Nurhayati Ali Assegaf
Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si., MP (lahir 17 Juli 1960) adalah anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 dari Partai Demokrat. Ia juga merupakan wakil ketua BKSAP dan sekaligus delegasi Indonesia di Inter-Parliamentary Union, Women ASEAN Inter-Parliamentary Assembly / WAIPA dan Parliamentary Union of OIC Member States Council.
Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si., MP | |
---|---|
Berkas:NurhayatiAA.jpg | |
Lahir | 17 Juli 1960 Solo |
Kebangsaan | Indonesia |
Pekerjaan | Anggota DPR |
Dr. Nurhayati Ali Assegaf,M.Si.,MP. saat ini menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Menjadi anggota DPR sejak tahun 2004, ia terpilih kembali pada tahun 2009. Selama jangka pertama (2004-2009) Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si., MP diangkat menjadi Staf Khusus Ibu Negara Republik Indonesia Ibu Ani Susilo Bambang Yudhoyono. Disamping tugas tersebut, juga sebagai pendukung kuat atas masalah pemberdayaan perempuan dan gender, dia juga menjadi pembawa acara dan sutradara "Perspektif Perempuan" pada program di Televisi Republik Indonesia (TVRI). Sebelumnya, Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si., MP menjadi Managing Director Bisnis dan Konsultan Keuangan (Assegaf & Partners Ltd, 1998-2004) dan Associate Winarto Soemarto & Associates (1993-1998).
Aktivitasnya sebagai aktivis organisasi baik sosial maupun politik dimulai di akademisi saat masih sebagai mahasiswa. Keterlibatannya yang kuat dengan isu-isu politik dan sosial serta hubungan internasional mendorong DR. Nurhayati Ali Assegaf untuk menjadi pelindung dan pendiri sejumlah lembaga dan kelompok pemikir menangani isu-isu yang berkaitan dengan pemuda, perempuan dan anak, demokrasi serta pendidikan. Pada tahun 2003, ia bergabung dengan Partai Demokrat, aktif dalam struktur organisasi partai, termasuk sebagai Wakil Sekretaris Jenderal dan Ketua Departemen Luar Negeri.
Nurhayati, yang juga presiden International Parlemen Union Koordinasi Komite Parlemen Perempuan, mengakui pergolakan di dalam partainya dengan berbagai kasus yang menyandung kader partai bertekad kuat mengembalikan kejayaan partai besutan bapak Susilo Bambang Yudhoyono ini serta memperbaiki citra partai menuju kemenangan pemilu 2014 mendatang.
Baginya, apa yang terjadi dalam partai adalah bagian dari dinamika politik dan hal itu merupakan kecelakaan politik dan tsunami kecil di dalam Partai Demokrat yang harus disikapi secara positif agar kader partai Demokrat menjadi kader yang bersih, cerdas dan santun dalam berpolitk. Dia menyadari betapa buruknya persepsi publik dan media terhadap kinerja anggota DPR ditambah lagi dengan adanya keterlibatan beberapa anggota dalam skandal korupsi.
Sejak diberi amanah sebagai ketua Fraksi Partai Demokrat pada bulan Mei tahun lalu, menggantikan bapak Jafar Hafsah, Ibu Nurhayati, begitu sapaan akrabnya, terus memikirkan bagaimana untuk mendukung program pemerintah. Menurutnya, faksi partai di DPR merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah. Sebagai partai berkuasa, dia akan memastikan monitor Partai Demokrat untuk mendukung terealisasinya program-program pemerintah yang pro rakyat.
Meskipun tidak mudah untuk mengelola anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI yang berjumlah 148 orang, tetapi ibu Nurhayati selalu optimis dan yakin bahwa dengan menjalin komunikasi yang baik secara intens dengan para anggota partai maka tidak akan ada jalan buntu pada setiap persoalan yang ada. Tidak hanya itu, Nurhayati juga mendesak anggota FPD DPR RI untuk mengunjungi konstituen mereka setiap Jumat sampai Minggu selama reses parlemen.
Sebelum bergabung dengan partai, Nurhayati membuat perubahan karir yang cepat dari seorang ibu rumah tangga menjadi pengusaha, kemudian bergabung dengan sebuah konsultan keuangan dan bisnis sebagai asosiasi, sebelum mendirikan Assegaf dan Partners.
Pada 1990-an dia mendirikan organisasi relawan untuk anak-anak jalanan dan imigran ilegal dimana hal ini bisa membuatnya bersentuhan langsung dengan kebijakan pemerintah saat itu. Imigran yang overstay di negeri ini, misalnya, didenda bukannya dikirim kembali ke negara mereka. Selama waktu itu, Nurhayati sering mengunjungi pusat penahanan di Cengkareng, Banten, dan menjadi perantara antara imigran dan kedutaan besar mereka. Misalnya, kebijakan memmberi mereka makanan adalah beban negara, maka Nurhayati ingin membantu orang-orang ini melalui jalur politik.
Pendidikan
- Doktor dalam bidang Ilmu Sosial dan ilmu Politik, FISIP Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta
- Master dalam bidang Kajian Amerika, Universitas Indonesia Jakarta
- Sarjana Strata 1 dalam bidang Manajemen SDM, STIA Majapahit Malang
- Diploma Public Relation, Los Angeles City College
- Diploma Fak Kedokteran, Univ. Brawijaya Malang
- Kursus Reguler – KRA XXXVI LEMHANAS
- Harvard Kennedy School Executive Education, Leaders in Development: Managing Change in a Dynamic World, USA, June 2010
- Pelatihan Kepemimpinan Kader Partai Demokrat (PKKPD), 2008
- Course of Public Relation, DPP Partai Demokrat, 2012
Karier Parlemen
Dalam perjalanan kegiatan berparlemen sejak tahun 2004, Nurhayati telah terlibat dalam sejumlah komisi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, khususnya Komisi VI bidang Perdagangan, Industri, Investasi, Usaha Kecil dan Skala Menengah, BUMN, dan National Standardisasi, dan Komisi I Pertahanan, Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi dan Informasi.
Saat ini, ia adalah Ketua Inter-Parliamentary Union (IPU-Indonesia) dan Kelompok Kerja untuk Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), serta Wakil Ketua Panitia Kerjasama Antar Parlemen. Dia juga bertindak sebagai Focal Point dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk Konvensi PBB dalam Memerangi Desertifikasi.
Nurhayati menyadari bahwa untuk sukses dalam politik, maka harus mandiri secara finansial. Dia memilah dan memilih partai politik yang sesuai dengan tujuan perjuannganya dan akhirnya mata dan hatinya secara mantap tertuju pada Partai Demokrat.
Nurhayati adalah staf khusus ibu Negara yang bertugas untuk menulis pidato-pidato ibu negara. Ia juga memprakarsai koleksi pidato ibu negara karena sebelum bergabung di istana, belum ada koleksi-koleksi pidato ibu negara.
Pada saat kongres pertama Partai Demokrat tahun 2005, dia menjadi satu-satunya perempuan yang dinominasikan menjadi kandidat ketua umum Partai Demokrat bersaing dengan Hadi Utomo, adik ipar ibu Ani Yudhoyono yang terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Dengan berpartisipasi dalam kompetisi ini, dia memotivasi para perempuan bahwa perempuan bisa memainkan peran dalam politik.
Pemilu legislatif 2009, Nurhayati kembali ikut meramaikan bursa pencalegan untuk Daerah Pemilihan Jawa Timur V yang meliputii Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu atau Malang Raya. Dengan berbekal kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas untuk kepentingan rakyat, Nurhayati terpilih menjadi anggota legislatif periode 2009-2014.
Kefasihannya dalam berbahasa Inggris dan Jepang, serta pengetahuannya tentang bahasa Arab dan Perancis, Nurhayati memilih duduk di kursi Komisi I DPR yang membawahi urusan luar negeri, pertahanan dan komunikasi. Dengan kemampuannya berkomunikasi dalam berbagai macam bahasa inilah, Nurhayati sering diundang sebagai pembicara, baik dalam skala nasional maupun internasional. Ia juga menjalin hubungan baik dengan para duta besar untuk berdiplomasi maupun sharing gagasan dalam membangun hubungan bilateral dan multilateral.
Inter-Parliamentary Union
Sejak bergabung dengan delegasi Indonesia ke konferensi Inter-Parliamentary Union (IPU), Dr. Nurhayati Ali Assegaf telah aktif baik sebagai peserta dan ketua dalam pertemuan-pertemuan komite dari Inter-Parliamentary Union(IPU), khususnya sebagai anggota Komite Eksekutif dan Sub-Komite pada Keuangan. Saat ini, ia adalah Presiden Inter-Parliamentary Union (IPU), Komite Koordinasi Parlemen Perempuan.
Dr. Nurhayati Ali Assegaf memimpin Delegasi Indonesia ke 124 Inter-Parliamentary Union (IPU) Majelis dan pertemuan terkait di Panama City, Panama, pada 2011, dan ke 123 IPU Majelis dan pertemuan terkait di Jenewa, Swiss.
Kepercaya yang kuat untuk mengembangkan dimensi regional kerjasama parlemen, Dr. Nurhayati Ali Assegaf telah memainkan peran aktif dalam forum regional seperti Majelis Parlemen Asia (APA) ; ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA); Forum Asia- Parlemen Pasifik untuk Pendidikan (FASPPED), dan Uni Parlemen Negara Anggota OKI (PUIC).