Semen
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya. Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Sejarah
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Baru pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John Smeaton - insinyur asal Inggris - menemukan kembali ramuan kuno berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Sebenarnya, adonan Aspdin tak beda jauh dengan Smeaton. Dia tetap mengandalkan dua bahan utama, batu kapur (kaya akan kalsium karbonat) dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi sampai terbentuk campuran baru.
Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Nah, agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil mirip bedak.
Lazimnya, untuk mencapai kekuatan tertentu, semen portland berkolaborasi dengan bahan lain. Jika bertemu air (minus bahan-bahan lain), misalnya, memunculkan reaksi kimia yang sanggup mengubah ramuan jadi sekeras batu. Jika ditambah pasir, terciptalah perekat tembok nan kokoh. Namun untuk membuat pondasi bangunan, campuran tadi biasanya masih ditambah dengan bongkahan batu atau kerikil, biasa disebut concrete atau beton.
Beton bisa disebut sebagai mahakarya semen yang tiada duanya di dunia. Nama asingnya, concrete - dicomot dari gabungan prefiks bahasa Latin com, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh). Maksudnya kira-kira, kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu. Dewasa ini, nyaris tak ada gedung pencakar langit berdiri tanpa bantuan beton.
Meski bahan bakunya sama, "dosis" semen sebenarnya bisa disesuaikan dengan beragam kebutuhan. Misalnya, jika kadar aluminanya diperbanyak, kolaborasi dengan bahan bangunan lainnya bisa menghasilkan bahan tahan api. Ini karena sifat alumina yang tahan terhadap suhu tinggi. Ada juga semen yang cocok buat mengecor karena campurannya bisa mengisi pori-pori bagian yang hendak diperkuat.
Kandungan kimia
- Trikalsium silikat
- Dikalsium silikat
- Trikalsium aluminat
- Tetrakalsium aluminofe
- Gipsum
Produksi semen
Langkah utama proses produksi semen
1 Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur. 2 Penghancuran: Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi material yang digali. 3 Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan komposisi tumpukan bahan. 4 Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan. 5 Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon ketika terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐heater ini dan berlanjut dalam kiln, ketika bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400 °C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, tempat udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 °C. 6 Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.
Jenis semen
No.SNI | Nama |
---|---|
SNI 15-0129-2004 | Semen portland putih |
SNI 15-0302-2004 | Semen portland pozolan / Portland Pozzolan Cement (PPC) |
SNI 15-2049-2004 | Semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC) |
SNI 15-3500-2004 | Semen portland campur |
SNI 15-3758-2004 | Semen masonry |
SNI 15-7064-2004 | Semen portland komposit |
Konsumsi dan Ekspor Semen Indonesia dari tahun ke tahun
Tahun | Konsumsi Nasional (dalam ton) | Ekspor(dalam ton) |
---|---|---|
1990 | 13.762.000 | 2.516.000 |
1991 | 15.513.000 | 1.041.000 |
1992 | 15.801.000 | 2.570.000 |
1993 | 17.804.000 | 1.409.000 |
1994 | 21.527.000 | 536.000 |
1995 | 23.979.000 | 154.000 |
1996 | 25.374.000 | 330.000 |
1997 | 27.940.000 | 801.000 |
1998 | 19.243.000 | 4.420.000 |
1999 | 18.769.000 | 5.108.000 |
2000 | 22.290.000 | 4.903.000 |
2001 | 25.530.000 | 5.750.000 |
2002 | 27.180.000 | 4.183.000 |
2003 | 27.528.000 | 3.073.000 |
2004 | 30.069.000 | 2.946.000 |
2005 | 31.433.000 | 3.289.000 |
2009 | 38.400.000[1] | |
2010 | 41.500.000[2]* | 3.000.000[3] |
2011 | 45.000.000[4] | 2.000.000[5]* |
2012 | 48.150.000[6]* |
- Sumber: Untuk tahun 1991 sampai 2005 dari Departemen Perindustrian, Direkterat Agro dan Kimia tahun 2006
- Keterangan = (*) : Prediksi
Pengembangan Industri Semen Indonesia
Selama tahun 2011 yang lalu, konsumsi semen Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan yang begitu signifikan sebesar 18% apabila dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah volume mencapai 48,0 juta ton. Angka tersebut adalah pencapaian sekitar 82% dari total kapasitas terpasang yang ada saat ini. Seperti diketahui bahwa kapasitas terpasang untuk industri semen hingga saat ini adalah 56 juta ton dari 9 pabrik.
Jika kita melihat perjalanan industri semen selama 15 tahun terakhir seperti pada grafik, terlihat bahwa pertumbuhan pada tahun 2011 merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi, di bawah pencapaian tertinggi sebelumnya pernah dicapai yaitu pada tahun 2000 yaitu sebesar 18,7% setelah sebelumnya didera krisis ekonomi sejak tahun 1998 hingga 1999. Sedangkan titik terendah dari pertumbuhan industri semen adalah pada tahun 1998 dengan prosentase hanya sebesar -30,5%. Jika dirata-ratakan angka prosentase pertumbuhannya selama 10 tahun tersebut adalah sekitar 6,5% bahkan bila dihitung sejak 20 tahun terakhir angka rata-rata pertumbuhan masih sekitar 6,4%. Dengan dimulainya beberapa proyek infrastruktur secara besar-besaran dan dalam waktu yang bersamaan pada pertengahan tahun 2011 menyebabkan permintaan semen meningkat begitu tajam.
Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2011 terjadi di wilayah Jawa dengan tingkat pertumbuhan sebesar 21%. Hal ini terjadi karena fokus dari pembangunan masih berpusat di Jawa terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten, seperti pembangunan beberapa ruas jalan tol yang, properti, serta perumahan yang terus semakin marak. Di beberapa wilayah lainnya juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, seperti di Sumatera 14%, Kalimantan 17%, Sulawesi 16%, serta Bali-Nusa Tenggara 19%. Sementara itu untuk wilayah yang masih mengalami penurunan hanya terjadi di Papua yaitu sekitar 29%, hal disebabkan karena masih sering terkendalanya angkutan semen ke beberapa pasar yang ada di sana akibat dari kurangnya sarana dan prasarana transportasi baik darat maupun laut, sehingga distribusi semen sering terhambat.
Berdasarkan beberapa data serta informasi yang ada, tidak menutup kemungkinan bahwa pada tahun 2012 ini yang baru berjalan beberapa hari, pertumbuhan semen masih akan mengalami peningkatan walaupun tidak sebesar peningkatan tahun 2011. Dengan melihat serta mencermati berbagai indikator yang menyebabkan penguatan permintaan semen masih terus berlangsung, salah satunya adalah program MP3EI yang dicanangkan oleh Pemerintah dengan percepatan pembangunan infrastrukturnya, maka sangat dimungkinkan bahwa pertumbuhan antara 8% hingga 10% masih dapat tercapai pada tahun 2012 ini dengan kesiapan dan kemampuan dari industri semen di Indonesia untuk mendukung program tersebut.
Pada 2012, volume penjualan semen bisa meningkat menjadi 52 juta ton dari 48 juta ton pada tahun sebelumnya atau kenaikan sekitar 10% meskipun akan dipengaruhi oleh dampak krisis ekonomi di Eropa, yang mana krisis di kawasan euro itu bisa mempengaruhi aras investasi yang berhubungan erat dengan proyek properti dan infrastruktur. Namun, ancaman krisis tersebut bisa dikompensasi oleh kenaikan konsumsi semen yang didorong oleh proyek masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3E1)
Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto juga memperkirakan penjualan semen pada 2012 bisa meningkat setara dengan pertumbuhan ekonomi. "Kalau pertumbuhan ekonomi 6,7%, seharusnya konsumsi semen bisa sampai 10%, bergantung pada sektor mana yang didorong," ujarnya.
Kenaikan permintaan semen, akan dipacu oleh peningkatan kapasitas produksi industri semen nasional seiring dengan realisasi investasi pembangunan pabrik baru. Pada 2012, PT Semen Tonasa dan PT Semen Gresik akan, menambah kapasitas produksi, sementara pabrik milik PT Lafarge Indonesia di Nanggroe Aceh Darussalam diperkirakan segera beroperasi penuh. Selain itu, tuturnya, akan ada penambahan kapasitas melalui investasi badan usaha milik negara dari China, yakni China Anhui Conch Company Ltd, di Kalimantan Selatan yang saat inimasih terkendala masalah lahan. Grup Semen Gresik juga dikabarkan akan membangun pabrik semen di Kalimantan Timur pada 2012.
Data Kemenperin menunjukkan kapasitas terpasang sembilan perusahaan semen domestik pada 2012 mencapai 56,8 juta ton. Semen Gresik Grup, yang terdiri dari PT Semen Gresik, PT Semen Tonasa dan PT Semen Padang, merupakan produsen terbesar dengan kapasitas terpasang 26,1 juta ton per tahun. Dua produsen besar lain adalah PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk yang berkapasitas produksi 21,1 juta ton per tahun dan PT Holcim Indonesia Tbk yang mampu memproduksi hingga 8,7 juta ton per tahun.
Proyeksi Kebutuhan Pabrik Semen
Sebagai komoditas strategis, semen sudah dianggap sebagai kebutuhan pokok pembangunan manusia modern, sehingga menjadi sesuatu yang mutlak. Namun belakangan muncul kekhawatiran kelangkaan pada tahun-tahun mendatang. Saat ini kapasitas produksi terpasang industri semen nasional sekitar 60,6 juta ton per tahun, dengan tingkat konsumsi 53 juta ton. Masih surplus, namun dengan tingkat pertumbuhan konsumsi sekitar 6% persen per tahun, dan peningkatan pembangunan infrastruktur, prediksi ada kelangkaan pada 5 tahun mendatang masing dapat diatasi.
Kosentrasi pembangunan infrastruktur di luar Jawa dan pemberian kewenangan pengelolaan keuangan dari pemerintah pusat ke daerah yang diharapkan meningkat permintaan semen belum terjadi. Konsumsi semen di Kalimantan mencapai 17%, Sumatera 14% dan Jawa tetap tertinggi dengan kenaikan 21% pada tahun 2012 dibanding tahun sebelumnya. Bisa saja kekekurangan stok diimpor dari China, namun para pemilik modal dan elite pemerintah lebih memilih membangun pabrik sebagai solusi, kendati memiliki risiko sosial-lingkungan yang tinggi dan membutuhkan investasi besar.
Dengan masa konstruksi pembangunan pabrik semen sekitar 3-4 tahun, tentu tidak bisa lagi menunda pembangunan pabrik baru. Padahal penambahan kapasitas sekitar 2,5 juta ton per pabrik membutuhkan dana 275 juta-325 juta dolar AS (sekitar Rp 2,925 triliun). Produsen terbesar Semen gresik Grup akan memiliki kapasitas produksi 26 juta ton tahun 2012 dengan penambahan kapasitas produksi 5juta pertahun akan tetap berusaha mempertahankan pangsanya yang lebih dari 40% (peringkat pertama). Sedangkan Indocement pada peringkat kedua dengan pangsa pasar 32% pada tahun 2011 juga akan melakukan ekpansi baik dengan cara renovasi maupun.dengan menambah unit–nit produksinya dan pada tahun 2014 kapasitasnya akan mencapai 23,1 juta ton/tahun.
Ada 4 faktor utama yang menjadi pendorong pertumbuhan konsumsi semen domestik yaitu pertumbuhan ekonomi nasional yang masih cukup baik, tingkat bunga yang menarik, pembangunan infrastruktur secara besar-besaran, dan tingkat konsumsi per kapita yang masih sangat rendah yang secara potensiil akan meningkatkan kebutuhan semen dengan meningkatnya daya beli.
Selama ini pangsa pasar semen curah hanya sekitar 20% saja, sedangkan 80% sisanya masih dipegang oleh semen dalam kantong. Ini memperlihatkan bahwa pemakaian semen untuk rumah tinggal yang dibeli eceran masih sangat dominan. Dengan adanya Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang akan lebih mendorong pembangunan infrastruktur dan karenanya peningkatan kebutuhan semen untuk proyek-proyek infrastruktur akan merubah pangsa pasar semen curah menjadi lebih membesar
Selain itu sampai saat ini konsumsi semen Indonesia masih pada peringkat rendah dibandingkan negara-negara lain di dunia karenanya potensi peningkatan konsumsi semen nasional masih sangat besar. Grafik di bawah memperlihatkan posisi konsumsi semen per kapita Indonesia dibanding negara lain pada tahun 2010. Dengan target pendapatan per kapita US$ di atas 14,000 pada tahun 2025 dari US$ 3,000 pada tahun 2011 sesuai Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) akan memungkinkan potensi ini direalisir secara maksimal.
Konsumsi semen per kapita Indonesia terus tumbuh dari tahun dari tahun 2001 sampai tahun 2011 kecuali pada saat krisis ekonomi yang melanda Asia tahun 1998-1999. Dan baru kembali pada posisi tahun 1997 setelah 7 tahun berikutnya. Target PDB di atas US$ 4,0 triliun pada tahun 2025 dari US$ 700 milyar pada tahun 2010 yang disebut dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) akan lebih mendorong pertumbuhan konsumsi semen nasional.
Pertumbuhan konsumsi semen Indonesia yang berjalan paralel dengan pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut apalagi mengingat target pertumbuhan ekonomi 6,4 – 7,5 % pada periode 2011 – 2014 dan 8 - 9% pada periode 2015 – 2025 sesuai dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dicanangkan Pemerintah SBY
Pembangunan jalan tol tahun 2010-2014 sepanjang 1.334 km yang membutuhkan anggaran US Dollar 15,2 juta saja akan membutuhkan semen 4 juta ton selama periode tersebut seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Dengan asumsi-asumsi yang disebut di atas maka Internal Resarch PTSG membuat prediksi kebutuhan semen dengan tiga skenario. Skenario optimis dengan pertumbuhan konsumsi semen 7,0% per tahun, skenario moderat dengan pertumbuhan konsumsi semen 6,5% per tahun, dan skenario pesimis dengan pertumbuhan konsumsi semen 5,5% per tahun.
Grafik di bawah memperlihatkan sampai tahun 2015 kapasitas produksi semen nasional akan mencapai 75 juta ton pertahun sedangkan dengan pertumbuhan 6% per tahun kecuali tahun 2012 yang diperkirakan 10%, maka konsumsi semen baru akan mencapai 63 juta ditambah ekspor sebanyak 4juta ton maka utilisasi kapasitas produksi akan mencapai 89%. Ini belum memperhitungkan pemain-pemain baru yang bekerja sama dengan china untuk membangun pabri-pabrik semen baru.
KAPASITAS PRODUKSI vs KONSUMSI SEMEN 2000-2015
Krisis Moneter pada tahun 1997-1998 telah mendorong peningkatan ekspor secara dramatis dari 0,8 juta ton tahun 1997 menjadi 4,4 juta ton tahun 1998 karena konsumsi domestik yang turun 30%. Bahkan tahun berikutnya meningkat lebih dari 2 X lipat menjadi 9 juta. Angka ekspor tertinggi tercapai pada tahun 2001 sejumlah 9,5 juta ton, menjadikan Indonesia pengekspor terbesar kedua di dunia sesudah Thailand. Ekspor semen/klinker Indonesia menunjukkan tren yang menurun, sejak konsumsi semen domestik mengalami peningkatan yang terus menerus,sampai hanya berjumlah 1,2 juta pada tahun 2011. Peningkatan kapasitas produksi untuk 5 tahun mendatang tidak menunjukkan surplus produksi yang berarti dan karenanya ekspor semen/klinker tidak akan meningkat dengan tajam. Apalagi mengingat harga semen/klinker ekspor yang hanya separoh harga di dalam negeri.
EKSPOR DAN IMPOR
Grafik di atas menunjukkan perkembangan ekspor impor dari tahun 1990-2011 dimana impor semen melonjak dari 17.000 ton tahun 2004 menjadi 1,1 juta tahun 2005 dan terus meningkat menjadi 1,6 juta tahun 2010, dan menurun menjadi kurang dari 1 juta pada 2011. Jumlah impor kan mendekati nil setelah Semen Lafarge Indonesia (d/h PT Semen Andalas Indonesia) beroperasi penuh pada tahun 2012 ini.
Masa Depan Industri Semen ASEAN
Pendahuluan
Pada tanggal 8 Agustus 1967 dideklarasikan organisasi kerja sama regional Asia Tenggara oleh lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand. Organisasi ini dinamakam ASEAN (Association of South East Asia Nations). Keanggotaan ASEAN bertambah dengan Brunei Darussalam pada tahun 1984, Vietnam pada tahun 1995, Myanmar dan Laos pada tahun 1997 serta Cambodia pada tahun 1999, dengan demikian anggota ASEAN pada saat ini berjumlah 10 negara. Salah satu tujuan utama pembentukan ASEAN adalah untuk meningkatkan kerja sama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.
INDUSTRI SEMEN ASEAN
Pada tahun 2006, dari sepuluh negara anggota ASEAN, Thailand masih menduduki tingkat paling atas dengan kapasitas produksi 56,8 juta. Indonesia pada peringkat kedua dengan kapasitas produksi 44,9 juta. Vietnam pada peringkat ketiga dengan kapasitas produksi 31,8 juta. Malaysia dan Philippines pada peringkat keempat dan kelima dengan kapasitas produksi 28,3 juta ton dan 26,3 juta ton. Lima Negara lainnya kapasitas produksinya kurang dari 2 juta ton, kecuali Singapura yang memiliki grinding plant dengan kapasitas 0,5 juta ton juga memiliki terminal dengan packing plant yang berkapasitas 8 juta ton. Tahun 2010 kapasitas produksi di negara-negara ASEAN akan meningkat 33,6 juta ton yang sebagian besar berasal dari Vietnam dengan peningkatan kapasitas produksi sebesar 32,1 juta ton. Dengan demikian Vietnam menjadi negara yang memiliki kapasitas produksi terbesar (63,8 juta ton) di Asia Tenggara mengungguli Thailand (56,6 juta ton) dan Indonesia yang berkapasitas 46,5 juta ton Kecuali Indonesia dan Vietnam, negara-negara ASEAN lainnya diperkirakan belum akan meningkatkan kapasitas produksinya mengingat surplus produksi masih cukup banyak sampai 5-6 tahun mendatang. Tabel di bawah memperlihatkan posisi industri semen ASEAN pada tahun 2010 dan perkiraannya pada tahun 2014.
Dari table di bawah terlihat bahwa kapasitas produksi pada tahun 2014 diperkirakan akan meningkat 35 juta ton atau 15% selama 3 tahun mendatang. Sedangkan konsumsi semen dometiknya diperkirakan kan meningkat sekitar 45 juta ton atau sekitar 10% per tahun Pertumbuhan konsumsi semen di ASEAN yang sekitar 10% per tahun sesuai dengan perkiraan perekonomian ASEAN akan tumbuh sangat signifikan. Ekspor akan dipertahankan pada sekitar 20 juta ton pertahun mengingat surplus produksi masih cukup banyak dan pertumbuhan ekonomi Negara-negara ini belum mendukung percepatan pertumbuhan konsumsi semen domestic. Impor semen dan klinker diperkirakan akan menurun menjadi setengahnya mengingat Vitenam akan menghentikan impor dan Indonesia tidak lagi memerlukan impor semen dari Lafarge Malaysia karena PT Semen Andalas akan menyelesaikan renovasinya pada tahun 2011.
KAPASITAS PRODUKSI
Hanya Vietnam dan Indonesia yang akan meningkatkan kapasitas produksi produksi empat tahun mendatang, Vietnam meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 90 juta pada tahun 2014 dari kapasitas produksi saat ini sebesar 65,7juta ton. Sedangkan Indonesia akan meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 62,5 juta pada tahun 2014 dari kapasitas produksi saat ini sebesar 53,0juta ton. Sementara itu Negara-negara ASEAN lainnya belum memperlihatkan adanya rencana peningkatan kapasitas produksinya dalam 4 tahun mendatang. Hal ini dapat dimengerti mengingat surplus produksi negara-negara ini masih cukup besar. Bahkan Thailand berencana melaksanakan ekspansinya dinegara tetangga Myanmar dan Laos dan juga Vietnam serta Indonesia, mengingat potensi kebutuhan semennya yang terus meningkat dan pemanfaatan kapasitas produksi yang ada sudah maksimal. Tabel di bawah memperlihatkan .
Produksi Semen
Produksi semen Thailand yang mencapai 30juta ton pada tahun 1996 menurun menjadi 33,4 juta ton sampai tahun 2006, masih pada posisi teratas. Sedangkan Indonesia sejak 2006 mulai tergeser oleh Vietnam pada posisi ketiga dengan produksi 33.0 juta ton. Pada tahun ini Vietnam produksi semennya mencapai 32,6 juta ton meningkat 22 juta selama 10 tahun terakhir. Malaysia yang produksi semennya mencapai 19,7 juta pada tahun yang sama pada posisi keempat.. Philippines yang produksinya pernah mencapai 14,5juta ton pada tahun 1997, tahun 2006 hanya mencapai 12 juta ton. Kondisi perekonomian khususnya kegiatan di sektor konstruksi yang menunjukkan penurunan di Thailand, Malaysia dan Philippines telah menyebabkan penurunan produksi semennya. Penutupan pabrik-pabrik penggilingan semen di Singapura yang diganti dengan pembangunan terminal-terminal semen telah menyebabkan produksi semennya menurun drastis dari 4juta ton tahun 1995 menjadi hanya 150.000 ton pada tahun 2006. Sebagian besar kebutuhan semen dilaksanakan melalui terminal-terminal semen yang kapasitasnya di atas 8 juta ton per tahun. Hal ini dilakukan sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah setempat untuk mengurangi polusi dari pembongkaran klinker impor dan proses penggilingan semennya.
Tabel di bawah memperlihatkan angka-angka produksi semen dari berbagai Negara di ASEAN pada tahun 2010 dan perkiraannya sampai tahun 2014
Konsumsi
Konsumsi semen Thailand yang pernah mencapai 38 juta ton sejak tahun 1996 menurun menjadi 25,1 juta juta ton pada tahun 2010, sedangkan Indonesia yang berada pada posisi kedua sejak 1994 telah menyusul menjadi negara konsumen semen terbesar di ASEAN sampai tahun 2005 dengan konsumsi semen 31,5 juta ton. Sejak tahun 2006 Vietnam menggantikan Indonesia sebagai konsumen terbesar di ASEAN dimana konsumsinya mencapai 32,5 juta ton sedangkan konsumsi semen Indonesia pada tahun tersebut mencapai 32 juta ton. Tahun 2010 sampai empat tahun mendatang Vietnam akan tetap berada sebagai Negara dengan konsumsi semen terbesar di ASEAN. Malaysia yang konsumsi semennya pada tahun 2006 mencapai 15,7 juta ton telah melampui konsumsi semen Pilippines yang terus menurun pada tahun 2006 mencapai 11,7 juta ton. Tahun 2010 sampai 2014 mendatang konsumsi semen di Malaysia akan tetap berada di atas Filipina. Konsumsi semen di Singapura yang pada periode sebelum krisis pernah mencapai 6juta ton, tahun 2006 kurang dari 3 juta ton. Tahun 2011 diperkirakan naik mencapai 4,5juta ton sebelum turun kembali sekitar 4 juta ton. Negara-negara Asean lainnya secara keseluruhan konsumsi semennya diperkirakan mencapai 4 jutaan ton pada tahun 2014.
Ekspor
Ekspor semen (termasuk klinker) dari ASEAN mengalami perkembangan yang luar biasa, terutama dari Thailand dan Indonesia. Thailand menjadi eksportir terbesar di dunia sejak tahun 2000 dan meskipun ekspornya masih bertahan pada tingkat 14,7 juta ton pada tahun 2006 posisinya telah tergeser oleh China yang pada tahun 2006 diperkirakan di atas 20 juta ton. Indonesia menduduki posisi eksportir terbesar nomor dua di dunia pada periode 1999 sampai dengan 2001. Tahun-tahun berikutnya Indonesia hanya menduduki tempat keempat sebagai eksportir terbesar didunia sesudah Jepang dan Turki. Dua negara eksportir semen dari ASEAN lainnya adalah Malaysia dan Philipina yang mengekspor sekitar satu sampai dua setengah juta ton. Ekspor semen dari ASEAN yang cukup besar ini disebabkan oleh melemahnya konsumsi semen setempat sehingga surplus produksi produksi yang ada di wilayah ini masih sangat besar. Tahun 2010 ekspor semen dari negara-negara ASEAN masih sekitar 20 juta ton dengan perincian 8,8 juta ton berupa klinker dan 11,3juta ton semen. Tahun 2014 jumlah ekspor diperkirakan akan sama sekitar 20juta ton hanya porsi semennya meningkat menjadi sekitar 11,3 juta ton sedangkan klinkernya hanya 8,5juta ton.
IMPOR SEMEN DAN KLINKER
Dari sisi impor semen (termasuk klinker), tidak terlihat pola yang umum. Vietnam sampai tahun 2010 merupakan importir kedua terbesar di ASEAN dengan impor klinkernya sebesar 2,1 juta ton. Singapura akan tetap menjadi importir semen yang terbesar dengan impor semen dan klinker sebesar 4,5juta ton pada tahun 2010. Posisi ini akan bertahan sampai empat tahun kedepan karena negara ini hanya memiliki satu grinding plant yang juga akan ditutup dalam waktu dekat. . Malaysia masih mengimpor terutama klinker yang pada tahun 2010 berjumlah sekitar 1,6 juta ton mengingat dibagian Serawak dan Sabah, negara bagian ini hanya memiliki grinding plant.
- Penutup
Dengan adanya krisis finansial yang melanda Eropa dan Amerika Serikat, Persemenan ASEAN akan kembali bergairah dengan adanya pembangunan infrastrukutur besar-besaran di belahan Asia Timur dan Selatan.Dari sektor industri semen, Indonesia masih beruntung karena pertumbuhan konsumsi semen terus meningkat bahkan bersama Vietnam menjadi nomor satu di ASEAN sampai 2014. Singapura yang telah melewati krisis terlebih dahulu karena pondasi ekonominya kuat, kemudian disusul Malaysia dan Thailand. Vietnam yang sedikit sekali terkena dampak krisis ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi khususnya industri semen Vietnam sangat mengesankan. Selama sepuluh tahun terakhir menjadikan Vietnam menjadi Negara terkemuka di ASEAN mengungguli Thailand dan Indonesia..
Pabrik semen di Indonesia
- Holcim Indonesia
- PT Indocement Tunggal Prakarsa (Semen Tigaroda)
- PT Semen Baturaja (Semen Baturaja)
- PT Semen Padang (Semen Padang)
- PT Semen Gresik (Semen Gresik)
- PT Semen Bosowa (Semen Bosowa)
- PT Semen Andalas (Semen Andalas)
- PT Semen Tonasa (Semen Tonasa)
- PT Semen Kupang (Semen Kupang)
- PT Cement Puger Jaya Raya Sentosa (Semen Puger)
Referensi
- ^ http://economy.okezone.com/read/2010/09/21/320/374357/2011-konsumsi-semen-diproyeksi-naik-10
- ^ http://economy.okezone.com/read/2010/09/21/320/374357/2011-konsumsi-semen-diproyeksi-naik-10
- ^ http://industri.kontan.co.id/news/produksi-semen-diprediksi-44-juta-ton-di-2011-1
- ^ http://www.antarajatim.com/lihat/berita/79638/konsumsi-semen-diprediksi-capai-4815-juta-ton
- ^ http://industri.kontan.co.id/news/produksi-semen-diprediksi-44-juta-ton-di-2011-1
- ^ http://www.antarajatim.com/lihat/berita/79638/konsumsi-semen-diprediksi-capai-4815-juta-ton
Bacaan lanjutan
- Warta Semen dan Beton Indonesia Vol. 09 No. 4 - 2011
- Warta Semen dan Beton Indonesia Vol. 10 No. 1 - 2012