Hyojong dari Joseon

Revisi sejak 19 Februari 2013 08.40 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (r2.7.2+) (bot Menambah: fr:Hyojong)


Raja Hyojong (1619–1659) merupakan raja ke--17 Dinasti Joseon, Korea dari tahun 1649 sampai dengan tahun 1659. Ia dikenal baik dengan rencananya berekspedisi ke Dinasti Qing, Cina dan kampanyenya melawan Kerajaan Rusia atas permintaan Dinasti Qing. Rencananya untuk ekspedisi ke bagian utara tidak pernah dilakukan karena ia terlanjur wafat sebelum kampanye itu dimulai.

Hyojong dari Joseon
Hangul
효종
Hanja
孝宗
Alih AksaraHyojong
McCune–ReischauerHyojong
Nama lahir
Hangul
이호
Hanja
李淏
Alih AksaraYi Ho
McCune–ReischauerYi Ho

Kelahiran & Latar Belakang

Raja Hyojong dilahirkan pada tahun 1619 sebagai putra kedua Raja Injo, ketika ayahnya masih menjadi seorang pangeran. Pada tahun 1623, ketika fraksi Barat (西人) melancarkan kudeta yang menyingkirkan pemimpin pendahulu Gwanghaegun dan memahkotai Injo, Hyojong dipanggil ke istana bersama dengan ayahnya dan diberikan gelar Bongrimdaegun (Pangeran Besar Bongrim) pada tahun 1626.

Tawanan Dinasti Qing

Pada tahun 1627, garis keras kebijakan diplomatik Raja Injo membawa perang antara Korea dan Manchus. Kemudian, pada tahun 1636, Manchu (Dinasti Qing) mengalahkan Joseon, dan Raja Injo bersumpah setia kepada Kaisar Qing di Samjeondo, kowtow kepada Huang Taiji sebanyak delapan kali. Disana, Injo dan Huang Taiji menandatangani sebuah perjanjian, yang termasuk bahwa Manchu akan mengambil Putra Mahkota Sohyeon, putra tertua Injo, dan Hyojong ke Cina sebagai tawanan mereka.

Selama pengasingannya di Cina, Hyojong kebanyakan mencoba untuk membela abangnya dari ancaman Dinasti Qing. Huang Taiji dan pasukan Manchu-nya masih berperang melawan Dinasti Ming, Cina dan juga berperang dengan Mongol dan Muslim Cina; dan Kaisar Qing kerapkali meminta Pangeran Sohyeon untuk pergi ke medan perang dan membantu pasukannya melawan musuh Manchu. Namun, Hyojong khawatir akan abangnya karena ia adalah pewaris resmi tahta kerajaan Joseon tidak memiliki pengalaman militer. Ia pergi berperang dengan Cina menggantikan abangnya, dan ia juga mengikuti Sohyeon untuk berperang melawan suku Uyghur dan Muslim di bagian depan barat.

Bersama dengan abangnya, ia membuat kontak dengan bangsa Eropa ketika ia berada di Cina; dan juga ia mempelajari bahwa Joseon perlu mengembangkan teknologi baru dan sistem politik dan militer yang lebih kuat untuk melindungi dirinya dari kekuatan asing. Ia juga memperbesar dendam terhadap Dinasti Qing, yang memisahkannya dari kampung halaman dan keluarganya. Di dalam periode inilah ia memutuskan untuk membuat rencana besar kampanye utara melawan Manchu, sebagai aksi balas dendam kepada Dinasti Qing atas perang pada tahun 1636.

Penobatan

Pada tahun 1645, Putra Mahkota Sohyeon kembali ke Joseon seorang diri, untuk menggantikan Injo di atas tahta dan untuk membantu Injo memerintah negara. Namun, ia kerapkali berseteru dengan Injo, yang tidak menyukai pandangan terbuka Sohyeon tentang kebudayaan Eropa dan pandangan diplomatik Dinasti Qing. Tak lama kemudian ia ditemukan tewas di ruangan raja, dan segera dimakamkan setelah upacara pemakaman singkat. Injo juga mengeksekusi istri Sohyeon yang mencoba mencari penyebab kematian suaminya yang sebenarnya. Legenda mengatakan bahwa Injo membunuh putranya sendiri dengan pantat botol tinta yang ia bawa dari Cina.

Insiden tersebut membuat Hyojong, pewaris berikutnya, putra mahkota yang baru, dan ia dipanggil balik ke Joseon. Ketika Raja Injo wafat pada tahun 1649, Hyojong mewarisi tahta dan menjadi raja ke-17 Joseon.

Kampanye Utara

Setelah naik tahta, ia mulai mereformasi dan mengembangkan militer Korea; pertama-tama ia menyingkirkan Kim Ja-jeom, yang telah korup dengan politik dan memiliki kekuasaan yang melebihi raja itu sendiri. Kemudian, ia memanggil Song Si-yeol (Hangul: 송시열 Hanja :宋時烈) dan Kim Sang-heon ke istananya, yang mendukung perang melawan Dinasti Qing. Ekspansi militernya besar dan ia membangun beberapa benteng perbatasan di sisi Sungai Yalu dimana Joseon dan Qing dibatasi oleh sebuah perbatasan itu. Ketika sekelompok pelaut Belanda termasuk Hendrick Hamel terkapung di Pulau Jeju, Hyojong memerintahkan mereka untuk membuat senapan untuk pasukan, disediakan senapan untuk bangsa Korea untuk pertama kalinya setelah Perang 7 tahun.

Namun, Dinasti Qing terus berkembang, dengan cepat berkembang ke barat setelah berhasil menguasai Ming pada tahun 1644. Kampanye tersebut tidak dapat dilakukan, karena Manchu mengasimilasi pasukan besar Cina ke dalam pasukan mereka sendiri. Militer Joseon, meskipun telah direformasi dan berkembang, bukan tandingan dari gabungan pasukan Manchu dan Cina. Juga, Dinasti Qing mulai menganggap Joseon sebagai sahabatnya dan sekutu terdekatnya.

Militer yang berkembang itu pertama kali dilakukan pada tahun 1654, ketika Dinasti Qing memanggilnya untuk membantu melawan Rusia. 150 penembak Joseon bersama dengan 3,000 Manchu, bertemu dengan pasukan Rusia di dalam Perang Hutong (Hangul : 호통 Hanja : 好通), yang sekarang Yilan), yang dimenangkan oleh pasukan sekutu Qing-Joseon. Empat tahun kemudian, pada tahun 1658, Hyojong mengirim pasukan sekali lagi untuk membantu Dinasti Qing melawan Rusia; 260 penembak Joseon dan penembak kanon yang dipimpin oleh Shin Ryu menggabungkan pasukannya dengan Ninguta Gubernur Militer Sarhuda. Pasukan gabungan itu berlayar menyusuri Hurka dan Sungai Sungari, dan bertemu dengan pasukan Rusia di bawah komando seorang Amur Cossack, Onufrij Stepanov dekat air terjun Sungai Sungari sampai Amur, membunuh 270 pasukan Rusia dan mendorong mereka keluar dari wilayah Manchu. Perang melawan Rusia membuktikan bahwa reformasi Hyojong's telah menstabilisasi pasukan Joseon, meskipun mereka tidak pernah beraksi lagi. Meskipun kampanye, Rusia dan Joseon tetap dalam hubungan baik. Kampanye di bagian Utara dikenal sebagai Naseon Jeongbeol (Hangul: 나선정벌 Hanja : 羅禪征伐), atau "Penekanan Rusia".

Prestasi Lain

Selama pemerintahannya, banyak buku tentang bertani yang diterbitkan untuk mempromosikan pertanian, yang telah hancur selama Perang Tujuh Tahun. Hyojong juga melanjutkan rekonstruksi Gwanghaegun; ia mengalami kesulitan dalam merestorasi ekonomi dan juga mengembangkan militer. Ia juga harus membuat lebih banyak koin dari metal yang dapat digunakan untuk membuat amunisi, tapi harus menyerah agar ia dapat membangun kembali kerajaannya. Ia stress berat dalam menghadapi berbagai problem dari dalam dan luar negeri, dan wafat pada usia yang relatif muda, 41 tahun pada tahun 1659. Meskipun rencananya untuk menguasai bagian utara tidak pernah dilakukan, banyak orang yang menganggapnya sebagai pemimpin yang cedas dan berani yang mendedikasikan hidupnya untuk melayani negaranya.

Keluarga

  • Ayah : Raja Injo (인조)
  • Ibu : Ratu Inryeol dari klan Han (인렬왕후 한씨)
  • Selir-selir :
  1. Ratu Inseon dari klan Deoksu Jang (인선왕후 장씨)
  2. Selir An dari klan Gyeongju Yi (안빈 이씨)
  • Keturunan :
  1. Pangeran Pewaris (세자), Putra Tunggal Ratu Inseon dari klan Deoksu Jang.
  2. Puteri Sukshin (숙신공주), Putri Pertama Ratu Inseon dari klan Deoksu Jang.
  3. Puteri Sukan (숙안공주), Putri Kedua Ratu Inseon dari klan Deoksu Jang.
  4. Puteri Sukmyeong (숙명공주), Putri Ketiga Ratu Inseon dari klan Deoksu Jang.
  5. Puteri Sukhwi (숙휘공주), Putri Keempat Ratu Inseon dari klan Deoksu Jang.
  6. Puteri Sukjeong (숙정공주), Putri Kelima Ratu Inseon dari klan Deoksu Jang.
  7. Puteri Sukgyeong (숙경공주), Putri Kelima Ratu Inseon dari klan Deoksu Jang.
  8. Puteri Suknyeong (숙녕옹주), Putri Tunggal Selir An dari klan Gyeongju Yi.

Nama Lengkap Anumertanya

  • Raja Hyojong Heumcheon Daldo Gwanggok Hongyeol Seonmun Jangmu Sinseong Hyeonin Myeongeui Jeongdeok yang Agung Korea
  • 효종흠천달도광곡홍열선문장무신성현인명의정덕대왕
  • 孝宗欽天達道光穀弘烈宣文章武神聖顯仁明義正德大王

Gambaran Modern

Hyojong digambarkan secara singkat sebagai Pangeran Besar Bongrim (봉림대군) di dalam drama Korea Chuno (KBS2, 2010).

Leluhur

Lihat Pula

Pranala Luar

Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Injo
Daftar Penguasa Korea
(Dinasti Joseon)
1649–1659
Diteruskan oleh:
Hyeonjong