Suku Serawai

suku bangsa di Indonesia

Suku Serawai adalah suku bangsa dengan populasi terbesar kedua yang hidup di daerah Bengkulu. Sebagian besar masyarakat suku Serawai berdiam di kabupaten Bengkulu Selatan, yakni di kecamatan Sukaraja, Seluma, Talo, Pino, Kelutum, Manna, dan Seginim. Suku Serawai mempunyai mobilitas yang cukup tinggi, saat ini banyak dari mereka yang merantau ke daerah-daerah lain untuk mencari penghidupan baru, seperti ke kabupaten Kepahiang, kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Bengkulu Utara, dan sebagainya.

Serawai
Daerah dengan populasi signifikan
Bengkulu Selatan
Kepahiang
Lebong
Rejang Lebong
Bahasa
Melayu Tengah
Agama
Islam
Animisme
Kelompok etnik terkait
Suku Rejang
Suku Lembak
Suku Pasemah

Secara tradisional, suku Serawai hidup dari kegiatan di sektor pertanian, khususnya perkebunan. Banyak di antara mereka mengusahakan tanaman perkebunan atau jenis tanaman keras, misalnya cengkeh, kopi, kelapa, dan karet. Meskipun demikian, mereka juga mengusahakan tanaman pangan, palawija, hortikultura, dan peternakan untuk kebutuhan hidup.

Sejarah

Ada banyak buku atau cerita sejarah mengenai suku Serawai yang beredar. Tetapi sangat sulit untuk membuktikan kebenarannya karena keterbatasan sumber sejarah dan keegoisan masing-masing keluarga yang memegang sejarah. Dikatakan begitu karena pada kenyataannya setiap klan atau keluarga yang memegang buku sejarah ataupun hanya sekedar cerita turun temurun selalu menuliskan atau menceritakan cerita yang baik tentang leluhurnya. sehingga karena hal itu ada banyak sejarah yang hilang hanya karena ingin menutup-nutupi keburukan dari leluhurnya. Mereka tidak sadar betapa pentingnya catatan sejarah itu turun secara utuh, karena bila tidak maka akan ada mata rantai yang hilang yang nantinya akan membuat sejarah itu menjadi rancu. Seperti yang ditemui disini di daerah Manna Bengkulu Selatan. Di Kabupaten Bengkulu Selatan ini belum ada sejarah yang baku, karena belum pernah diadakan penelitian yang resmi dari pihak manapun. Sehingga warga Bengkulu Selatan ini akan terus terlahir tanpa identitas yang jelas dan resmi tentang asal-usulnya. Ada sebuah cerita turun temurun yang didapat dari salah satu sumber sejarah di daerah Bengkulu Selatan yang bernama Merah Ismaoen (Gelar Raja Muda) bin So'a bin Aliruddin (Gelar Raja Mahkota Alam) yang menjadi Pasirah Kepala Marga Anak Gumay di Tahun 1940an ia lahir tahun 1913 dan wafat tahun 1987. Ia pun sempat membuat buku Sejarah Tanah Seraway. Menurutnya dahulu leluhurnya bernama Gumay yang bersemayam di Bukit Seguntang (Kota Palembang sekarang), Gumay memiliki isteri bernama Putri Cempaka Gading yang berasal dari Bangkahulu (Kota Bengkulu sekarang). setelah sekitar 8 generasi adalah keturunannya yang bernama Ramau Ratu (sebutan raja dikala itu) Suku Milung. ia memiliki 9 orang anak. masing-masing secara berurutan dan tempat mereka merantau: Panjang(Panda-Enim)-Remanjang(Lubuk Sepang-Lahat)-Indang(Lintang Kanan)-Remindang(Kutau Johor-Pinau Bengkulu Selatan)-Limpak(Air Balui-Musi Ulu)-Limparan(Lubuk Kayu Are)-Untu(Niru/Rambang-Prabu Mulih)-Remuntu(Cinto Mandi-Rejang)-Intan Permata(Prabu Menang,Puntang-Suku Merapi). Sedangkan yang merantau ke daerah Bengkulu Selatan dan menjadi cikal bakal suku serawai adalah Remindang (1300M). Pada awalnya mereka berbahasa Pasemah dan berlogat e. Remindang mendapatkan wilayah kekuasaannya dari menjajah/menyerang orang disepanjang sungai yang mereka lalui. Mereka menyusuri Sungai Lematang hingga ke Sungai Deras (Sungai Manna sekarang) dan Sungai Pepinau (Sungai Pinau sekarang). Di sepanjang sungai ini terdapat banyak orang suku Runjang. Remindang menerapkan peraturan keras bahwa setiap tawanan perang suku Runjang ini dilarang memakai bahasa mereka akan tetapi diwajibkan menggunakan bahasa pasemah. oleh karena paksaan pemakaian bahasa ini dan juga asimilasi orang bawaan Remindang dengan tawanannya selama beberapa abad maka bercapurlah logat dan gaya bahasa mereka sehingga logat mereka menjadi au. Bisa dibuktikan bahwa sampai sekarang di daerah Bengkulu Selatan ada daerah bernama "Tapak Rejang". Remindang mendirikan kerajaan yang bernama kerajaan Sungai Pepinau yang berkedudukan di Kutau Johor di muara sungai pinau sekarang. Kemudian cucunya yang bernama Raja Pengantin memindahkan pusat kekuasaan ke dusun yang baru yang bernama Cukua Batau. Lalu Keponakannya yang bernama Minak Kertau Bumi memindahkan lagi pusat kekuasaan ke Dusun yang bernama Tanggau Rasau (sekarang masih ada wilayah Kecamatan Pino Raya, di Kabupaten Bengkulu Selatan). inilah sekilas cikal bakal suku serawai yang paling mendekati fakta. karena catatan mengenai ini sudah dikonfirmasi dengan catatan dari daerah lahat.

[1]== Asal Nama Serawai == Leluhur suku seraway berasal dari daerah Lahat yaitu dusun Mertandi, karena anak dusun sudah banyak yang merantau akhirnya berubahlah bahasa dan logat mereka masing-masing. Tapi unsur dasarnya tetap. Logat yang paling umum adalah e dan o (contoh: kemana=kemane=kemano)sedangkan orang seraway logatnya menjadi au (kemanau). Dahulu (sekitar tahun 1500an) para leluhur yang sudah berpencar ini meluangkan waktu pulang kampung pada acara "kenduri keserepatan" yang diadakan di dusun tua di lahat. Biasanya acara ini diadakan pada malam bulan purnama. Mereka juga biasanya membawa makanan dan oleh-oleh dari daerah mereka masing-masing. Pada acara inilah mereka melepas rindu dan mempererat kembali hubungan kekerabatan yg sudah agak jauh. Hebatnya walaupun mereka berbeda logat dan beberapa unsur bahasa mereka tetap saling mengerti satu sama lain. Bisa dibuktikan kini bahwa orang yang berlogat au (suku seraway) akan dengan sangat mudah meniru bahasa dan logat e dan o sedangkan orang yang berlogat o dan e sangat sulit fasih menggunakan logat dan bahasa seraway. Atas dasar inilah setiap berkumpul orang yang berlogat e dan o menyebut suku yang berlogat au ini saroo e/ sare e( susah sekali). Maksudnya sulit sekali menggunakan logat kamu itu. akhirnya melekatlah julukan sarau ai ini. Dan juga karena kebiasaan orang mempercepat penyebutan (contoh dalam nama: muaro tandi jadi Mertandi, Muaro Bayau jadi Merbayaua. Akhirnya jadilah orang berlogat au ini dinamai suku Seraway (Saroo e/Saree e/Sarau ai). Dari segala sumber tentang penamaan suku seraway ini sampai saat ini hanya inilah yang paling mendekati kebenaran menurut kebiasaan penyebutan dan fakta yang ada.

Asal Nama Serawai

Leluhur suku seraway berasal dari daerah Lahat yaitu dusun Mertandi, karena anak dusun sudah banyak yang merantau akhirnya berubahlah bahasa dan logat mereka masing-masing. Tapi unsur dasarnya tetap. Logat yang paling umum adalah e dan o (contoh: kemana=kemane=kemano)sedangkan orang seraway logatnya menjadi au (kemanau). Dahulu (sekitar tahun 1500an) para leluhur yang sudah berpencar ini meluangkan waktu pulang kampung pada acara "kenduri keserepatan" yang diadakan di dusun tua di lahat. Biasanya acara ini diadakan pada malam bulan purnama. Mereka juga biasanya membawa makanan dan oleh-oleh dari daerah mereka masing-masing. Pada acara inilah mereka melepas rindu dan mempererat kembali hubungan kekerabatan yg sudah agak jauh. Hebatnya walaupun mereka berbeda logat dan beberapa unsur bahasa mereka tetap saling mengerti satu sama lain. Bisa dibuktikan kini bahwa orang yang berlogat au (suku seraway) akan dengan sangat mudah meniru bahasa dan logat e dan o sedangkan orang yang berlogat o dan e sangat sulit fasih menggunakan logat dan bahasa seraway. Atas dasar inilah setiap berkumpul orang yang berlogat e dan o menyebut suku yang berlogat au ini saroo e/ sare e( susah sekali). Maksudnya sulit sekali menggunakan logat kamu itu. akhirnya melekatlah julukan sarau ai ini. Dan juga karena kebiasaan orang mempercepat penyebutan (contoh dalam nama: muaro tandi jadi Mertandi, Muaro Bayau jadi Merbayaua. Akhirnya jadilah orang berlogat au ini dinamai suku Seraway (Saroo e/Saree e/Sarau ai). Dari segala sumber tentang penamaan suku seraway ini sampai saat ini hanya inilah yang paling mendekati kebenaran menurut kebiasaan penyebutan dan fakta yang ada.[2]

  1. ^ http://febiangumaymanna.blogspot.com/2008/09/sejarah-budaya-tanah-seraway-sejarah.html
  2. ^ http://febiangumaymanna.blogspot.com/2008/09/sejarah-budaya-tanah-seraway-sejarah.html