Hugo Chávez
Hugo Rafael Chávez Frías (pengucapan bahasa Spanyol: [ˈuɣo rafaˈel ˈtʃaβes ˈfɾi.as]; 28 Juli 1954 – 5 Maret 2013) adalah Presiden Venezuela mulai tahun 1999 sampai meninggal dunia tahun 2013. Sebelumnya ia merupakan ketua partai politik Gerakan Republik Kelima sejak didirikan tahun 1997 sampai 2007. Partai tersebut bergabung dengan beberapa partai lain dan membentuk Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV) yang ia pimpin sampai meninggal dunia. Karena memiliki paham politik Bolivarianisme dan "sosialisme abad ke-21", ia fokus menerapkan reformasi sosialis di negara ini sebagai bagian dari proyek sosial bernama Revolusi Bolivarian. Sepanjang masa kepemimpinannya, ia telah menerapkan konstitusi baru, mendirikan dewan demokrasi partisipasi, menasionalisasi sejumlah industri penting, meningkatkan anggaran kesehatan dan pendidikan, dan mengurangi tingkat kemiskinan secara besar-besaran.[1]
Datang dari keluarga kelas pekerja di Sabaneta, Barinas, Chávez sempat menjadi seorang perwira militer, dan setelah merasa tidak puas dengan sistem politik Venezuela, ia mendirikan organisasi rahasia Revolutionary Bolivarian Movement-200 (MBR-200) pada awal 1980-an yang bertujuan menggulingkan pemerintahan. Chávez memimpin MBR-200 dalam aksi kudeta pemerintahan Presiden Carlos Andrés Pérez dari Partai Aksi Demokrasi pada tahun 1992, sayangnya gagal dan ia dipenjara. Setelah bebas dari kurungan selama 2 tahun, ia mendirikan partai politik demokrasi sosial bernama Gerakan Republik Kelima. Ia kemudian terpilih sebagai presiden Venezuela tahun 1998. Chávez langsung memperkenalkana konstitusi baru yang menambah hak-hak kaum terpinggirkan dan mengubah struktur pemerintahan Venezuela. Ia terpilih lagi tahun 2000. Pada masa pemerintahannya yang kedua, ia memperkenalkan sistem Misi Bolivarian, Dewan Komunal, koperasi pekerja, dan program reformasi tanah, sambil menasionalisasikan sejumlah industri penting di Venezuela. Ia terpilih lagi tahun 2006 dengan jumlah suara 60%. Pada 7 Oktober 2012, Chávez memenangkan pemilu presiden untuk keempat kalinya, mengalahkan Henrique Capriles, dan terpilih untuk masa jabatan selama enam tahun.[2]
Chávez bergabung dengan pemerintahan Komunis Fidel dan Raúl Castro di Kuba dan pemerintahan Sosialis Evo Morales di Bolivia, Rafael Correa di Ekuador, dan Daniel Ortega di Nikaragua. Masa pemerintahannya dipandang sebagai bagian dari "gelombang merah jambu" sosialis yang menyapu seluruh Amerika Latin. Bersama mereka, Chávez menyatakan kebijakan-kebijakannya bersifat anti-imperialis, menjadi musuh utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat, dan pengkritik lantang neoliberalisme dan kapitalisme laissez-faire yang didukung A.S.[3] Ia mendukung kerja sama Amerika Latin dan Karibia dan memainkan peran penting dalam pendirian Persatuan Bangsa-Bangsa Amerika Selatan, Aliansi Bolivarian untuk Amerika, Bank Selatan, dan jaringan televisi regional TeleSur. Akan tetapi, Chavez memiliki sejumlah permasalahan dengan Kolombia, termasuk dukungannya terhadap pemberontak di Kolombia dan Ekuador. Chávez adalah sosok yang sangat kontroversial baik di dalam maupun luar negeri. Ia semapt mencerca beberapa pemimpin dunia dan membanding-bandingkan presiden Amerika Serikat George W. Bush dengan seekor keledai[4] dan iblis.[5]
Pada tanggal 30 Juni 2011, Chávez menyatakan bahwa ia sedang memulihkan diri pasca-operasi pengangkatan tumor sel kanker.[6] Ia melaksanakan operasi kedua pada bulan Desember 2012.[7] Ia rencananya dilantik pada tanggal 10 Januari 2013, tetapi Majelis Nasional Venezuela sepakat menunda pelantikannya sampai ia pulih dan pulang dari tempat perawatannya di Kuba.[8] Chávez meninggal dunia di Caracas tanggal 5 Maret 2013 pada usia 58 tahun.[9][10]
Mengkudeta
Satu dekade sebelum melakukan kudeta, Hugo Chavez membentuk sebuah gerakan bersama kelompok perwira militer bernama Simon Bolivar (Bapak Kemerdekaan Amerika Latin). Kebijakan Presiden Carlos Andres Perez menaikkan harga bensin dan pengetatan pinggang yang menuai protes dari massa rakyat sepertinya tepat kalau “alat” itu segera digunakan. Terlebih, setelah memperhatikan kerusuhan selama tiga hari (27 Februari 1989). Ratusan orang tewas. Banyak jenazah tetap tak teridentifikasi dalam sebuah makam.
Seperti tak bisa ditunda lagi, Letkol Hugo Chavez memimpin sekitar 5.000 tentara untuk melakukan kudeta berdarah pada 4 Februari 1992 meskipun menuai kegagalan. Revolusi bulan Februari oleh Gerakan Revolusioner Bolivarian menelan korban jiwa 18 tewas serta 60 orang lainnya cedera. Chavez kemudian menyerahkan diri. Ia kemudian mendekam di penjara militer saat para koleganya berupaya kembali merebut kekuasaan sembilan bulan kemudian.
Percobaan kudeta kedua pada bulan September 1992 juga gagal. Hugo Chavez dikurung dua bulan penjara. Sewaktu di dalam penjara, ia membentuk partai bernama Gerakan Republik Ke-5 (Movement of the Fifth Republic) dan melakukan transisi dari militer ke politikus. Setelah para pembangkang sempat menguasai sebuah stasiun televisi serta sempat menyiarkan rekaman Chavez yang mengumumkan kejatuhan pemerintah berkuasa, ia dijatuhi hukuman penjara selama dua tahun. Chavez kemudian mendapatkan pengampunan.
Di luar penjara, ia melansir partainya sebagai Gerakan Republik Kelima dan menjalani transisi dari dunia tentara ke dunia politikus.
Chavez yang memimpin koalisi Patriotic Pole berhaluan kiri secara jelas menegaskan, mengikuti jejak tokoh legendaris Argentina (Jenderal Juan Peron) yang dipandang sangat peduli pada kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan persamaan hak.
48 Jam yang Dramatis
Presiden Hugo Chavez mengundurkan diri di bawah tekanan pemimpin-pemimpin militer Venezuela pada pagi-pagi di hari Jumat waktu setempat tanggal 12 April 2002. Kudeta dramatis yang dilakukan militer terhadap presiden mengembangkan situasi dilematis. Beberapa jam setelah Chavez mundur, Pedro Carmona diangkat sebagai presiden sementara (interim). Tetapi, Jaksa Agung Venezuela (Isaias Rodriguez) menyatakan bahwa penunjukan presiden interim Pedro Carmona adalah inskontitusional dan menandaskan bahwa Presiden Venezuela tetap Hugo Chavez.
Menurut Jaksa Agung, pengunduran diri presiden baru resmi setelah diterima Kongres. Chavez mengundurkan diri di bawah tekanan pemimpin-pemimpin militer. “Tuan Presiden, dulu saya loyal habis-habisan. Akan tetapi, kematian banyak orang yang terjadi, tak bisa ditoleransi,” kata Jenderal Efraim Vazguez Velasco (Panglima Angkatan Bersenjata) dalam pidatonya di televisi nasional yang dikutip pers Indonesia.
Di tengah mengalirnya kritik internasional terhadap tindakan kudeta, militer menunjuk seorang ekonom bernama Pedro Carmona yang merupakan salah satu pimpinan kamar dagang. Saat pelantikan sebagai presiden interim, Carmona mengumumkan segera melakukan pemilihan presiden dalam setahun. Kongres juga dibubarkan karena sebagai pendukung Chavez. Dalam salah satu dekrit yang diumumkan pemerintahan sementara juga diungkapkan dibentuknya sebuah Dewan Konsultatif yang terdiri 35 anggota. Mereka mengemban tugas sebagai badan penasehat presiden republik.
Dekrit juga menetapkan, presiden interim akan mengkoordinasikan kebijakan pemerintahan transisi dan keputusan lain yang diperlukan guna menjamin kebijakan, dengan otoritas pemerintah pusat maupun daerah. Dekrit tersebut mengundang banyak kritikan. Presiden Meksiko Vicente Fox secara tegas menyatakan tidak mengakui pemerintahan baru Venezuela sampai dilaksanakan pemilu baru. Demikian juga dengan pemimpin-pemimpin Argentina dan Paraguay menyatakan, pemerintahan baru Venezuela tidak sah.
Sehari setelah Hugo Chavez digulingkan melalui kudeta militer dan digantikan Pedro Carmona atas inisiatif sebagian perwira militer, Chavez kembali dikukuhkan menjadi Presiden Venezuela (14 April 2002). Pedro Carmona yang hanya menduduki sebagai presiden interim selama sehari dipaksa mengumumkan pengunduran dirinya setelah Jaksa Agung menyatakan bahwa kudeta tidak sah.
Berhasilnya Chavez kembali ke tampuk pemerintahan antara lain disebabkan militer terpecah. Sebagian jenderal memang mendukung Carmona, tetapi sebagian besar prajurit dan perwira menengah loyal terhadap Chavez. Selain itu, di kalangan kelompok masyarakat miskin pun Chavez sangat populer sehingga ketika ia digulingkan ribuan orang melakukan unjuk rasa agar Chavez dikukuhkan kembali menjadi presiden. Dalam aksi yang diwarnai penjarahan tersebut, belasan orang tewas.
Hugo Chavez sempat ditahan di Pulau La Orchila oleh para pejabat senior militer dan terbang kembali ke Caracas dengan menggunakan helikopter serta dielu-elukan ribuan pendukungnya. Dengan mengepalkan tangan ke atas, Chavez memasuki Istana Kepresidenan Miraflores yang berhasil direbut kembali oleh pendukungnya. Sementara, Jaksa Agung menegaskan bahwa para menteri di bawah pemerintahan interim ditahan dan sejumlah petinggi militer juga diadili dengan tuduhan pembangkangan militer, termasuk pimpinan interim mereka yang seorang ekonom bernama Pedro Carmona.
Referendum 8 Agustus 2004 sebagai upaya menggulingkan Presiden Hugo Chaves oleh oposisi kembali dilakukan, tetapi masih dimenangkan oleh Hugo Chavez dengan 58 persen suara. Kemenangan tersebut membuat dirinya berhasil mengatasi salah satu tantangan terbesar dalam masa pemerintahannya dan menjadikannya sebagai sebuah mandat yang lebih besar untuk melanjutkan “revolusi bagi kaum miskin-“nya.
Pada pemilu legislatif pada Desember 2005, partai pimpinan Chavez berhasil menyapu bersih seluruh kursi parlemen setelah pihak oposisi memboikot pemilu tersebut.
Dia mencalonkan lagi sebagai presiden dan mengalahkan Henrique Capriles Radonski.
Konser Shakira
Pada 18 November 2006, ia membuka lapangan udara militer di Caracas sekaligus membuka konser yang menghadirkan penyanyi Shakira asal Kolombia. Pidato pembukaan disiarkan televisi, meskipun ia mengaku membenci musik yang berasal dari Amerika. Ia rajin mendengung-dengungkan pentingnya musik nasional. Kehadiran Shakira lebih sebagai perkecualian.
Kematian
Pada tanggal 5 Maret 2013, Wakil Presiden Nicolás Maduro mengumumkan di televisi nasional bahwa Chávez telah meninggal dunia di Caracas pada pukul 16:25 waktu setempat.[11] Wapres menyatakan Chávez meninggal "setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya selama hampir dua tahun."[11] Wapres Maduro dan para pendukung Chávez mencurigai ada permainan di balik penyakit yang diderita Chávez dan kematiannya.[11][12] Pemakaman Chávez rencananya akan dilakukan di Caracas.[13] [14][15][16][17] Maduro berspekulasi Chávez telah diracun. Pada pidato itu pula, Maduro memaksa pulang atase kedubes Amerika Serikat karena dianggap melakukan "plot terhadap pemerintah" Venezuela.[18][19][20][21][22] Chávez sendiri mengklaim dirinya sebagai "korban upaya pembunuhan oleh A.S."[23] Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyebut tuduhan tersebut "mengada-ada".[24]
Sesuai konstitusi Venezuela, pemilu presiden harus diadakan dalam kurun 30 hari pasca kematian Chávez. Menteri Luar Negeri Venezuela menyatakan bahwa Wapres Nicolas Maduro akan menjabat sebagai presiden sementara.[25]
Referensi
- ^ Ian James (4 October 2012). "Venezuela vote puts 'Chavismo' to critical test". Yahoo. Diakses tanggal 2 February 2013.
- ^ "Venezuela's Chávez re-elected to extend socialist rule". Reuters. Diakses tanggal 8 October 2012.
- ^ Ellner 2002
- ^ Chavez calls Bush jr. a donkey
- ^ Chavez calls bush Satan
- ^ "President Chávez's address to the Nation".
- ^ Virginia Lopez in Caracas. "Hugo Chávez names successor after confirming need for cancer surgery". Guardian. Diakses tanggal 2013-02-02.
- ^ [1][pranala nonaktif]
- ^ Castillo, Mariano (5 March 2013). "Venezuelan leader Hugo Chávez dies". CNN. Diakses tanggal 5 March 2013.
- ^ Cawthorne, Andrew (5 March 2013). "Venezuela's Hugo Chávez dies from cancer: VP". Reuters. Diakses tanggal 5 March 2013.
- ^ a b c Venezuelan President Hugo Chávez dead, VP says Published March 05, 2013, Associated Press
- ^ "Hugo Chávez, Venezuelan President, Dead at 58". ABC News. Diakses tanggal 5 March 2013.
- ^ http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/southamerica/venezuela/9780372/Hugo-Chavez-dies.html. Diakses tanggal 2013-03-06. Tidak memiliki atau tanpa
|title=
(bantuan)[pranala nonaktif] - ^ "Venezuelan President Hugo Chávez dead, VP says". Fox News. 2013-03-05. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ Frank Bajak (2013-03-05). "Hugo Chávez, Fiery Venezuelan Leader, Dies at 58". ABC News. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ Jonathan Watts (2013-03-05). "Hugo Chávez, president of Venezuela, dies in Caracas". the Guardian. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ Kraul, Chris. "Venezuelan strongman Hugo Chávez dead after struggle with cancer". latimes.com. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "Venezuela Expels 2 US Diplomats; Vice President Claims Hugo Chávez was Poisoned | Fox News Latino". Latino.foxnews.com. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "Venezuelan VP: Chávez was Poisoned - Latest News Briefs". Israel National News. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ Cawthorne, Andrew. "Venezuela's Hugo Chávez dies from cancer". Reuters. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "Hugo Chávez, Venezuela's Anti-U.S. Socialist Leader, Dies at 58". SFGate. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "Venezuela accuses enemies of Chávez plot – This Just In - CNN.com Blogs". News.blogs.cnn.com. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "FOX News Confirms: Venezuelan President Hugo Chávez Dies « FOX News Radio". Radio.foxnews.com. Diakses tanggal 2013-03-05.
- ^ "S rejects Venezuela's conspiracy claims". AFP. March 05, 2013. Diakses tanggal March 05, 2013.
- ^ "FOREIGN MINISTER: VP MADURO IS INTERIM PRESIDENT". AP. Diakses tanggal 6 March 2013.
Pranala luar
- (Spanyol) Aló Presidente — situs acara bincang-bincang mingguan Chavez
- (Spanyol) Presidente Hugo Rafael Chávez Frías - biografi
- Hugo Chávez en "La Patria Grande de Caracas"
Didahului oleh: Rafael Caldera |
Presiden Venezuela 1999–2013 |
Diteruskan oleh: Sedang menjabat |