Batu Kelenang
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Batu Kelenang merupakan salah satu peninggalan sejarah di Desa Sambelia Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia. Situs sejarah ini terletak di bagian selatan wilayah desa, tepatnya yaitu sekitar 1 km ke arah Barat Daya dari Montong Amak Ayat Dusun Gb Daya. Dari susunan katanya, Batu Kelenang terdiri atas "batu" yang berarti batu, dan "kelenang" yang dalam bahasa setempat berarti Kulintang. Jadi Batu Kelenang ini adalah situs peninggalan sejarah berupa 3 buah batu yang polanya menyerupai alat musik tradisional kulintang.
Sejarah Kampung
Menurut cerita tokoh masyarakat desa setempat, Batu Kelenang dulunya merupakan lokasi perkampungan yang pertama. Namun karena diserang "balaq", para penduduk pergi meninggalkan kampung. Waktu itu mereka percaya "balaq" atau sejenis wabah kolera yang menyebabkan kematian masal itu akibat kemarahan bangsa jin, setan dan roh jahat. Sehingga asumsinya dengan menyingkir ke seberang, kehidupan mereka tidak akan diganggu lagi. Setidaknya begitulah cerita yang populer kita dengar dari tetua adat di Balai Pertemuan, tinimbang versi lain yang mensinyalir kepindahan penduduk karena dikeluarkan petugas kehutanan. Secara tidak langsung situs batu kelenang ini bisa menggambarkan kondisi masyarakat pada waktu itu. Saya membayangkannya mirip dengan kehidupan masyarakat zaman neolitikum. Mereka mengelola sumberdaya alam dengan segenap isinya, antara lain dengan mengolah hutan sebagai ladang, menanam berbagai jenis tanaman dan memelihara hewan ternak. Mereka juga telah hidup menetap dan membangun rumah-rumah sederhana dengan cara bergotong royong. Fungsi rumah lebih sebagai pelindung dari mara bahaya dan ancaman binatang buas.
Gambaran Tentang Situs
Sekitar tahun 1980-an, situs "Batu Kelenang" ini masih utuh berjumlah tiga buah. Namun kini tidak bisa dipastikan apakah masih lengkap atau tidak. Batu di tengah lebih besar dari kedua batu pengapitnya, dengan susunan mirip kulintang. Jika dipukul secara beraturan bisa menghasilkan irama layaknya kulintang. Dulu kalau kebetulan melintasi sekitar tempat itu, saya suka memainkannya. Suaranya memang tidak terlalu nyaring, tetapi apa yang saya lihat dan rasakan di sana cukup memberi kesan bahwa apa yang diceritakan para tetua adat desa itu benar adanya. Lokasi di sekitarnya relatif datar, bervegetasi dominan semak belukar dan pepohonan sejenis lengkukun. Selain keberadaan Batu Kelenang, pertanda lokasi bekas perkampungan yaitu di beberapa tempat bisa ditemukan sisa bangunan seperti serpihan bata dan genteng (WG - Warga Gampung)