Perang Saudara Rwanda
Perang Saudara Rwanda adalah konflik yang berlangsung antara pemerintahan Presiden Juvénal Habyarimana dengan pemberontak dari Front Patriotik Rwanda. Konflik ini meletus pada 1 Oktober 1990 saat Front Patriotik Rwanda melancarkan serangannya dan berakhir pada 4 Agustus 1993 setelah ditandatanganinya Persetujuan Arusha yang membagi kekuasaan dalam pemerintahan.[1]
Perang Saudara Rwanda | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Peta Rwanda | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Pemberontak: Juga:
|
Pemerintah: Angkatan Bersenjata Rwanda
| ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Fred Rwigyema † Peter Bayingana † Paul Kagame |
Juvénal Habyarimana † Théoneste Bagosora Augustin Bizimungu | ||||||
Kekuatan | |||||||
20.000[2] | 35.000[2] |
Namun, pembunuhan Habyarimana pada April 1994 memicu Genosida Rwanda yang menewaskan hingga 800.000 orang. Setelah terjadinya pembunuhan massal tersebut, Front Patriotik Rwanda melancarkan kembali serangannya, dan akhirnya mengambil alih seluruh Rwanda. Pemerintahan Hutu dalam pengasingan kemudian menggunakan kemah pengungsi di negara tetangga untuk menyerang pemerintahan Front Patriotik Rwanda. Front Patriotik Rwanda dan tentara pemberontaknya lalu melancarkan Perang Kongo Pertama (1996–1997), yang kemudian berlanjut menjadi Perang Kongo Kedua (1998–2003). Maka, walaupun perang saudara secara resmi berakhir pada 1993, beberapa sumber menganggap perang ini berakhir ketika Kigali direbut oleh Front Patriotik Rwanda pada tahun 1994 atau pada saat pembubaran kemah pengungsi pada tahun 1996, sementara sumber lain menganggap keberadaan kelompok pemberontak kecil di sepanjang perbatasan Rwanda sebagai pertanda bahwa perang saudara masih berlangsung.
Catatan kaki
Pranala luar
- Rwanda Civil War, globalsecurity.org
- Human Rights Developments in Rwanda, Human Rights Watch report of 1992