipasi pertama Korea merdeka.[4]

Pada upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas 1988 di Seou, Sohn Kee-chung didaulat menjadi pembawa obor ke dalam stadion.[1] Saat itu usianya 76 tahun.

Pada Olimpiade Musim Panas Barcelona tahun 1992, Sohn menjadi saksi kemenangan anak didiknya.[2] Hwang Young-cho berhasil meraih medali emas maraton olimpiade mendahului pelari jepang Koichi Morishita.[6] Hwang memberikan medali emasnya kepada sohn dan mengatakan "sekarang saya bisa mati tanpa sesal sedikitpun".[6] Menurutnya ia menjadi termotivasi untuk menang karena Sohn ikut menonton pertandingan secara langsung.[2] Sohn Kee-chung meninggal pada usia 88 pada tanggal 11 November 2002 dan dimakamkan di Pemakaman Nasional Daejeon.[1] Tahun 2012, bertepatan dengan 76 tahun hari bersejarah di Berlin, Aula Memorial Sohn Kee-Chung (Son Kee-chung Memorial Hall) dibuka untuk mengenang jasa-jasanya, selain berisi kenang-kenangan sohn di saat tampil di olimpiade seperti mahkota daun dan sepatu.[5]

Helm Perunggu Yunani yang dihadiahkan bersama emas tahun 1936. Helm ini didonasikan Sohn kepada Museum Nasional Korea dan didaftarkan sebagai Harta Nasional Nomor 904.

Referensi

  1. ^ a b c d e f (Inggris)Sohn Kee-chung, koreatimes. Akses:03-02-2013.
  2. ^ a b c d e (Inggris)Sohn Kee-chung, Korean athlete whose Olympic protest made him a national hero, guardian. Akses:03-02-2013.
  3. ^ a b c d e f g (Inggris)Sohn Kee-chung — 1936 Berlin Olympic marathon winner, koreatimes. Akses:03-02-2013.
  4. ^ a b c d e f g (Inggris)Sohn Kee-chung, beijing2008. Akses:03-02-2013.
  5. ^ a b c (Inggris)Son Kee Chung Memorial Hall now open, korea.net. Akses:03-02-2013.
  6. ^ a b (Inggris)Korean Olympic Hero Championed Liberty, nytimes. Akses:03-02-2013.

Pranala luar

Rekor
Didahului oleh:
  Yasuo Ikenaka
Pemegang Rekor Dunia Maraton Pria
3 November 1935 – 19 April 1947
Diteruskan oleh:
  Suh Yun-Bok