Tahuri
Tahuri
Terompet Kerang Khas Maluku
Masyarkat Maluku yang tinggal di pesisir pantai memiliki peralatan musik yang unik; sebuah kerang yang jika ditiup bunyinya akan terdengar nyaring. Semakin kecil ukuran kerangnya, semakin nayring bunyinya dan semakin besar kerangnya bunyinya pun semakin rendah.[1]
Sejarah Tahuri Sebagai Alat Musik Tradsional
Dalam mendorong kualitas musik tradisional di daerah Maluku, banyak keragaman yang dikembangkan lewat berbagai alat musik tradisional. Salah satu alat musik yang dikembangkan berasal dari dasar laut, yakni kulit bia. Kulit bia merupakan salah satu hasil laut yang cukup terkenal di daerah Maluku. Seiring berjalannya waktu, pengembangan kulit bia ini pun berubah bukan hanya sebagai kerajinan tangan, melainkan dipakai sebagai alat musik tiup. Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya bia atau siput di dunia ini tersebar dengan beraneka ragam. Baik dalam ukuran besar, sedang maupun dalam ukuran kecil. Ide awal pembuatan Tahuri sebagai alat musik tradisional ini mulai dimunculkan lewat gagasan seorang wakil Gubernur Daerah Tingkat I provinsi Maluku. Letkol G. Latumahina itulah nama lengkapnya. Profesi yang dimilikinya bukan hanya seorang militer, beliau juga seorang pamong praja yang baik yang memiliki talenta sebagai seorang budayawan di daerah ini. Sebagai seorang putra daerah, beliau begitu tertarik terhadap sejarah daerah ini. Dari berbagai bacaan yang ditulis dalam bahasa Belanda tentang daerah ini beliau menemukan sebuah cerita sejarah tentang sejarah pulau seram atau yang lasim dikenal dengan nama Nusa Ina. Menurut bapak Dominggus Paulus Horhorouw yang lahir pada 18 Desember 1913 di desaHutumuri di pulau Ambon yang bertindak sebagai pimpinan Orkes Suling desa, pada sekitar tahun 1962 beliau dipanggil menghadap wakil Gubernur Maluku di kediaman beliau di kota Ambon. Saat bertemu dengan bapak Dominggus Paulus Horhorouw, beliau menceritakan tentang tahuri. Menurut bapak G. Latumahina, tahuri merupakan suatu alat yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi dan mampu mengangkat nama negeri, terkhususnya Maluku. Bapak Dominggus yang mendengarkan hal itu, menceritakan pula keinginannya yang selama ini dia pendam yaitu dia ingin agar tahuri tidak hanya dikenal hanya itu-itu saja, melainkan dengan fungsi baru yaitu sebagai alat musik. Ternyata benar mereka memiliki keinginan yang sama untuk membentuk jati diri Maluku, dengan alat musik yang endemik ini. Beberapa waktu berlalu rencana untuk menambah nilai seni pada kulit bia/ kerang ini belum terealisasikan, tapi Bapak Dominggus terus mencari tahu bagaimana cara membuat kulit bia ini hingga menjadi alat musik yang dapat melantunkan harmonisasi nada yang merdu. Ketika Bapak G. Latumahina dilantik menjadi wakil gubernur pada saat itu, beliau pun memberi dukungan dalam hal material dan doa, memang semuanya sudah berjalan lancar tapi sumber daya dari kulit kerang sangatlah minim. Akhirnya, beliau menegaskan sekali lagi bagi Bapak. Dominggus untuk tidak berputus asa. Beliau meminta beberapa orang yang mampu melubangi kulit bia. Dengan pergi ke Saumlaki, Dobo, Kepulauan Aru dan Banda untuk mecari, dan ternyata hasil pengumpulan kulit bia/ kerang ini sangat-sangat memuaskan. Kulit kerang yang dikumpulkan jauh melaumpaui harapan. Dengan adanya kulit kerang yang memiliki nama latin Syrinx aruanus, nama daerah Kulit Bia Terompet dan nama latinCypraecassis rufa, Casis cornutanama daerah Kulit Bia kepala Kambing ini menumbuhkan kreatifitas anak-anak Maluku di bidang seni musik dalam hal membuat sebuah alat musik. Kreatifitas bukan hanya didorong dari bahan yang diterima, namun sangat bergantung pada keinginan serta harapan yang timbul dalam membentuk alat musik yang begitu sederhana ini.( [2]http://yleinussa.mhs.uksw.edu/2012/11/makalah-tentang-musik-tradisional-musik.html)
Cara Membuat Tahuri
Bila dilihat keistimewaan yang paling dominan dari tahuri adalah bahan dasar pembuatannya sendiri, 100% berasal dari alam. Kulit kerang yang dipakai dalam pembuatan tahuri berasal dari Saumlaku, Dobo, Kepulauan Aru dan Banda. Musik Tahuri dibuat atau diciptakan memiliki tujuan yang sangat penting .[3] Untuk membuat tahuri, kerang dicuci hingga bersih. Setelah itu, kerang dilubangi dengan bor. Untuk mendapatkan nada tertentu, tergantung dari besar kecilnya lubang yang dibuat dan besar kecilnya kerang yang digunakan. Kerang kecil akan menghasilkan nada tinggi atau nyaring. Sementara kerang besar akan menghasilkan nada rendah. [4])
Tahuri Sebagai Alat Komunikasi
Tahuri berfungsi sebagai alat komunikasi antara raja dan masyarakat, antara Raja dengan staf-staf negeri. Dengan adanya tahuri maka komunikasi di antara masyarakat desa akan terjalin dengan baik. Salah satu contohnya dapat dilihat dalam pemberitahuan / pengumuman yang diberikan oleh pesuruh desa. Pesuruh desa merupakan salah satu staf negeri yang berperan sebagai pesuruh dalam memberitahukan hal-hal penting berupa pemberitahuan, terlebih dahulu meniup tahuri. Seperti yang telah dikatakan, tehuri memiliki fungsi sebgai alat yang bisa memberitahukan suatu keadaan seperti perang, titah Raja dan sebagainya. Pada zaman dahulu hampir seluruh tata cara adat memakai tahuri sebagai pembukaan atau penutup. Hal ini masih dikembangkan sampai sekarang, dimana masih terlihat beberapa tata cara adat yang masih menggunakan tahuri sebagai pembukaan atau penutupan suatu tata cara adat.[5]
Penggunuan Tahuri
Pada dasarnya tahuri sangat berguna dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab di desa Hutumuri. Salah contoh yang dapat kita lihat yakni pemanggilan masyarakat atau para kepala adat agar berkumpul di balai pertemuan atau masyarakat setempat menamakannya baileo. Satu kali tiupan Tahuri menandakan ada warga yang meninggal dunia. Tahuri juga dimainkan untuk mengiringi tarian Cakalele. Biasanya, Tahuri dimainkan dalam bentuk orkestra yang terdiri dari anak-anak dan remaja. Tahuri ini juga sangat berguna sekali dan biasa diperlukan atau digunakan untuk acara-acara penting lainnya. Pengalaman menggunakan tahuri ini adalah sesuatu yang sangat membanggakan bagi para pemain.
Tanggapan Masyrakat terhadap Tahuri
Masyarakat Hutumuri sendiri memiliki pemikiran positif terhadap musik yang terbuat dari kulit bia ini. Bagi mererka Tahuri perlu dikembangkan menjadi suatu alat musik yang dapat menggambarkan jati diri anak negeri Hutumuri. Adapun pemikiran positif tadi diikuti dengan perbuatan positif pula, mengapa ?? daapat dilihat dari sikap sebagian besar masyarakat negeri Hutumuri yang ingin mengikuti pelatihan yang dibuat oleh Bapak Loly Hororuw, yang mana masyarakat diajarkan cara memainkan tahuri yang sekarang menjadi alat musik tiup (musik fu) ini, dan diceritakan gambaran singkat tentang asal usul tahuri. Semua ini dilakukan supaya seluruh masyarakat desa Hutumuri lebih mengerti apa sebenarnya musik fu tersebut ?? dan untuk apa mereka harus tetap menjaga serta melestarikannya ?? kenyataan yang membuat diri masyarakat desa Hutumuri untuk melestarikan benda sejarah peninggalan nenek moyang mereka itu. Walaupun memang belum ada dana dari pemerintah daerah maupun pusat, untuk mengolahnya, tetapi masyarakat Hutumuri bersikeras melestarikannya lewat pelatihan-pelatihan yang diikuti sebahagian masyarakat Hutumuri. Setiap pelatihan yang diikuti masyarakat ternyata membuahkan hasil, hal ini dapat dilihat dari berbagai prestasi pun dapat diukir melalui pengembangan alat musik ini contohnya : keikutsertaan alat musik tahuri yang sekarang disebut fu, dalam berbagai kegiatan-kegiatan formal maupun nonformal di dalam maupun di luar negeri. Bahkan setelah dilihat minat masyarakat di dalam negeri Hutumuri bukan hanya timbul dari kalangan tua, tetapi semua lapisan generasi ingin memperdalam keingintahuanya tentang tahuri yang telah menjadi alat musik tiup ini. Kalau dilihat bukan hanya masyarakat Hutumuri yang memiliki keingintahuan tentang tahuri yang telah berkembang menjadi alat musik daerah saja melainkan sebagian besar Jazirah Leitimur ingin mengetahuinya.( http://yleinussa.mhs.uksw.edu/2012/11/makalah-tentang-musik-tradisional-musik.html)
Posisi Musik Fu Bagi Anak Muda
Bagi orang Ambon, musik adalah sebuah kebudayaan yang dapat dikatakan lekat dengan kehidupannya. Mau itu adalah musik tradisional atau popular, tapi bagi manusia Maluku hidup mereka tidak bisa jauh bahkan berpisah dari musik. Apalagi dikalangan orang muda yang selalu mengikuti perjalanan zaman. Musik mampu menggait hati orang muda yang mendengar lantunan nadanya. Musik seringkali dapat menghipnotis setiap orang yang mendengarkannya. Seringkali kita dikacaukan oleh nada-nada yang dilantunkan seorang penyanyi. Dan bukan saja penyanyi melainkan lewat alat musik yang dirancang untuk dimainkan. Musik yang dirancang langsung di desa Hutumuri ini juga mampu menggait hati setiap orang ketika dimainkan. Dalam pengembangan musik ini, diperlukan keahlian khusus agar dapat meniupnya. Dan itu dapat dilihat langsung ketika orang muda yang berkediaman di Hutumuri mampu menciptakan suasana ini dalam acara-acara yang berlangsung di desa tersebut. Tahuri atau yang lebih dikenal dengan musik kulit bia ini harus diturunkan kepada generasi berikutnya. Agar pengembangannya terus-menerus dapat dilakukan. Dan musik ini takkan habis dimakan waktu. Lewat serangkaian program telah dijalankan di desa hutumuri yang melibatkan orang muda yang terampil dalam memainkannya. Jadi musik ini tidak sepenuhnya hanya bisa ditiup oleh orang-orang tua saja tetapi anak-anak muda pun mampu meniupnya. Posisi ini membuat tahuri lebih lekat dikalangan anak muda. Dengan adanya sanggar-sanggar kecil di sekolah dan di rumah, maka setiap anak muda dapat mempertunjukkan kematangannya dalam meniup alat musik ini. Sebagian kecil anak-anak pun dapat meniup alat musik ini. Dengan dibekali berbagai macam latihan-latihan dasar untuk dapat meniup alat musik yang terbuat dari kulit bia ini. .( http://yleinussa.mhs.uksw.edu/2012/11/makalah-tentang-musik-tradisional-musik.html)
Pandangan Anak Muda Terhadap Tahuri
Tahuri merupakan musik tiup yang sudah lazim didengar oleh masyarakat desa Hutumuri. Musik yang lahir dan dikembangkan oleh Bapak Dominggus ini, sekarang akan disalurkan kepada generasi muda untuk terus dikembangkan menjadi musik daerah yang dapat dijadikan sebagai suatu potensi yang dapat diperlihatkan ke daerah-daerah yang lain sampai ke Negara luar. Tahuri yang telah dikembangkan sejak dulu ini menggambarkan jati diri anak negeri dari desa Hutumuri. Untuk itu, kalu berbicara tentang pandangan anak muda menyangkut Tahuri berarti begitu banyak opini-opini yang beredar. Dan opini dari masing-masing anak akan berbeda. Tidak mungkin opini yang dikatakan oleh orang yang telah mengenal jelas alat musik ini sama dengan orang-orang perkotaan yang belum sama sekali tahu apa sebenarnya tahuri tersebut. Namun, pada kenyataannya semua anak muda di desa Hutumuri mengenal jelas alat musik yang satu ini. Bukan hanya mengenal jelas akan alat musik ini, tetapi juga telah bergaul langsung dengan alat musik tersebut. Dalam melestarikan akan alat musik ini perlu ada penunjangan dari masyarakat desa terkhususnya generasi penerus yaitu anak-anak muda. Berbicara tentang pelestarian budaya daerah sendiri, seorang anak muda dikhususkan untuk bisa memaknai Tahuri sebgai asset atau warisan negeriberharga yang harus dijaga dan dikembangkan. Tahuri mungkin belum dikenal lebih mendalam oleh banyak kalangan di luar daerah aslinya atau di daerah perkotaan sekalipun, tapi untuk daerah aslinya sendiri anak-anak di daerah desa Hutumuri sangat berbeda dengan anak-anak di kota yang sudah terpengaruh dengan budaya luar, yang tidak ingin lagi mau mengenal tentang budaya sendiri, apalagi ikut terlibat dalam proses pembelajaran mengenal budaya. Semua hal itu sangat terasa sekali, karena untuk anak muda zaman sekarang semua hal yang berhubungan dengan budaya lokal dirasa sudah basi atau tidak zaman lagi, dengan kata lain sudah kuno. Pemikiran tersebut sungguh sangat jauh dari pendangan kita terhadap anak muda sekarang yang serba instan. Anak muda di daerah Hutumuri sendiri sangat ingin mau belajar mengenal alat musik ini, karena bagi mereka mengenal budaya sendiri dan melestarikannya atau mengembangkannya bukanlah suatu hal yang dikatakan kuno atau tidak zaman lagi, tetapi belajar mengenal tahuri sendiri adalah merupakan suatu terobosan baru di dunia global ini khususnya bagi kalangan anak muda. .( http://yleinussa.mhs.uksw.edu/2012/11/makalah-tentang-musik-tradisional-musik.html)
Tahuri Sekarang dan Masa Depan
Tahuri diciptakan memiliki tujuan yang sangat penting bagi peranan danfungsinya di kalangan masyarakat, khususnya kalangan anak muda, yakni;
- Masa Sekarang :
Fungsi Tahuri sebagai :
- Beberapa tata cara adat masih menggunakan Tahuri sebagai pemandu berlangsungnya acara adat istiadat.
- Salah satu benda arkeologi.
- Salah satu alat musik tradisional masyarakat Maluku
- Sebagai cendramata atau souvenir baik untuk lokal maupun non lokal.
- Masa Depan :
Fungsi Tahuri sebagai alat musik sekaligus benda bersejarah, dan mungkin akan dibudidayakan sebagai budaya peten di daerah ini dan akan diakui oleh dunia internasional, tetapi semua itu tidak semudah yang dibayangkan, hanya dengan kesadaran yang tinggi dari anak negri sendiri untuk mengembangkan warisan tersebut untuk kepentingan bersama, dan tergantung juga dengan kerjasama antara pihak-pihak tertentu untuk mengembangkan budaya musik Tahuri sendiri. Menurut saya, selain dari fungsi tahuri yang telah dijelaskan secara baik, tapi perlu kita ketahui bahwa alat tahuri ini dapat juga dijadikan sebagai sumber pengetahuan..( http://yleinussa.mhs.uksw.edu/2012/11/makalah-tentang-musik-tradisional-musik.html)
- ^ (http://www.anakpintar.web.id/2011/10/alat-komunikasi-tahuri.html)
- ^ ( http://yleinussa.mhs.uksw.edu/2012/11/makalah-tentang-musik-tradisional-musik.html)
- ^ ( http://yleinussa.mhs.uksw.edu/2012/11/makalah-tentang-musik-tradisional-musik.html)
- ^ (http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Potret-Negeriku/Warisan-Nusantara/Tahuri-Terompet-Unik
- ^ ( http://yleinussa.mhs.uksw.edu/2012/11/makalah-tentang-musik-tradisional-musik.html)