Pasar Terapung adalah sebuah pasar tradisional yang seluruh aktivitasnya dilakukan di atas air dengan menggunakan perahu. Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu oleng dimainkan gelombang sungai. Kebanyakan para pedagang adalah wanita. Menariknya, di Pasar terapung ini juga masih berlaku barter antar pedagang. Tak ada organisasi pedagang sehingga jumlah mereka yang berjualan tak terhitung. Mereka datang untuk berjualan, dan bubar dengan sendirinya ketika matahari pagi mulai terik.[1]

Suasana di Pasar Terapung.
Lukisan Pasar Terapung menurut seorang pelukis.

Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang berdasarkan barang dagangan. Pasar ini unik karena selain transaksi dilakukan di atas perahu, pedagang dan pembelinya juga tidak terpaku di suatu tempat, tetapi terus bergerak mengikuti arus sungai. Keunikan ini membuat pasar terapung ini disebut sebagai Pasar Balarut.[2]

Pasar Terapung yang terkenal di Indonesia berada di provinsi Kalimantan Selatan.[3][4] Pasar Terapung di Kalsel ini mulai melakukan aktivitas transaksi jual beli pada subuh hingga pukul 10 pagi. Dari beberapa Pasar Terapung di Kalimantan Selatan, yang menjadi objek wisata terkenal adalah Pasar Terapung Muara Kuin di Banjarmasin dan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Tabuk, Banjar.

Pasar Terapung juga ditemukan di Thailand, Kamboja dan Vietnam.

Pasar Terapung Muara Kuin

Pasar Terapung Muara Kuin berlokasi di muara Sungai Kuin, Kota Banjarmasin. Pasar ini mulai terlihat aktivitasnya mulai subuh hingga jam 8 pagi.

Pasar Terapung Lok Baintan

Pasar Terapung Lok Baintan dapat ditempuh sekitar 30 menit dengan menggunakan transportasi sungai dari kota Banjarmasin menyusuri sungai Martapura. Pasar ini berlokasi di desa Lok Baintan, Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar.

Pasar Terapung Langkat

Di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara juga terdapat pasar terapung. Namun, pasar terapung ini sengaja dibuat dan berlokasi di Desa Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu, yang berdekatan dengan perbatasan Provinsi Aceh. Pasar terapung ini diresmikan oleh Bupati Langkat Yunus Saragih pada tanggal 9 Februari 2009. Pasar ini dimaksudkan untuk menjaga kestabilan harga ikan kerapu yang kini sedang merosot di pasaran.[5][6]

Pasar Terapung Bangkok

 
Pasar Terapung Damnoen Saduak di Ratchaburi, Thailand.

Di Thailand juga terdapat sebuah pasar terapung yang bernama The Damnoen Saduak Floating Market atau Pasar Terapung Damnoen Saduak di Provinsi Ratchaburi. Pasar Terapung ini berjarak sekitar 110 km sebelah barat kota Bangkok. Melancong ke pasar terapung Damnoen Saduak masih layak untuk dilakukan. Situasinya benar-benar kacau dan semrawut, kanal kecil yang disebut khlongs dipenuhi perahu datar yang diisi penuh dengan tumpukan produk makanan segar, masing-masing berebut posisi. Perahu yang didayung oleh wanita siap untuk berhenti dan melakukan tawar-menawar pada saat itu juga. Penuh warna, berisik, amat menarik bagi turis, tapi sangat menyenangkan. Selama perahu berekor panjang berjalan ke pasar, Anda akan melewati kebun-kebun, rumah-rumah kayu jati tradisional dan masyarakat lokal yang berangkat demi penghidupan mereka.[7] [8]

Terancam hilang

Aktivitas pasar terapung menghadapi ancaman besar beberapa tahun ke belakang. Transaksi perdagangan tidak lagi ramai. Dampaknya, banyak wisatawan yang kecewa. Bihman Mulyansyah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Selatan mengakui penurunan itu. Dulu, di Kuin Selatan ada sekitar 300 pedagang. Kini, hanya tersisa puluhan orang.

"Harapan tersisa ada di Lokbaintan. Namun kegiatan pasar terapung yang mengandalkan musim panen juga terganggu akibat gagal panen dan bencana banjir." Modernisasi juga membuat pesona pasar terkikis. Saat transportasi darat belum berkembang, sungai menjadi sarana perjalanan utama. Pasar terapung pun ikut berkembang pesat.

Pemerintah provinsi maupun kabupaten tidak tinggal diam. Pada 2009 lalu, digulirkan bantuan berupa 40 klotok dan jukung untuk pedagang. Selain itu, juga dibangun kampung wisata di sekitar pasar terapung Kuin Selatan. Masyarakat yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai di sekitar lokasi pasar terapung diberi bantuan permodalan usaha. Mereka bisa mendirikan warung dan usaha kerajinan khas Banjar.

Target yang hendak dicapai tidak muluk-muluk. Pada 2010 ini, Kalimantan Selatan diharapkan mampu menarik wisatawan asing sebanyak 19 ribu orang. Maklum, karena dua tahun terakhir terjadi penurunan jumlah pengunjung. Jika pada 2008 ada 24 ribu turis asing yang datang, setahun kemudian turun menjadi 22 ribu orang.[9]

Referensi

Galeri