Oei Tiong Ham

pengusaha konglomerat Asia Tenggara
Revisi sejak 6 April 2013 08.33 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 2 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q1272459)

Oei Tiong Ham (bahasa Tionghoa 黄仲涵, Huáng Zhònghán; (Semarang, 1866Singapura, 1924) adalah pendiri perusahaan multinasional pertama di Asia Tenggara dan orang terkaya pada zamannya di kawasan itu. Selain itu, ia adalah pemimpin masyarakat Tionghoa di Semarang dan belakangan juga dikenal sebagai Raja Gula Asia. pada saat sekarang grup bisnis ini berpusat di negeri Belanda dan dikelolah oleh anak bungsungnya yang bernama Oei Tjong Tjay bertempat tinggal di Switzerland yang berasal dari istri yang ke 7 bersaudarakan 13 putera dan 13 puteri dari 8 istri bapaknya. [1]

Kehidupan

Oei Tiong Ham dilahirkan pada 19 November 1866 di Semarang, Jawa Tengah sebagai anak kedua dari delapan orang anak di dalam keluarganya. Ia berasal dari daerah Tong An di Fujian, Republik Rakyat Cina.

Ia belajar di sebuah sekolah swasta Tionghoa dan sewaktu masih kanak-kanak ia pun mempelajari bahasa Melayu.

Ayahnya, Oei Tjie-sien (黄志信, Huáng Zhìxìn) berhasil meletakkan dasar bagi imperium Oei Tiong Ham. Di Semarang ia membuka usaha dupa dan gambir. Pada 1863 ia mendirikan Kongsi Kian-gwan (建源公司, Jianyuan Gongsi) yang kemudian oleh Oei Tiong Ham menjadi Oei Tiong Ham Concern.

Keberhasilan

Oei Tiong Ham terutama adalah yang pertama mengekspor hasil bumi dan perdagangan opium. Pada peralihan abad memasuki abad ke-20, ia telah menjadi orang terkaya di Asia Tenggara. Usahanya mempunyai cabang-cabang di Bangkok, Kolkatta, Singapura, Hong Kong, Shanghai, London dan New York. Perusahaannya juga mempunyai properti dan sejumlah pabrik di Jawa, sebuah bank, broker di London dan armada kapal yang terdaftar di Singapura.

Keberhasilan Oei disebabkan oleh hubungannya yang baik dengan para penguasa kolonial Belanda. Selain itu ia pun adalah orang Tionghoa perantauan pertama yang mengenakan setelan pakaian barat.

Ia meninggal dunia secara mendadak pada 6 Juni 1924 karena serangan jantung, dan ia meninggalkan harta yang jumlahnya sekitar 200 juta Gulden Belanda.

Referensi

Pranala luar

Pustaka