Bahasa Cirebon
Bahasa Cirebon atau disebut oleh masyarakat setempat sebagai Basa Cerbon ialah bahasa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama mulai daerah Pedes hingga Cilamaya di Kabupaten Karawang, Blanakan, Pamanukan, Pusakanagara, Pusaka Ratu, Compreng di Kabupaten Subang, Jatibarang di Kabupaten Indramayu, Ligung, Jatitujuh, Sumberjaya, Dawuan, Kasokandel, Kertajati, Palasah, Jatiwangi[1], Sukahaji dan Sindang[2] di Kabupaten Majalengka sampai Cirebon dan Losari Timur di Kabupaten Brebes di Provinsi Jawa Tengah.
Pengaruh
Dahulu dialek ini digunakan dalam perdagangan di pesisir Jawa Barat mulai Cirebon yang merupakan salah satu pelabuhan utama, khususnya pada abad ke-15 sampai ke-17. Bahasa Cirebon dipengaruhi pula oleh budaya Sunda karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya Sunda Kuningan dan Sunda Majalengka dan juga dipengaruhi oleh Budaya China, Arab dan Eropa hal ini dibuktikan dengan adanya kata "Taocang (Kuncir)" yang merupakan serapan China, kata "Bakda (Setelah)" yang merupakan serapan Bahasa Arab dan kemudian kata "Sonder (Tanpa)"[3] yang merupakan serapan bahasa eropa (Belanda). Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti kalimat-kalimat dan pengucapan, misalnya ingsun (saya) dan sira (kamu) yang sudah tak digunakan lagi oleh bahasa Jawa Baku.
Beberapa ahli percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan telah ada sebelum permulaan zaman hindu dan telah mempengaruhi kebudayaan masyarakat Jawa. sebagai hasilnya dapat ditemui dua macam hasil karya sastra cirebonan, yang disebut "tembang gedhe dan tembang tengahan" setelah Cirebon dijadikan pusat dari penyebar agama islam oleh walisanga, yang diperkirakan sekitar abad ke 14 - 15masehi, "tembang cilik" yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai "tembang macapat" muncul. setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis, banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui komunikasi (tatap muka).[4]
Perdebatan Bahasa Cirebon (Dialek Bahasa Jawa atau Bahasa Mandiri)
Perdebatan tentang Bahasa Cirebon sebagai Sebuah Bahasa yang Mandiri terlepas dari Bahasa Sunda dan Jawa telah menjadi perdebatan yang cukup Panjang, serta melibatkan faktor Politik Pemerintahan, Budaya serta Ilmu Kebahasaan.
Bahasa Cirebon Sebagai Sebuah Dialek Bahasa Jawa
Penelitian menggunakan kuesioner sebagai indikator pembanding kosakata anggota tubuh dan budaya dasar (makan, minum, dan sebagainya) berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosa kata bahasa Cirebon dengan bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 75 persen, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 76 persen.[5] Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.[5]
Meski kajian Linguistik sampai saat ini menyatakan bahasa Cirebon ”hanyalah” dialek (Karena Penelitian Guiter mengatakan harus berbeda sebanyak 80% dari Bahasa terdekatnya), namun sampai saat ini Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 masih tetap mengakui Cirebon sebagai bahasa dan bukan sebagai sebuah dialek. Dengan kata lain, belum ada revisi terhadap perda tersebut. Menurut Kepala Balai Bahasa Bandung Muh. Abdul Khak, hal itu sah-sah saja karena perda adalah kajian politik. Dalam dunia kebahasaan menurut dia, satu bahasa bisa diakui atas dasar tiga hal. Pertama, bahasa atas dasar pengakuan oleh penuturnya, kedua atas dasar politik, dan ketiga atas dasar Linguistik.
Bahasa atas dasar politik, contoh lainnya bisa dilihat dari sejarah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang sebenarnya berakar dari bahasa Melayu, seharusnya dinamakan bahasa Melayu dialek Indonesia. Namun, atas dasar kepentingan politik, akhirnya bahasa Melayu yang berkembang di negara Indonesia –oleh pemerintah Indonesia– dinamakan dan diklaim sebagai bahasa Indonesia. Selain alasan politik, pengakuan Cirebon sebagai bahasa juga bisa ditinjau dari batasan wilayah geografis dalam perda itu. Abdul Khak mengatakan, Cirebon disebut sebagai dialek jika dilihat secara nasional dengan melibatkan bahasa Jawa.
Artinya, ketika perda dibuat hanya dalam lingkup wilayah Jabar, Cirebon tidak memiliki pembanding kuat yaitu bahasa Jawa. Apalagi, dibandingkan dengan bahasa Melayu Betawi dan Sunda, Cirebon memang berbeda.[6]
Bahasa Cirebon sebagai Bahasa Mandiri
Revisi Perda, sebenarnya memungkinkan dengan berbagai argumen linguistik. Namun, kepentingan terbesar yang dipertimbangkan dari sisi politik bisa jadi adalah penutur bahasa Cirebon, yang tidak mau disebut orang Jawa maupun orang Sunda. Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon Nurdin M. Noer mengatakan, bahasa Cirebon adalah persilangan bahasa Jawa dan Sunda. Meskipun dalam percakapan orang Cirebon masih bisa memahami sebagian bahasa Jawa, dia mengatakan kosakata bahasa Cirebon terus berkembang tidak hanya ”mengandalkan” kosa kata dari bahasa Jawa maupun Sunda.
- ”Selain itu, bahasa Cirebon sudah punya banyak dialek. Contohnya saja dialek Plered, Jaware, dan Dermayon,” ujarnya. Jika akan dilakukan revisi atas perda tadi, kemungkinan besar masyarakat bahasa Cirebon akan memprotes.
Pakar Linguistik Chaedar Al Wasilah pun menilai, dengan melihat kondisi penutur yang demikian kuat, revisi tidak harus dilakukan. justru yang perlu dilakukan adalah melindungi bahasa Cirebon dari kepunahan..[7]
Bahasa Cirebon atau disebut oleh masyarakat setempat sebagai Basa Cerbon ialah bahasa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama mulai daerah Pedes hingga Cilamaya di Kabupaten Karawang, Blanakan, Pamanukan, Pusakanagara, Pusaka Ratu, Compreng di Kabupaten Subang, Jatibarang di Kabupaten Indramayu, Ligung, Jatitujuh, Sumberjaya, Dawuan, Kasokandel, Kertajati, Palasah, Jatiwangi[8], Sukahaji dan Sindang[9] di Kabupaten Majalengka sampai Cirebon dan Losari Timur di Kabupaten Brebes di Provinsi Jawa Tengah.
Pengaruh
Dahulu dialek ini digunakan dalam perdagangan di pesisir Jawa Barat mulai Cirebon yang merupakan salah satu pelabuhan utama, khususnya pada abad ke-15 sampai ke-17. Bahasa Cirebon dipengaruhi pula oleh budaya Sunda karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya Sunda Kuningan dan Sunda Majalengka dan juga dipengaruhi oleh Budaya China, Arab dan Eropa hal ini dibuktikan dengan adanya kata "Taocang (Kuncir)" yang merupakan serapan China, kata "Bakda (Setelah)" yang merupakan serapan Bahasa Arab dan kemudian kata "Sonder (Tanpa)"[10] yang merupakan serapan bahasa eropa (Belanda). Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti kalimat-kalimat dan pengucapan, misalnya ingsun (saya) dan sira (kamu) yang sudah tak digunakan lagi oleh bahasa Jawa Baku.
Beberapa ahli percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan telah ada sebelum permulaan zaman hindu dan telah mempengaruhi kebudayaan masyarakat Jawa. sebagai hasilnya dapat ditemui dua macam hasil karya sastra cirebonan, yang disebut "tembang gedhe dan tembang tengahan" setelah Cirebon dijadikan pusat dari penyebar agama islam oleh walisanga, yang diperkirakan sekitar abad ke 14 - 15masehi, "tembang cilik" yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai "tembang macapat" muncul. setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis, banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui komunikasi (tatap muka).[11]
Perdebatan Bahasa Cirebon (Dialek Bahasa Jawa atau Bahasa Mandiri)
Perdebatan tentang Bahasa Cirebon sebagai Sebuah Bahasa yang Mandiri terlepas dari Bahasa Sunda dan Jawa telah menjadi perdebatan yang cukup Panjang, serta melibatkan faktor Politik Pemerintahan, Budaya serta Ilmu Kebahasaan.
Bahasa Cirebon Sebagai Sebuah Dialek Bahasa Jawa
Penelitian menggunakan kuesioner sebagai indikator pembanding kosakata anggota tubuh dan budaya dasar (makan, minum, dan sebagainya) berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosa kata bahasa Cirebon dengan bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 75 persen, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 76 persen.[5] Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.[5]
Meski kajian Linguistik sampai saat ini menyatakan bahasa Cirebon ”hanyalah” dialek (Karena Penelitian Guiter mengatakan harus berbeda sebanyak 80% dari Bahasa terdekatnya), namun sampai saat ini Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 masih tetap mengakui Cirebon sebagai bahasa dan bukan sebagai sebuah dialek. Dengan kata lain, belum ada revisi terhadap perda tersebut. Menurut Kepala Balai Bahasa Bandung Muh. Abdul Khak, hal itu sah-sah saja karena perda adalah kajian politik. Dalam dunia kebahasaan menurut dia, satu bahasa bisa diakui atas dasar tiga hal. Pertama, bahasa atas dasar pengakuan oleh penuturnya, kedua atas dasar politik, dan ketiga atas dasar Linguistik.
Bahasa atas dasar politik, contoh lainnya bisa dilihat dari sejarah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang sebenarnya berakar dari bahasa Melayu, seharusnya dinamakan bahasa Melayu dialek Indonesia. Namun, atas dasar kepentingan politik, akhirnya bahasa Melayu yang berkembang di negara Indonesia –oleh pemerintah Indonesia– dinamakan dan diklaim sebagai bahasa Indonesia. Selain alasan politik, pengakuan Cirebon sebagai bahasa juga bisa ditinjau dari batasan wilayah geografis dalam perda itu. Abdul Khak mengatakan, Cirebon disebut sebagai dialek jika dilihat secara nasional dengan melibatkan bahasa Jawa.
Artinya, ketika perda dibuat hanya dalam lingkup wilayah Jabar, Cirebon tidak memiliki pembanding kuat yaitu bahasa Jawa. Apalagi, dibandingkan dengan bahasa Melayu Betawi dan Sunda, Cirebon memang berbeda.[12]
Bahasa Cirebon sebagai Bahasa Mandiri
Revisi Perda, sebenarnya memungkinkan dengan berbagai argumen linguistik. Namun, kepentingan terbesar yang dipertimbangkan dari sisi politik bisa jadi adalah penutur bahasa Cirebon, yang tidak mau disebut orang Jawa maupun orang Sunda. Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon Nurdin M. Noer mengatakan, bahasa Cirebon adalah persilangan bahasa Jawa dan Sunda. Meskipun dalam percakapan orang Cirebon masih bisa memahami sebagian bahasa Jawa, dia mengatakan kosakata bahasa Cirebon terus berkembang tidak hanya ”mengandalkan” kosa kata dari bahasa Jawa maupun Sunda.
- ”Selain itu, bahasa Cirebon sudah punya banyak dialek. Contohnya saja dialek Plered, Jaware, dan Dermayon,” ujarnya. Jika akan dilakukan revisi atas perda tadi, kemungkinan besar masyarakat bahasa Cirebon akan memprotes.
Pakar Linguistik Chaedar Al Wasilah pun menilai, dengan melihat kondisi penutur yang demikian kuat, revisi tidak harus dilakukan. justru yang perlu dilakukan adalah melindungi bahasa Cirebon dari kepunahan..[13]
Aksara Cirebon
Bahasa Cirebon dalam perjalanannya menggunakan aksara yang dikenal dengan nama Cacarakan Cirebon dan juga Aksara Arab Pegon. Aksara Cacarakan Cirebon merupakan jenis aksara yang bentuknya lebih dekat dengan aksara Bali ketimbang aksara Carakan Jawa.
Cacarakan Cirebon
Alihbahasa dari Cacarakan Cirebon ke Romawi
Mar(a) Adi Ngawas (dekati dengan pengawasan sungguh) Amung Geng Walen (hanya memper) besar walen (atap)
5261 Saka (1625 saka = 1703 Masehi = 1111 / 1113 Hijriah)
DINA AHAD JUMADIL AKIR TAHUN DAL AHIR 82 (?)
artinya
itu adalah aktifitas pembenaran eternit atau atap masjid yang diperbesar pada tahun 1703 Masehi / 1625 saka, bertepatan dengan 1111 atau 1113 Hijriah
(Diterjemahkan oleh Dodie Yulianto - Lembaga Basa lan Sastra Cirebon)-->
Kosakata
Sebagian besar kosa kata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik. Memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon dengan di Indramayu itu meskipun termasuk bahasa Jawa, mempunyai perbedaan cukup besar dengan “bahasa Jawa baku”, yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo. Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti dengan buku pelajaran bahasa Sunda yang dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Jawa dialek Cirebon. [14] namun penerbitan buku penujang pelajaran bahasa daerah yang terjadi tahun selanjutnya tidak mencantumkan kata "Bahasa Jawa dialek Cirebon" lagi, akan tetapi hanya menggunakan kata "Bahasa Cirebon" hal ini seperti yang telah dilakukan pada penerbitan buku penunjang pelajaran bahasa cirebon pada tahun 2001 dan 2002. "Kamus Bahasa Cirebon" yang ditulis oleh almarhum bapak Sudjana sudah tidak mencantumkan Kata "Bahasa Jawa dialek Cirebon" namun hanya "Kamus Bahasa Cirebon" begitu juga penerbitan "Wyakarana - Tata Bahasa Cirebon" pada tahun 2002 yang tidak mununjukan lagi keberadaan Bahasa Cirebon sebagai bagian dari Bahasa Jawa, namun menunjukan eksistensi Bahasa Cirebon sebagai bahasa yang mandiri.
Perbandingan Bahasa Cirebon Bagongan (Bahasa Rakyat)
Berikut merupakan perbandingan antara bahasa Cirebon dengan bahasa lainnya yang dianggap serumpun, yaitu bahasa Jawa Serang (Jawa Banten), Bahasa Jawa dialek Tegal dan Pemalangan serta Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta) dalam level Bagongan atau Bahasa Rakyat.
Banten Utara | Cirebonan & Dermayon[15] | Banyumasan | Tegal, Brebes | Pemalang | Solo/Jogja | Sunda Priangan | Indonesia |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Ateng | Enang | Adi | Dimas | Dede | Adik Laki-laki | ||
Nong | Diayu | Dede | Adik Perempuan | ||||
kita | kita/reang/isun | inyong/nyong | inyong/nyong | nyong | aku | urang | aku/saya |
sire | sira | rika | koen | koe | kowe | maneh | kamu |
pisan | pisan | banget | nemen/temen | nemen/temen/teo | tenan | pisan | sangat |
keprimen | kepriben/kepriwe | kepriwe | kepriben/priben/pribe | keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe | piye/kepriye | kumaha | bagaimana |
ore | ora/beli | ora | ora/belih | ora | ora | enteu | tidak |
manjing | manjing | mlebu | manjing/mlebu | manjing/mlebu | mlebu | asup | masuk |
arep | arep/pan | arep | pan | pan/pen/ape/pak | arep | arek | akan |
sake | sing | sekang | sing | kadi/kading | seko | ti | dari |
kelambi | Kelambi | Kelambi | Kelambi | Kelambi | Kelambi | Acuk | Pakaian |
Kulon | Kulon | Kulon | Kulon | Kulon | Kulon | Kulon | Barat |
Tuku | Tuku | Tuku | Tuku | Tuku | Tuku | Meuli | Beli |
Durung | Durung | Durung | Durung | Durung | Durung | Euncan | Belum |
Kependak | Kepetuk | Kepetuk | Kepetuk | Kapanggih | Bertemu | ||
Bise | Bisa | Bisa | Bisa | Bisa | Bisa | Bisa | Bisa |
Lan | Lan | Lan | Lan | Lan | Lan | Jeung | Dan |
Teke | Teka | Teka | Teka | Teka | Teka | Datang | Datang |
Kare | Karo | Karo | Karo | Karo | Karo | Jeung | Dengan |
Entek | Entek / Kasepan* | Entek | Entek | Entek | Entek | Beak | Habis (* kasepan = kehabisan barang karena terlambat datang) |
Perbandingan Bahasa Cirebon Bebasan (Bahasa Halus)
Berikut ini adalah perbandingan antara bebasan (Bahasa Halus) Cirebon, bebasan Pemalangan, dengan bebasan Serang (Jawa Banten)
Banten Utara | Cirebonan & Dermayon[16] | Pemalangan/Tegalan | Sunda Priangan | Indonesia |
---|---|---|---|---|
Kasih | Jeneng | Jeneng/nami/asmi | Nami | Nama |
Boten | Boten | Mboten | Enteu | Tidak |
Teteh | Rara/Yayu | Mbak/mbakyu | Teteh | Kakak perempuan (mbak) |
Koh/iku/puniku | Kuh/puniku | Puniku/niku | Eta | Itu |
Kepetuk | Kapanggih | Kepanggih | Kapanggih | Ketemu |
Iki | Kih | Niki | Iyeu | Ini |
nggih | Inggih | Inggih/nggih | Muhun | Ya |
Ugi | Ugi | Ugi | Oge | Juga |
Kelipun | Punapa | Kenging nopo | Naha | Kenapa |
Hampura | Hampura | Ngampunten | Hampura | Maaf |
Sege | Sekul | Sekul | Sangu | Nasi |
Linggar | Kesah | Tindak/kesah | Angkat | Pergi |
Darbe | Gadah | Gadah | Gaduh | Punya |
Seniki | Seniki | Sakniki | Dinten iyeu | Sekarang |
Matur nuhun | Matur nuwun/kesuwun | Matur nuwun | Hatur nuhun | Terima kasih |
Ayun ning pundi | Bade pundi | Bade teng pundi | Bade kamana | Mau kemana? |
Pasar | Peken | Peken | Pasar | Pasar |
Salah | Sawon | Salah | Salah | Salah |
Kule | Kula | Kulo | Kuring | Saya |
Uning | Uning | Ngertos | Ngartos | Tahu |
Bangkit | Saged | Saged | Tiasa | Bisa |
Napik | Sampun | Sampun | Ulah | Jangan |
Nire | Sampeyan / Panjenengan | Sampeyan | Anjeun | Anda |
Cepe | Capeh | Capeh | Saur | Kata |
Gelem | Bade | Bade | Bade | Mau |
Sare | Kilem | Tilem | Kulem | Tidur |
Mantuk | Wangsul | Wangsul | Wangsul | Pulang |
Saos | Mawon | Mawon | Wae | Saja |
Wau | Wau | Wau | Tadi | Tadi |
Maler | Maksih | Tesih | Masih | Masih |
Kamus Bahasa Indonesia - Cirebon
Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan, Bahasa Cirebon Bebasan, Indramayu Ngoko dan Indramayu Krama (Masyarakat Indramayu menyebut Bahasa Bagongan dengan sebutan Bagongan atau Ngoko dan Bebasan dengan sebutan Krama atau Besiken[17]) serta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia
Cirebon Bagongan | Cirebon Bebasan | dialek Indramayu Bagongan / Ngoko[18] | dialek Indramayu Krama / Besiken[19] | Bahasa Indonesia | Penjelasan |
---|---|---|---|---|---|
Abad | ? | Abad | Lestantum | Abad | |
Abang | Abrit | Abang | Abrit | Merah | |
Abot | ? | Abot | Awrat | Berat | |
Adi | Adi | Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan) | |||
Nang / Enang | Ayi | Nang | Rayi | Adik (Laki-Laki) | |
Adoh | Tebih | Adoh | Tebih | Jauh | |
Adol | Sadean | Adol | Sadean | Dagang | |
Adu | Aben | Adu | Aben | Adu | |
Adus | Siram | Adus | Siram | Mandi | |
Adhem | ? | Adhem | Asrep | Sejuk | |
Agama | Agami | Agama | Agami | Agama | |
Aja | Sampun | Jangan | (Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!" | ||
Akeh | Katah | Akeh | Katah | Banyak | |
Kakang | Raka | Kakang | Raka | Kakak Laki-Laki | |
Aki | Ki | Kaki | ? | Kakek | |
Aku | Akên | Aku (Mengaku) | ngaken (mengaku) | ||
Alas / Luwung | Wana | Alas | Wana | Hutan | |
Alih | ? | Pindah | (Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan) | ||
Amarga | Amargi | Akibat | (amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa Bebasan Cirebon yang benar) | ||
Aig / Age | Aglis | Cepet / Gage | Enggal | Segera | |
Amba | Wiwir | Amba | Wiyar | Luas | |
Ambir | Supadon | Biar | |||
Amit /Permisi | ? | Amit | Nuwun Sewu | Permisi | |
Ana | Wenten | Ana | Wonten | Ada | |
Angel | Susah | Angel | Sesaha | Susah | |
Angon | Angen | Angon | Angen | Gembala | Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau) |
Angot | ? | Kumat | Kimat | Kambuh | |
Antarane | Antawise | Antarane | Antawise | Antaranya | |
Apa | Punapa | Apa | Punapa | Apa | |
Apik | Sae | Apik | Sae | Baik | |
Aran | Jeneng / Asmi | Aran | Nami/Asmi | Nama | |
Arep | Ajeng | Arep | Ajeng | Akan | |
Arep mendhi | Bade pundi | Arep mendhi / Garep Mendhi | Bade pundi | Mau ke mana? | |
Asli | ? | Asli | Sesupe | Asli | |
Asu | ? | Asu | Segawon | Anjing | |
Ati | Manah | Ati | Manah | Hati | |
Aturan | Pakem | Aturan | |||
Awan | Siyang | Awan | Rina / Siang | Siang | |
Awak | Selira / Badan | Awak | Salira / Badan | Badan | |
Ayam | Sawung | Ayam | Sawung | Ayam | |
Bae | Mawon | Bae | Mawon | Saja | |
Bagen | Sanggine | Bagen | Kêrsanipun | Biarkan | |
Bagus | Sae | Bagus | Sae | Bagus | |
Baka | Menawi | Baka | Menawa | Kalau | |
Balik | Wangsul | Balik | Wangsul | Pulang | |
Banyu | Toya | Banyu | Toya | Air | |
Bapak | Rama | Bapak | Rama | Bapak | |
Batur | Rencang | Batur | Rencang | Kawan | |
Banyu | Toya | Banyu | Toya | Air | |
Bari | Kaliyan | Bareng | Sesarengan | Bersama | |
Bawi | ? | Celeng | Andhapan | Babi | |
Bebek | ? | Bebek | Kambangan | Bebek | |
Belah | Palih | Belah | Palih | Sepalih (sebelah) | |
Beli / Ora | Boten | Tidak | |||
Bênêr | Lêrês | Bênêr | Lêrês | Benar | |
Bendrongan | ? | Main Musik | (Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan" | ||
Bêngên | Rumiyen | Bêngên | Rumiyin / Sengen | Dahulu | |
Bêngi | Dalu | Bêngi | Dalu | Malam | |
Beras | Uwos | Beras | Uwos | Beras | |
Bobad | ? | Bobad | Bohong | ||
Bocah / Anak | Lare | Anak | Lare | Anak | |
Bokat | ? | Takut / Barangkali | "aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)
"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana" (saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di sana) | ||
Bonggan | ? | Awas! | Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang | ||
Brêsi | Rêsik | Bersih | Rêsik | Bersih | |
Bubar | Bibar | Bubar | Bibar | Bubar | |
Bulit | ? | Curang | |||
Buri | Wingking | Buri / Guri | Wingking | Belakang | Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang) |
Buru-Buru | Kêsusu | Buru-Buru | Bujêng-bujêng | Tergesa-gesa | |
Buwang | Bucal | Buwang | Bucal | Buang / Melemparkan | |
Cangkêm | Lêsan | Cangkêm / Tutuk | Lêsan | Mulut | |
Caos | Seba | ? | ? | Menghadap / Menemui | |
Carita | ? | Crita | Crios | Cerita | |
Cêg | ? | Cêkêl | Ngasta | Pegang | Cêgcêgan (Pegangan) |
Cilik | Alit | Cilik | Alit | Kecil | |
Coba | Cobi | Coba | Cobi | Coba | |
Cungur / Irung | ? | Irung | Grana | Hidung | |
Cukur | Paras | Cukur | Paras | Cukur | |
Dadi | Dados | Dadi | Dados | Jadi | |
Dagang | Sadean | Dagang | Sadean | Dagang | |
Dake | Gadah | Punya (Dapat) | |||
Dalan | Dêrmagi | Dalan | Marga | Jalan | |
Dandan | ? | Dandan | Dandos | Berhias | |
Dawuk | ? | Dewasa | |||
Dêlêng | Ningali | Dêlêng | Ningali / Mirsani | Melihat | |
Dhadha | Jaja | Dhadha | Jaja | Dada | |
Damar | Pandhêm | Damar | Pandam | Lampu | |
Dêmên | Tresna | Dêmên | Tresna | Cinta | |
Dêmplon | ? | Seksi | |||
Dêngkul / Tur | ? | Dêngkul | Jengku | Lutut | |
Dewek | Piyambêk | Sendiri | |||
Di | Di | Di | Dipun | Di (Imbuhan) | Cirebon Bebasan : "Dibarokahi", dialek Indramayu Krama : "Dipun Barokahi" |
Dina | Dintên | Dina | Dintên | Hari | (Sedinten-dinten = Sehari-hari) |
Dolan | ? | Dolan | ? | Main | |
Dom | Jarum | Dom | Jarum | Jarum | |
Doyan | Purun / Kersa | Doyan | Purun / Kersa | Suka / Mau | |
Duit | Yatra | Duit | Yatra | Uang | |
Dulung | Ndahari | Dulang | Ndahari | Suap (Makan) | |
Durung | Dêrêng | Durung | Dêrêng | Belum | |
Duwe | Gadah | Duwe | Gadah | Punya | |
Duwur | Inggil | Duwur | Inggil | Tinggi | |
êling | êmut | êling | êmut | Ingat | |
êmbah | êyang | êmbah | êyang | Kakek-Nenek | |
Embuh | Wikan | Embuh | Kirangan / Wikan | Tidak Tahu | |
? | ? | Embun-embunan | Pasundulan | Embun-embun | |
Emong | Boten | Emong | Mboten | Tidak Mau | |
Enak | Eca | Enak | Eca | Enak | |
êndas | Sirah | Kepala | |||
êndhêp | êndhap | êndhêp / Cindek | êndhap | Pendek | |
êndi | Pundi | êndi | Pundi | Mana | |
êndog | Tigan | êndog | Tigan | Telur | |
êngko | Ajeng | Nanti | |||
ênom | ênêm | ênom | ênêm / timur | Muda | |
êntêk | Têlas | êntok | Têlas | Habis | |
Enteni | ? | Enteni | Entosi | Menunggu | |
Erti | Ertos | Arti | (Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya bagus!) | ||
Esuk | Enjing | Esuk | Enjing | Pagi | |
Etung | Etang | Etung | Etang | Hitung | |
Gajah | Liman | Gajah | Liman | Gajah | |
Gampang | Gampil | Gampang | Gampil | Mudah | |
Ganti | Gantos | Ganti | Gantos | Ganti | |
Gawa | Bakta | Gawa | Bakta | Bawa | mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan) |
Gawe | Damel | Gawe | Damel | Kerja | |
Gedang | Pisang | Pisang | |||
Gede | Ageng | Besar | |||
Gêlêm | Purun | Gêlêm | Purun | Mau | |
Gelang | Binggel | Gelang | Binggel | Gelang | |
Gelung | Ukel | Gelung | Ukel | Gulung | |
Gemuyu | Gemujeng | Gemuyu | Gemujeng | Tertawa | |
Gen | Ugi | Juga | |||
Genap | Jangkep | Genap | Jangkep | Lengkap | |
Geni | Brama | Geni | Brama | Api | |
Gering / Kuru /Pêyang | ? | Gering | Kera | Kurus | |
Getek | ? | Geli | |||
Getih | Rah | Getih | Rah | Darah | |
Gigir | Pêngkêran | Gigir | Pêngkêran | Punggung | |
Godhong | Ron | Godhong | Ron | Daun | |
Golek | ? | Golek | Pados | Wayang Kayu (Golek) | |
Gugah | Wungu | Gugah | Wungu | Bangun | |
Gula | Gêndis | Gula | Gêndis | Gula | |
Gulu | Jangga | Gulu | Jangga | Leher | |
Gawean | Damelan | ? | Guneman | Pekerjaan | |
Guyon | Gujêng | Guyon | Gujêng | Bercanda | Gegujengan (Bercandaan) |
Idêp | Ibing | Idep | Ibing | Bulu Mata | |
Idu | Kecoh | Idu | Kecoh | Ludah | |
Iga | ? | Iga | Unusan | Iga | |
Ijo | Ijêm | Ijo | Ijêm | Hijau | |
Ilang | Ical | Ilang | Ical | Hilang | |
Ilat | Lidah | Ilat | Lidah | Lidah | |
Imbuh | ? | Imbuh | Tanduk | Tambahan | |
Inep | ? | Inep | Sipeng | Bermalam | |
Ingu | Ingah | Ingu | Ingah | Pelihara | |
Irêng | Cêmêng | Irêng | Cêmêng | Hitam | |
Isor | Andhap | Isor | Andhap | Bawah | |
Isin | Lingsem | Isin | Lingsem | Malu | |
Isun | Ingsun / Kula | Reang / Kita | Kula | Saya | |
Iwak | Ulam | Iwak | Ulam | Ikan | |
Iya | Inggih | Iya | Inggih | Ya | |
Jaga | Raksa | Jaga | Reksa | Jaga | Njaga, Ngraksa (Menjaga) |
Jago | Sawung | Jago | Sawung | Ayam Jago | |
Jagong | Linggih | Dodok | Linggih | Duduk | |
Jala | Jambêt | Jala | Jambêt | Jala | |
Jalir | ? | ? | ? | Pelacur | |
Jaluk | Pundhut | Jupuk / Jokot | Pendhet | Ambil | |
Jamu | Jampi | Jamu | Jampi | Jamu | |
Jaran | ? | Jaran | Titihan | Kuda | |
Jare | Cape | Jare | Criyos | Kata (Ucap) | Cirebonan : "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?) |
Jenggot | ? | Jenggot | Gumbala | Jenggot | |
Jêriji | ? | Driji | Racikan | Jari | |
Jero | Lebet | Jero | Lebet | Dalam | |
Jingkat | ? | Kaget | Kejot | Terkejut | |
Joget | ? | Joged | Beksa | Goyang | |
Kabar / Warta | Wartos | Kabar / Warta | Wartos | Berita | |
Kabeh | Sedantên | Kabeh | Sêdaya | Semua | |
Kabênêran | Kalêrêsan | Kabêran | Kêlêrêsan | Kebetulan | |
Kaca | Kaca | Paningalan | Kaca | ||
Kae | Punika | Kaen | Punika | Itu (Dekat dengan si Pembicara) | |
Kali / Lêpên | Benawi | Kali / Lêpên | Benawi | Sungai | |
Kalung | ? | Kalung | Sangsangan | Kalung | |
Kandha | ? | Kandha | Sanjang | Bercerita | |
Kanggo | Kangge | Kanggo | Kangge | Untuk | |
Karang | Kawis | Karang | Kawis | Karang | |
Karena | Kêrantên | Karena | |||
Kari | Kantun | Kari | Kantun | Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir | Kantun-kantun (akhirnya) |
Karo | Kaliyan | Karo | Kaliyan | Bersama | Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?) |
Karo | Sareng | Karo | Dengan | (Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!") | |
Katon | Kêtingal | Katon | Kêtingal | Dapat dilihat | |
Katok / Cangcut | Lancing | Katok | Lancing | Celana dalam | |
Kaweruh | Kaweruh | Seserepan | Pengetahuan | ||
Kaya / ala-ala | Kados | Kaya | Kados | Seperti | (Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu) |
Kayu | Kajeng | Kayu | Kajeng | Kayu | |
Kebanjur | ? | Kebanjur | Kelajeng | Tersiram | |
Kêbo | ? | Kêbo | Maesa | Kerbau | |
Kêdêr | Ewed | Kêdêr | Ewed | Bingung | |
Kelanjutan | Kelanjêngan | Kelanjutan | |||
Kelapa | Kerambil | Kelapa | Kerambil | Kelapa | |
Keliru | Klentu | Keliru | |||
Kembang | Sekar | Kembang | Sekar | Bunga | |
Kêmit | ? | Jaga (Tugas Jaga) | Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa) | ||
Kêmul | Singep | Kêmul | Singep | Selimut | |
Kên / Kahin / Jarit | Sinjang | Jarit | Sinjang | Kain | |
Kene | Riki | Kene | Riki | Sini | |
Kêponakan | Kêpênakan | Kêponakan | Kêpênakan | Keponakan | |
Kêpriben | Kêpripun | Kêpriben | Kêpripun | Bagaimana | |
Kêramas | Jamas | Kramas | Jamas | Keramas | |
Kêrasan / Bêtah | ? | Krasan | Kraos | Betah | |
Kêringet | Riwe | Kêringet | Riwe | Keringat | |
Kêris | ? | Keris | Duwung | Keris | |
Kêrtas | Dalancang | Kertas | Dlancang | Kertas | Cirebonan : "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu) |
Kêtara | Ketara | Ketawis | Jelas | ||
Kêtemu | Kêpanggih | Kêtemu | Kêpanggih | Bertemu | |
Kêtuwon | ? | Percuma / tidak dilayani dengan baik | |||
Kêyok | ? | Kalah | Kawon | Kalah | Kekalahan (Cirebon : Kasoran) |
Kie | Puniki / Kih | Enya / Kien | Puniki / Niki | Ini | |
Kijing | Sekaran | Kijing | Sekaran | Gilang Makam | |
Kira | Kinten | Kira | Kinten | Kira (Perkiraan) | Kinten-Kinten (Kira-Kira) |
Kirim | Kintun | Kirim | Kintun | Kirim | |
Klambi | Rasukan | Klambi | Rasukan | Pakaian | |
Kongkon | Kengken | Kongkon | Kengken | Suruh | |
Kuburan | Pasarean | Kuburan | Pasarean | Kuburan | |
Kudu / Mesthi | Kedah | Kudu | Kedah | Harus | |
Kuku | ? | Kuku | Kenaka | Kuku | |
Kulon | Kulen / Kulwan | Kulon | Kulen | Barat | |
Kumat | Kumat | Kimat | Kumat | ||
Kumpul | Kêmpal | Kumpul | |||
Kuna | Kina | Kuna | Kuno | ||
Kuning | Jener | Kuning | Jenar | Kuning | |
Kuping | Talinga | Kuping | Talingan | Telinga | |
Kurang | Kirang | Kurang | Kirang | Kurang | |
Kuwasa | Kuwasa | Kuwaos | Kuasa | ||
Kuwatir | Kuwaos | Khawatir | |||
Kuwayang | ? | Terbayang | |||
Kuwe | Kuh / Puniku | Kuwen | Kuh / Puniku | Itu | (Jauh dari si pembicara) |
Lahiran | ? | Bayen | ? | Melahirkan | |
Lain | Dudu / Sanes | Dudu | Sanes | Bukan | |
Laka | Botên wêntên | Langka | Botên wêntên | Tidak Ada | |
Laki | Jali | Suami | |||
Lama | Dangu | Lawas | Lami / Dangu | Lama | |
Lamun | Bilih | Seandainya | |||
Lamun | Umpami | Umpama | |||
Lanang | Jali / Jaler | Lanang | Jaler | Laki-laki | |
Larang | Hawis | Larang | Awis | Mahal | |
Lenga | Lisa | Minyak | |||
Lenga Latung | Lisa latung | Minyak tanah | |||
Lêwih | Langkung | Lebih | |||
Lima | Gangsal | Lima | Gangsal | Lima | |
Lunga | Kesah | Pergi | |||
Lupa | Lêpat | Klalen | Kesupen | Lupa | |
Luru | Ngilari | Cari | |||
Luru | Nggulati | Cari | |||
Mabok | Mêndhêm | êndhêm | Mêndhêm | Mabuk | |
Maca | Maos | Baca | |||
Manfaat / Faedah | Guna | Manfaat / Faedah | Gina | Manfaat | |
Mangan | Dahar | Makan | |||
Mangkat | Tindak | Berangkat | |||
Maning | Malih | Lagi | |||
Manjing | Mlebet | Masuk | |||
Mata | Soca | Mata | |||
Mati | Pejah | Mati | |||
Mayid | Laywan | Jisim | Layon | Jenazah | |
Melu | Milet | Ikut | |||
Mencleng | ? | Lompat | |||
Mêngana | Mrika | Kesana | |||
Mênê | Mriki | Kesini | |||
Mêngkonon | Mêngkotên | Begitu | |||
Mêtu | Medal | Keluar | |||
Mlaku | Mlampah | Berjalan | |||
Mlayu | Mlajeng | Lari | |||
Mungkin | ? | Mungkin | |||
Nang / Ning | Teng | Di (Tempat) | |||
Nang Arep | Teng Ajeng | Di Depan | |||
Nang Isor | Teng Andap | Di Bawah | |||
Nang kana | Teng Riku | Di situ | |||
Nang Mendhi | Teng Pundi | Dimana | |||
Nini | ? | Nini | ? | Nenek | |
Ngaji | Ngaos | Mengaji | |||
Nginum | Ngombe | Minum | |||
Nguyu | Nyeni | Kencing | |||
Olih | Angsal | Mendapat | |||
Omong | Gunêm | Catur | Ngendika | Bicara | |
Pada | Sami | Sama | |||
Pada bae | Sami mawon | Sama saja | |||
Pancal | ? | Tendang | |||
Papat | Sêkawan | Empat | |||
Parêk | Cakêt | Dekat | |||
Pasar | Pêkên | Pasar | |||
Pate | Padem | Padam | |||
Pati | Patos | Pati | Patos | Terlalu | Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka) |
Payung | Pajeng | Payung | Pajeng | Payung | |
Pêrabot | Pêranti | Abah | Pirantos | Perabotan | |
Pêrcaya | Pêrcantên | Percaya | |||
Lawang | Kontên | Lawang | Kontên | Pintu | Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas |
Pira | Pintên | Berapa | |||
Piring | ? | Ajang | Ambeng | Piring | |
Polah | ? | oleh / laku | akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah) | ||
Punten | Hampura | Maaf | |||
Purun | ? | Mau | Panjenengan purun?(kamu mau?) | ||
Putih | Pethak | Putih | |||
Rabi / Kurên | Istri | Bojo | Sema | Istri | Sekurên = Sejodoh |
Rada | Rabi | Agak | Rada Manis (agak manis) | ||
Rewel | ? | Cerewet | |||
Ro / Rua | Kalih | Dua | |||
Rungu | Pireng | Rungu | Midhanget | Dengar | Ngrungu, Mireng (Mendengar) |
Sabên | Unggal | Setiap | |||
Salah | Sawon | Salah | |||
Sambut | Sambêt | Pinjam | |||
Sapa | Sintên | Siapa | (Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?") | ||
Sawah | Sabin | Sawah | |||
Sedang | Siweg | Sedang (Melakukan) | (Siweg Punapa? "Sedang Apa") | ||
Sega | Sêkul | Nasi | |||
Sejen | Liya | Lain | (Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya") | ||
Sekien | Sêniki | Sekarang | |||
Sekiki | Benjing | Sukiki | Benjing | Besok | |
Senajan / Ari | Menawi | Ari | Menawa | Walau | |
Seneng | Bungah | Berag | Bingah | Senang | |
Setitik | Sakedik | Sedikit | |||
Siji | Sêtunggal | Satu | |||
Sira | Panjenengan | Anda | |||
Sira | Panjênêngan | Kowe / Sira | Sampeyan / Panjenengan | Kamu | |
Srog | Mangga | Enya | Mangga | Silahkan Ambil | Cirebonan : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)" |
Suwe | Suwe | Lami | Lama | ||
Ya | Mangga | Ayo / Elos | Mangga | Silahkan | Cirebon : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)" |
Taken | Dangu | Takon | Taken | Tanya | Andangu (Bertanya) |
Tamu | Sema | Tamu | |||
Tanduk | Singat | Tanduk | Singat | Tanduk | |
Teka | Dugi | Teka | Dugi | Tiba | |
Telu | Tiba | ? | ? | Tiga | |
Terus | Teras | Teruskan | |||
Tua | Sepuh | Tua | |||
Tuku | Tumbas | Beli | |||
Tur | Tunten | Bacut | Lajeng | Selanjutnya | |
Turu | Kilem / Tilem / Kulem | Tidur | |||
Umah | Griya | Rumah | |||
Untap | ? | Durhaka | |||
Upai | Sukani | Upai | Sukani | Beri | Ngupai, Nyukani (Memberi) |
Urip | Gesang | Hidup | |||
Uwis | Sampun | Sudah | |||
Wadon | Istri | Perempuan | |||
Waktu | Sela | Waktu | Waktos | Waktu | |
Wanci | Wayah | Saat | |||
Wareg | Tuwuk | Kenyang | |||
Wong | Tiyang | Orang | |||
Wulan | Sasi | Bulan | |||
? | Kajaba | Kecuali | |||
? | Lan | Dan | |||
? | Jentik | Kelingking | |||
? | Leb | Tutup | "Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu") | ||
? | Maksad | Maksud | (Maksadipun = Maksudnya) | ||
? | Wiraos | Bicara | |||
Belajar | Sinau / Ginau | Belajar | Sinau | Belajar | |
? | Kah | Itu | (dekat dari si pembicara) | ||
? | Waras | Sehat | |||
? | Bethek | Adang | Bethak | Menanak Nasi | |
? | Serat | Jungkat | Serat | Serabut / Serat | |
? | ? | Kengulu | Kajang | Bantal |
Dialek Bahasa Cirebon
Menurut Bapak Nurdin M. Noer Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon dialek Dermayon atau yang dikenal sebagai Bahasa Indramayuan, Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh, Bahasa Cirebon dialek Plered dan dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)
Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh)
Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh) merupakan dialek dari Bahasa Cirebon yang berada disekitar perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Brebes, atau sekitar Perbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kuningan. Dialek Jawareh ini merupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa dan separuh bahasa Sunda. [20]
Bahasa Cirebon dialek Dermayon
Dialek Dermayon merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan secara luas di wilayah Kabupaten Indramayu, menurut Metode Guiter, dialek Dermayon ini memiliki perbedaan sekitar 30% dengan Bahasa Cirebon sendiri. Ciri utama dari penutur dialek Dermayon adalah dengan menggunakan kata "Reang" sebagai sebutan untuk kata "Saya" dan bukannya menggunakan kata "Isun" seperti halnya yang digunakan oleh penutur Bahasa Cirebon.
Bahasa Cirebon dialek Plered (Cirebon Barat)
Dialek Plered merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat Kabupaten Cirebon, dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat ini menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo" dan Jendela menjadi "Jendelo". Penutur dialek yang menempati kawasan barat Kabupaten Cirebon ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan "Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai "Tiang Grage", walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon" [21]
Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon)
Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka
Widudung Hamdan :
Uwoh srikayo di paih tawas...
Sambel trasi enak di pangan..
Kayo kayo atine kulo keloas.
Inget rabi langko ning iringan..
maso iyo, digawo-gawo menggawe
Sipo :
Angon wedus ning jagat dermayu
Pengen adus mung sayang langko banyu
Widudung Hamdan:
ano sego dimot ning kardus..
Tuku srabi oline combo..
Ang sipo bli usoh adus..
Daripado rabi bli ngengumbo..
Wahyu Pawaka :
Isuk-isuk tuku srabi...
Tukue bari ngajar layangan...
Usuk-isuk ngobrol rabi...
Gawe kesirian wong bujangan...
Widudung Hamdan:
Miyang meng grage tuku penganan..
Olih berkat iwak cemplunge ano sing ngicipi..
Mulane gen gage kawinan..
Engko mangkat menggawe ano sing ngambunge pipi...
adaaaaauuw...
Wahyu Pawaka :
Uler gendon ngereketi pelem...
Olih berkat olih apem...
Nonton wayang langka tarube...
Bocah wadon durung ana kang gelem...
Bokat ana kang gelem...
Hayuh miyang ning pak lebe...
hehee...
Widudung Hamdan:
Gawe adon-adon kanggo gawe apem..
Tukuh sarung plekat larang regane..
Duduh saking wadon bli gelem..
Saking durung niat bae lanange..
glegek ndipit...
akaka...
Bahasa Cirebon dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)
Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya "wong cirebon" sendiri. [22]
Perbandingan Dialek Bahasa Cirebon
Bahasa Cirebon Baku | Dialek Indramayu | Dialek Plered | Dialek Ciwaringin | Dialek Pekaleran* | Indonesia |
---|---|---|---|---|---|
Ana (Bagongan) | Ana | Ano | Ana | Ana | Ada |
Apa (Bagongan) | Apa | Apo | Apa | Apa | Apa |
Bapak (Bagongan) | Bapak | ? | Bapa / Mama | Bapak | Bapak |
Beli (Bagongan) | Beli | Beli / Ora | Bli/ora | Tidak | |
Dulung (Bagongan) | Dulang | Dulung | Muluk | Suap | Suap (Makan) |
Elok (Bagongan) | Sokat | Lok | Sok | Ilok | Pernah |
Isun (Bagongan) | Reang | Isun | Isun / Kita | Nyong / Kita | Saya |
Kula (Bebasan) | Kula | Isun | Kula | Kula | Saya |
Lagi apa? (Bagongan) | Lagi apa? | Lagi apo? | Lagi Apa | Lagi Apa | Sedang apa? |
Laka (Bagongan) | Laka | Langko | Laka | Laka / langka | Tidak ada |
Paman (Bagongan) | Paman | Mang | Mang | Mamang | Paman |
Salah (Bagongan) | Salah | Salo | Salah | Salah | Salah |
Sewang (Bagongan) | Sewong | Sawong | - | Sewang / Ewang | Seorang (Masing-masing) |
- Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau Jawa Setengah.
Daftar Pustaka
- ^ Tim Penyusun Disparbud Prov. Jawa Barat. 2011. "Peta Budaya Provinsi Jawa Barat". Bandung : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
- ^ Nurfaidah, Dedeh. 2008. "Basa Sunda Dialék Majalengka di Kacamatan Sukahaji". Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Wulandari, Sri(Penyanyi Cirebonan). 2011. "Prefix A – Change from Middle to Modern Cirebonese (A case study of Serat Catur Kandha as a midlle Cirebonese texts and Nguntal Negara as a modern Cirebonese text)". Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ a b c d Menimbang-nimbang Bahasa Cirebon(Edisi Tahun 2009)
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Tim Penyusun Disparbud Prov. Jawa Barat. 2011. "Peta Budaya Provinsi Jawa Barat". Bandung : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
- ^ Nurfaidah, Dedeh. 2008. "Basa Sunda Dialék Majalengka di Kacamatan Sukahaji". Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Wulandari, Sri(Penyanyi Cirebonan). 2011. "Prefix A – Change from Middle to Modern Cirebonese (A case study of Serat Catur Kandha as a midlle Cirebonese texts and Nguntal Negara as a modern Cirebonese text)". Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Rosidi, Ajip. 2010. "Bahasa Cirebon dan Bahasa Indramayu". : Pikiran Rakyat
- ^ Salana. 2002. "Wyakarana : Tata Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Sudibyo YS, Nurochman. 2011. "Bahasa Jawa Pantura Tak Terpeta, Lagu-lagunya Merambah Nusantara" : Surabaya. Kongres Bahasa Jawa
- ^ Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : tayudic.blogspot.com
- ^ Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : tayudic.blogspot.com
- ^ Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian" : PT Gramedia Pustaka Utama
- ^ Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian" : PT Gramedia Pustaka Utama
- ^ Noer, Nurdin M. "Wayang Kulit Di Mata Matthew Isaac Cohen" : Pikiran Rakyat
Kosakata
Sebagian besar kosakata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik. Memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon dengan di Indramayu itu meskipun termasuk bahasa Jawa, mempunyai perbedaan cukup besar dengan “bahasa Jawa baku”, yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo. Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti dengan buku pelajaran bahasa Sunda yang dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Jawa dialek Cirebon. [1] namun penerbitan buku penujang pelajaran bahasa daerah yang terjadi tahun selanjutnya tidak mencantumkan kata "Bahasa Jawa dialek Cirebon" lagi, akan tetapi hanya menggunakan kata "Bahasa Cirebon" hal ini seperti yang telah dilakukan pada penerbitan buku penunjang pelajaran bahasa cirebon pada tahun 2001 dan 2002. "Kamus Bahasa Cirebon" yang ditulis oleh Sudjana sudah tidak mencantumkan Kata "Bahasa Jawa dialek Cirebon" namun hanya "Kamus Bahasa Cirebon" begitu juga penerbitan "Wyakarana - Tata Bahasa Cirebon" pada tahun 2002 yang tidak mununjukan lagi keberadaan Bahasa Cirebon sebagai bagian dari Bahasa Jawa, namun menunjukan eksistensi Bahasa Cirebon sebagai bahasa yang mandiri.
Perbandingan Bahasa Cirebon Bagongan (Bahasa Rakyat)
Berikut merupakan perbandingan antara bahasa Cirebon dengan bahasa lainnya yang dianggap serumpun, yaitu bahasa Jawa Serang (Jawa Banten), Bahasa Jawa dialek Tegal dan Pemalangan serta Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta) dalam level Bagongan atau Bahasa Rakyat.
Banten Utara | Cirebonan & Dermayon[2] | Banyumasan | Tegal, Brebes | Pemalang | Solo/Jogja | Indonesia |
---|---|---|---|---|---|---|
kita | kita/reang/isun | inyong/nyong | inyong/nyong | nyong | aku | aku/saya |
sire | sira | rika | koen | koe | kowe | kamu |
pisan | pisan | banget | nemen/temen | nemen/temen/teo | tenan | sangat |
keprimen | kepriben/kepriwe | kepriwe | kepriben/priben/pribe | keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe | piye/kepriye | bagaimana |
ore | ora/beli | ora | ora/belih | ora | ora | tidak |
manjing | manjing | mlebu | manjing/mlebu | manjing/mlebu | mlebu | masuk |
arep | arep/pan | arep | pan | pan/pen/ape/pak | arep | akan |
sake | sing | sekang | sing | kadi/kading | seko | dari |
kelambi | Kelambi | Kelambi | Kelambi | Kelambi | Kelambi | Pakaian |
Kulon | Kulon | Kulon | Kulon | Kulon | Kulon | Barat |
Tuku | Tuku | Tuku | Tuku | Tuku | Tuku | Beli |
Durung | Durung | Durung | Durung | Durung | Durung | Belum |
Kependak | Kepetuk | Kepetuk | Kepetuk | Ketemu | Bertemu | |
Bise | Bisa | Bisa | Bisa | Biso | Iso | Bisa |
Lan | Lan | Lan | Lan | Lan | Lan | Dan |
Teke | Teka | Teka | Teka | Teka | Teka | Datang |
Kare | Karo | Karo | Karo | Karo | Karo | Dengan |
Entek | Entek / Kasepan* | Entek | Entek | Entek | Entek | Habis (* kasepan = kehabisan barang karena terlambat datang) |
Perbandingan Bahasa Cirebon Bebasan (Bahasa Halus)
Berikut ini adalah perbandingan antara bebasan (Bahasa Halus) Cirebon, bebasan Pemalangan, dengan bebasan Serang (Jawa Banten)
Banten Utara | Cirebonan & Dermayon[3] | Pemalangan/Tegalan | Indonesia |
---|---|---|---|
Kasih | Jeneng | Jeneng/nami/asmi | Nama |
Boten | Boten | Mboten | Tidak |
Teteh | Rara/Yayu | Mbak/mbakyu | Kakak perempuan (mbak) |
Koh/iku/puniku | Kuh/puniku | Puniku/niku | Itu |
Kepetuk | Kapanggih | Kepanggih | Ketemu |
Iki | Kih | Niki | Ini |
nggih | Inggih | Inggih/nggih | Ya |
Ugi | Ugi | Ugi | Juga |
Kelipun | Punapa | Kenging nopo | Kenapa |
Hampura | Hampura | Ngampunten | Maaf |
Sege | Sekul | Sekul | Nasi |
Linggar | Kesah | Tindak/kesah | Pergi |
Darbe | Gadah | Kagungan | Punya |
Seniki | Seniki | Sakniki | Sekarang |
Matur nuhun | Matur nuwun/kesuwun | Matur nuwun | Terima kasih |
Ayun ning pundi | Bade pundi | Bade teng pundi | Mau kemana? |
Pasar | Peken | Peken | Pasar |
Salah | Sawon | Salah | Salah |
Kule | Kula | Kulo | Saya |
Uning | Uning | Ngertos | Tahu |
Bangkit | Saged | Saged | Bisa |
Napik | Sampun | Ampun | Jangan |
Nire | Sampeyan / Panjenengan | Njenengan | Anda |
Cepe | Capeh | Terose | Kata |
Gelem | Bade | Bade | Mau |
Sare | Kilem | Tilem | Tidur |
Mantuk | Wangsul | Wangsul | Pulang |
Saos | Mawon | Mawon | Saja |
Wau | Wau | Wau | Tadi |
Kepetuk | Kapanggih | Kepanggih | Ketemu |
Maler | Maksih | Taseh | Masih |
Kamus Bahasa Indonesia - Cirebon
Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan, Bahasa Cirebon Bebasan, Indramayu Ngoko dan Indramayu Krama (Masyarakat Indramayu menyebut Bahasa Bagongan dengan sebutan Bagongan atau Ngoko dan Bebasan dengan sebutan Krama atau Besiken[4]) serta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia
Cirebon Bagongan | Cirebon Bebasan | dialek Indramayu Bagongan / Ngoko[5] | dialek Indramayu Krama / Besiken[6] | Bahasa Indonesia | Penjelasan |
---|---|---|---|---|---|
Abad | ? | Abad | Lestantum | Abad | |
Abang | Abrit | Abang | Abrit | Merah | |
Abot | ? | Abot | Awrat | Berat | |
Adi | Adi | Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan) | |||
Nang / Enang | Ayi | Nang | Rayi | Adik (Laki-Laki) | |
Neng / Eneng | Yayi | Neng | Yayi | Adik (Perempuan) | |
Adoh | Tebih | Adoh | Tebih | Jauh | |
Adol | Sadean | Adol | Sadean | Dagang | |
Adu | Aben | Adu | Aben | Adu | |
Adus | Siram | Adus | Siram | Mandi | |
Adhem | ? | Adhem | Asrep | Sejuk | |
Agama | Agami | Agama | Agami | Agama | |
Aja | Sampun | Jangan | (Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!" | ||
Akeh | Katah | Akeh | Katah | Banyak | |
Kakang | Raka | Kakang | Raka | Kakak Laki-Laki | |
Aki | Ki | Kaki | ? | Kakek | |
Aku | Akên | Aku (Mengaku) | ngaken (mengaku) | ||
Alas / Luwung | Wana | Alas | Wana | Hutan | |
Alih | ? | Pindah | (Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan) | ||
Amarga | Amargi | Akibat | (amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa Bebasan Cirebon yang benar) | ||
Aig / Age | Aglis | Cepet / Gage | Enggal | Segera | |
Amba | Wiwir | Amba | Wiyar | Luas | |
Ambir | Supadon | Biar | |||
Amit /Permisi | ? | Amit | Nuwun Sewu | Permisi | |
Ana | Wenten | Ana | Wonten | Ada | |
Angel | Susah | Angel | Sesaha | Susah | |
Angon | Angen | Angon | Angen | Gembala | Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau) |
Angot | ? | Kumat | Kimat | Kambuh | |
Antarane | Antawise | Antarane | Antawise | Antaranya | |
Apa | Punapa | Apa | Punapa | Apa | |
Apik | Sae | Apik | Sae | Baik | |
Aran | Jeneng / Asmi | Aran | Nami/Asmi | Nama | |
Arep | Ajeng | Arep | Ajeng | Akan | |
Arep mendhi | Bade pundi | Arep mendhi / Garep Mendhi | Bade pundi | Mau ke mana? | |
Asli | ? | Asli | Sesupe | Asli | |
Asu | ? | Asu | Segawon | Anjing | |
Ati | Manah | Ati | Manah | Hati | |
Aturan | Pakem | Aturan | |||
Awan | Siyang | Awan | Rina / Siang | Siang | |
Awak | Selira / Badan | Awak | Salira / Badan | Badan | |
Ayam | Sawung | Ayam | Sawung | Ayam | |
Bae | Mawon | Bae | Mawon | Saja | |
Bagen | Sanggine | Bagen | Kêrsanipun | Biarkan | |
Bagus | Sae | Bagus | Sae | Bagus | |
Baka | Menawi | Baka | Menawa | Kalau | |
Balik | Wangsul | Balik | Wangsul | Pulang | |
Banyu | Toya | Banyu | Toya | Air | |
Bapak | Rama | Bapak | Rama | Bapak | |
Batur | Rencang | Batur | Rencang | Kawan | |
Banyu | Toya | Banyu | Toya | Air | |
Bari | Kaliyan | Bareng | Sesarengan | Bersama | |
Bawi | ? | Celeng | Andhapan | Babi | |
Bebek | ? | Bebek | Kambangan | Bebek | |
Belah | Palih | Belah | Palih | Sepalih (sebelah) | |
Beli / Ora | Boten | Tidak | |||
Bênêr | Lêrês | Bênêr | Lêrês | Benar | |
Bendrongan | ? | Main Musik | (Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan" | ||
Bêngên | Rumiyen | Bêngên | Rumiyin / Sengen | Dahulu | |
Bêngi | Dalu | Bêngi | Dalu | Malam | |
Beras | Uwos | Beras | Uwos | Beras | |
Bobad | ? | Bobad | Bohong | ||
Bocah / Anak | Lare | Anak | Lare | Anak | |
Bokat | ? | Takut / Barangkali | "aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)
"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana" (saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di sana) | ||
Bonggan | ? | Awas! | Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang | ||
Brêsi | Rêsik | Bersih | Rêsik | Bersih | |
Bubar | Bibar | Bubar | Bibar | Bubar | |
Bulit | ? | Curang | |||
Buri | Wingking | Buri / Guri | Wingking | Belakang | Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang) |
Buru-Buru | Kêsusu | Buru-Buru | Bujêng-bujêng | Tergesa-gesa | |
Buwang | Bucal | Buwang | Bucal | Buang / Melemparkan | |
Cangkêm | Lêsan | Cangkêm / Tutuk | Lêsan | Mulut | |
Caos | Seba | ? | ? | Menghadap / Menemui | |
Carita | ? | Crita | Crios | Cerita | |
Cêg | ? | Cêkêl | Ngasta | Pegang | Cêgcêgan (Pegangan) |
Cilik | Alit | Cilik | Alit | Kecil | |
Coba | Cobi | Coba | Cobi | Coba | |
Cungur / Irung | ? | Irung | Grana | Hidung | |
Cukur | Paras | Cukur | Paras | Cukur | |
Dadi | Dados | Dadi | Dados | Jadi | |
Dagang | Sadean | Dagang | Sadean | Dagang | |
Dake | Gadah | Punya (Dapat) | |||
Dalan | Dêrmagi | Dalan | Marga | Jalan | |
Dandan | ? | Dandan | Dandos | Berhias | |
Dawuk | ? | Dewasa | |||
Dêlêng | Ningali | Dêlêng | Ningali / Mirsani | Melihat | |
Dhadha | Jaja | Dhadha | Jaja | Dada | |
Damar | Pandhêm | Damar | Pandam | Lampu | |
Dêmên | Tresna | Dêmên | Tresna | Cinta | |
Dêmplon | ? | Seksi | |||
Dêngkul / Tur | ? | Dêngkul | Jengku | Lutut | |
Dewek | Piyambêk | Sendiri | |||
Di | Di | Di | Dipun | Di (Imbuhan) | Cirebon Bebasan : "Dibarokahi", dialek Indramayu Krama : "Dipun Barokahi" |
Dina | Dintên | Dina | Dintên | Hari | (Sedinten-dinten = Sehari-hari) |
Dolan | ? | Dolan | ? | Main | |
Dom | Jarum | Dom | Jarum | Jarum | |
Doyan | Purun / Kersa | Doyan | Purun / Kersa | Suka / Mau | |
Duit | Yatra | Duit | Yatra | Uang | |
Dulung | Ndahari | Dulang | Ndahari | Suap (Makan) | |
Durung | Dêrêng | Durung | Dêrêng | Belum | |
Duwe | Gadah | Duwe | Gadah | Punya | |
Duwur | Inggil | Duwur | Inggil | Tinggi | |
êling | êmut | êling | êmut | Ingat | |
êmbah | êyang | êmbah | êyang | Kakek-Nenek | |
Embuh | Wikan | Embuh | Kirangan / Wikan | Tidak Tahu | |
? | ? | Embun-embunan | Pasundulan | Embun-embun | |
Emong | Boten | Emong | Mboten | Tidak Mau | |
Enak | Eca | Enak | Eca | Enak | |
êndas | Sirah | Kepala | |||
êndhêp | êndhap | êndhêp / Cindek | êndhap | Pendek | |
êndi | Pundi | êndi | Pundi | Mana | |
êndog | Tigan | êndog | Tigan | Telur | |
êngko | Ajeng | Nanti | |||
ênom | ênêm | ênom | ênêm / timur | Muda | |
êntêk | Têlas | êntok | Têlas | Habis | |
Enteni | ? | Enteni | Entosi | Menunggu | |
Erti | Ertos | Arti | (Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya bagus!) | ||
Esuk | Enjing | Esuk | Enjing | Pagi | |
Etung | Etang | Etung | Etang | Hitung | |
Gajah | Liman | Gajah | Liman | Gajah | |
Gampang | Gampil | Gampang | Gampil | Mudah | |
Ganti | Gantos | Ganti | Gantos | Ganti | |
Gawa | Bakta | Gawa | Bakta | Bawa | mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan) |
Gawe | Damel | Gawe | Damel | Kerja | |
Gedang | Pisang | Pisang | |||
Gede | Ageng | Besar | |||
Gêlêm | Purun | Gêlêm | Purun | Mau | |
Gelang | Binggel | Gelang | Binggel | Gelang | |
Gelung | Ukel | Gelung | Ukel | Gulung | |
Gemuyu | Gemujeng | Gemuyu | Gemujeng | Tertawa | |
Gen | Ugi | Juga | |||
Genap | Jangkep | Genap | Jangkep | Lengkap | |
Geni | Brama | Geni | Brama | Api | |
Gering / Kuru /Pêyang | ? | Gering | Kera | Kurus | |
Getek | ? | Geli | |||
Getih | Rah | Getih | Rah | Darah | |
Gigir | Pêngkêran | Gigir | Pêngkêran | Punggung | |
Godhong | Ron | Godhong | Ron | Daun | |
Golek | ? | Golek | Pados | Wayang Kayu (Golek) | |
Gugah | Wungu | Gugah | Wungu | Bangun | |
Gula | Gêndis | Gula | Gêndis | Gula | |
Gulu | Jangga | Gulu | Jangga | Leher | |
Gawean | Damelan | ? | Guneman | Pekerjaan | |
Guyon | Gujêng | Guyon | Gujêng | Bercanda | Gegujengan (Bercandaan) |
Idêp | Ibing | Idep | Ibing | Bulu Mata | |
Idu | Kecoh | Idu | Kecoh | Ludah | |
Iga | ? | Iga | Unusan | Iga | |
Ijo | Ijêm | Ijo | Ijêm | Hijau | |
Ilang | Ical | Ilang | Ical | Hilang | |
Ilat | Lidah | Ilat | Lidah | Lidah | |
Imbuh | ? | Imbuh | Tanduk | Tambahan | |
Inep | ? | Inep | Sipeng | Bermalam | |
Ingu | Ingah | Ingu | Ingah | Pelihara | |
Irêng | Cêmêng | Irêng | Cêmêng | Hitam | |
Isor | Andhap | Isor | Andhap | Bawah | |
Isin | Lingsem | Isin | Lingsem | Malu | |
Isun | Ingsun / Kula | Reang / Kita | Kula | Saya | |
Iwak | Ulam | Iwak | Ulam | Ikan | |
Iya | Inggih | Iya | Inggih | Ya | |
Jaga | Raksa | Jaga | Reksa | Jaga | Njaga, Ngraksa (Menjaga) |
Jago | Sawung | Jago | Sawung | Ayam Jago | |
Jagong | Linggih | Dodok | Linggih | Duduk | |
Jala | Jambêt | Jala | Jambêt | Jala | |
Jalir | ? | ? | ? | Pelacur | |
Jaluk | Pundhut | Jupuk / Jokot | Pendhet | Ambil | |
Jamu | Jampi | Jamu | Jampi | Jamu | |
Jaran | ? | Jaran | Titihan | Kuda | |
Jare | Cape | Jare | Criyos | Kata (Ucap) | Cirebonan : "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?) |
Jenggot | ? | Jenggot | Gumbala | Jenggot | |
Jêriji | ? | Driji | Racikan | Jari | |
Jero | Lebet | Jero | Lebet | Dalam | |
Jingkat | ? | Kaget | Kejot | Terkejut | |
Joget | ? | Joged | Beksa | Goyang | |
Kabar / Warta | Wartos | Kabar / Warta | Wartos | Berita | |
Kabeh | Sedantên | Kabeh | Sêdaya | Semua | |
Kabênêran | Kalêrêsan | Kabêran | Kêlêrêsan | Kebetulan | |
Kaca | Kaca | Paningalan | Kaca | ||
Kae | Punika | Kaen | Punika | Itu (Dekat dengan si Pembicara) | |
Kali / Lêpên | Benawi | Kali / Lêpên | Benawi | Sungai | |
Kalung | ? | Kalung | Sangsangan | Kalung | |
Kandha | ? | Kandha | Sanjang | Bercerita | |
Kanggo | Kangge | Kanggo | Kangge | Untuk | |
Karang | Kawis | Karang | Kawis | Karang | |
Karena | Kêrantên | Karena | |||
Kari | Kantun | Kari | Kantun | Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir | Kantun-kantun (akhirnya) |
Karo | Kaliyan | Karo | Kaliyan | Bersama | Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?) |
Karo | Sareng | Karo | Dengan | (Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!") | |
Katon | Kêtingal | Katon | Kêtingal | Dapat dilihat | |
Katok / Cangcut | Lancing | Katok | Lancing | Celana dalam | |
Kaweruh | Kaweruh | Seserepan | Pengetahuan | ||
Kaya / ala-ala | Kados | Kaya | Kados | Seperti | (Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu) |
Kayu | Kajeng | Kayu | Kajeng | Kayu | |
Kebanjur | ? | Kebanjur | Kelajeng | Tersiram | |
Kêbo | ? | Kêbo | Maesa | Kerbau | |
Kêdêr | Ewed | Kêdêr | Ewed | Bingung | |
Kelanjutan | Kelanjêngan | Kelanjutan | |||
Kelapa | Kerambil | Kelapa | Kerambil | Kelapa | |
Keliru | Klentu | Keliru | |||
Kembang | Sekar | Kembang | Sekar | Bunga | |
Kêmit | ? | Jaga (Tugas Jaga) | Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa) | ||
Kêmul | Singep | Kêmul | Singep | Selimut | |
Kên / Kahin / Jarit | Sinjang | Jarit | Sinjang | Kain | |
Kene | Riki | Kene | Riki | Sini | |
Kêponakan | Kêpênakan | Kêponakan | Kêpênakan | Keponakan | |
Kêpriben | Kêpripun | Kêpriben | Kêpripun | Bagaimana | |
Kêramas | Jamas | Kramas | Jamas | Keramas | |
Kêrasan / Bêtah | ? | Krasan | Kraos | Betah | |
Kêringet | Riwe | Kêringet | Riwe | Keringat | |
Kêris | ? | Keris | Duwung | Keris | |
Kêrtas | Dalancang | Kertas | Dlancang | Kertas | Cirebonan : "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu) |
Kêtara | Ketara | Ketawis | Jelas | ||
Kêtemu | Kêpanggih | Kêtemu | Kêpanggih | Bertemu | |
Kêtuwon | ? | Percuma / tidak dilayani dengan baik | |||
Kêyok | ? | Kalah | Kawon | Kalah | Kekalahan (Cirebon : Kasoran) |
Kie | Puniki / Kih | Enya / Kien | Puniki / Niki | Ini | |
Kijing | Sekaran | Kijing | Sekaran | Gilang Makam | |
Kira | Kinten | Kira | Kinten | Kira (Perkiraan) | Kinten-Kinten (Kira-Kira) |
Kirim | Kintun | Kirim | Kintun | Kirim | |
Klambi | Rasukan | Klambi | Rasukan | Pakaian | |
Kongkon | Kengken | Kongkon | Kengken | Suruh | |
Kuburan | Pasarean | Kuburan | Pasarean | Kuburan | |
Kudu / Mesthi | Kedah | Kudu | Kedah | Harus | |
Kuku | ? | Kuku | Kenaka | Kuku | |
Kulon | Kulen / Kulwan | Kulon | Kulen | Barat | |
Kumat | Kumat | Kimat | Kumat | ||
Kumpul | Kêmpal | Kumpul | |||
Kuna | Kina | Kuna | Kuno | ||
Kuning | Jener | Kuning | Jenar | Kuning | |
Kuping | Talinga | Kuping | Talingan | Telinga | |
Kurang | Kirang | Kurang | Kirang | Kurang | |
Kuwasa | Kuwasa | Kuwaos | Kuasa | ||
Kuwatir | Kuwaos | Khawatir | |||
Kuwayang | ? | Terbayang | |||
Kuwe | Kuh / Puniku | Kuwen | Kuh / Puniku | Itu | (Jauh dari si pembicara) |
Lahiran | ? | Bayen | ? | Melahirkan | |
Lain | Dudu / Sanes | Dudu | Sanes | Bukan | |
Laka | Botên wêntên | Langka | Botên wêntên | Tidak Ada | |
Laki | Jali | Suami | |||
Lama | Dangu | Lawas | Lami / Dangu | Lama | |
Lamun | Bilih | Seandainya | |||
Lamun | Umpami | Umpama | |||
Lanang | Jali / Jaler | Lanang | Jaler | Laki-laki | |
Larang | Hawis | Larang | Awis | Mahal | |
Lenga | Lisa | Minyak | |||
Lenga Latung | Lisa latung | Minyak tanah | |||
Lêwih | Langkung | Lebih | |||
Lima | Gangsal | Lima | Gangsal | Lima | |
Lunga | Kesah | Pergi | |||
Lupa | Lêpat | Klalen | Kesupen | Lupa | |
Luru | Ngilari | Cari | |||
Luru | Nggulati | Cari | |||
Mabok | Mêndhêm | êndhêm | Mêndhêm | Mabuk | |
Maca | Maos | Baca | |||
Manfaat / Faedah | Guna | Manfaat / Faedah | Gina | Manfaat | |
Mangan | Dahar | Makan | |||
Mangkat | Tindak | Berangkat | |||
Maning | Malih | Lagi | |||
Manjing | Mlebet | Masuk | |||
Mata | Soca | Mata | |||
Mati | Pejah | Mati | |||
Mayid | Laywan | Jisim | Layon | Jenazah | |
Melu | Milet | Ikut | |||
Mencleng | ? | Lompat | |||
Mêngana | Mrika | Kesana | |||
Mênê | Mriki | Kesini | |||
Mêngkonon | Mêngkotên | Begitu | |||
Mêtu | Medal | Keluar | |||
Mlaku | Mlampah | Berjalan | |||
Mlayu | Mlajeng | Lari | |||
Mungkin | ? | Mungkin | |||
Nang / Ning | Teng | Di (Tempat) | |||
Nang Arep | Teng Ajeng | Di Depan | |||
Nang Isor | Teng Andap | Di Bawah | |||
Nang kana | Teng Riku | Di situ | |||
Nang Mendhi | Teng Pundi | Dimana | |||
Nini | ? | Nini | ? | Nenek | |
Ngaji | Ngaos | Mengaji | |||
Nginum | Ngombe | Minum | |||
Nguyu | Nyeni | Kencing | |||
Olih | Angsal | Mendapat | |||
Omong | Gunêm | Catur | Ngendika | Bicara | |
Pada | Sami | Sama | |||
Pada bae | Sami mawon | Sama saja | |||
Pancal | ? | Tendang | |||
Papat | Sêkawan | Empat | |||
Parêk | Cakêt | Dekat | |||
Pasar | Pêkên | Pasar | |||
Pate | Padem | Padam | |||
Pati | Patos | Pati | Patos | Terlalu | Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka) |
Payung | Pajeng | Payung | Pajeng | Payung | |
Pêrabot | Pêranti | Abah | Pirantos | Perabotan | |
Pêrcaya | Pêrcantên | Percaya | |||
Lawang | Kontên | Lawang | Kontên | Pintu | Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas |
Pira | Pintên | Berapa | |||
Piring | ? | Ajang | Ambeng | Piring | |
Polah | ? | oleh / laku | akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah) | ||
Punten | Hampura | Maaf | |||
Purun | ? | Mau | Panjenengan purun?(kamu mau?) | ||
Putih | Pethak | Putih | |||
Rabi / Kurên | Istri | Bojo | Sema | Istri | Sekurên = Sejodoh |
Rada | Rabi | Agak | Rada Manis (agak manis) | ||
Rewel | ? | Cerewet | |||
Ro / Rua | Kalih | Dua | |||
Rungu | Pireng | Rungu | Midhanget | Dengar | Ngrungu, Mireng (Mendengar) |
Sabên | Unggal | Setiap | |||
Salah | Sawon | Salah | |||
Sambut | Sambêt | Pinjam | |||
Sapa | Sintên | Siapa | (Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?") | ||
Sawah | Sabin | Sawah | |||
Sedang | Siweg | Sedang (Melakukan) | (Siweg Punapa? "Sedang Apa") | ||
Sega | Sêkul | Nasi | |||
Sejen | Liya | Lain | (Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya") | ||
Sekien | Sêniki | Sekarang | |||
Sekiki | Benjing | Sukiki | Benjing | Besok | |
Senajan / Ari | Menawi | Ari | Menawa | Walau | |
Seneng | Bungah | Berag | Bingah | Senang | |
Setitik | Sakedik | Sedikit | |||
Siji | Sêtunggal | Satu | |||
Sira | Panjenengan | Anda | |||
Sira | Panjênêngan | Kowe / Sira | Sampeyan / Panjenengan | Kamu | |
Srog | Mangga | Enya | Mangga | Silahkan Ambil | Cirebonan : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)" |
Suwe | Suwe | Lami | Lama | ||
Ya | Mangga | Ayo / Elos | Mangga | Silahkan | Cirebon : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)" |
Taken | Dangu | Takon | Taken | Tanya | Andangu (Bertanya) |
Tamu | Sema | Tamu | |||
Tanduk | Singat | Tanduk | Singat | Tanduk | |
Teka | Dugi | Teka | Dugi | Tiba | |
Telu | Tiba | ? | ? | Tiga | |
Terus | Teras | Teruskan | |||
Tua | Sepuh | Tua | |||
Tuku | Tumbas | Beli | |||
Tur | Tunten | Bacut | Lajeng | Selanjutnya | |
Turu | Kilem / Tilem / Kulem | Tidur | |||
Umah | Griya | Rumah | |||
Untap | ? | Durhaka | |||
Upai | Sukani | Upai | Sukani | Beri | Ngupai, Nyukani (Memberi) |
Urip | Gesang | Hidup | |||
Uwis | Sampun | Sudah | |||
Wadon | Istri | Perempuan | |||
Waktu | Sela | Waktu | Waktos | Waktu | |
Wanci | Wayah | Saat | |||
Wareg | Tuwuk | Kenyang | |||
Wong | Tiyang | Orang | |||
Wulan | Sasi | Bulan | |||
? | Kajaba | Kecuali | |||
? | Lan | Dan | |||
? | Jentik | Kelingking | |||
? | Leb | Tutup | "Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu") | ||
? | Maksad | Maksud | (Maksadipun = Maksudnya) | ||
? | Wiraos | Bicara | |||
Belajar | Sinau / Ginau | Belajar | Sinau | Belajar | |
? | Kah | Itu | (dekat dari si pembicara) | ||
? | Waras | Sehat | |||
? | Bethek | Adang | Bethak | Menanak Nasi | |
? | Serat | Jungkat | Serat | Serabut / Serat | |
kengulu | kengulu | Kengulu | Kajang | Bantal |
Dialek Bahasa Cirebon
Menurut Nurdin M. Noer, Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon dialek Dermayon atau yang dikenal sebagai Bahasa Indramayuan, Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh, Bahasa Cirebon dialek Plered dan dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)
Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh)
Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh) merupakan dialek dari Bahasa Cirebon yang berada disekitar perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Brebes, atau sekitar Perbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kuningan. Dialek Jawareh ini merupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa dan separuh bahasa Sunda. [7]
Bahasa Cirebon dialek Dermayon
Dialek Dermayon merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan secara luas di wilayah Kabupaten Indramayu, menurut Metode Guiter, dialek Dermayon ini memiliki perbedaan sekitar 30% dengan Bahasa Cirebon sendiri. Ciri utama dari penutur dialek Dermayon adalah dengan menggunakan kata "Reang" sebagai sebutan untuk kata "Saya" dan bukannya menggunakan kata "Isun" seperti halnya yang digunakan oleh penutur Bahasa Cirebon.
Bahasa Cirebon dialek Plered (Cirebon Barat)
Dialek Plered merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat Kabupaten Cirebon, dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat ini menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo" dan Jendela menjadi "Jendelo" (ada juga yang menyebutnya dengan "Gendelo"). Penutur dialek yang menempati kawasan barat Kabupaten Cirebon ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan "Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai "Tiang Grage", walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon" [8]
Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon)
Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka
Widudung Hamdan :
Uwoh srikayo di paih tawas...
Sambel trasi enak di pangan..
Kayo kayo atine kulo keloas.
Inget rabi langko ning iringan..
maso iyo, digawo-gawo menggawe
Sipo :
Angon wedus ning jagat dermayu
Pengen adus mung sayang langko banyu
Widudung Hamdan:
ano sego dimot ning kardus..
Tuku srabi oline combo..
Ang sipo bli usoh adus..
Daripado rabi bli ngengumbo..
Wahyu Pawaka :
Isuk-isuk tuku srabi...
Tukue bari ngajar layangan...
Usuk-isuk ngobrol rabi...
Gawe kesirian wong bujangan...
Widudung Hamdan:
Miyang meng grage tuku penganan..
Olih berkat iwak cemplunge ano sing ngicipi..
Mulane gen gage kawinan..
Engko mangkat menggawe ano sing ngambunge pipi...
adaaaaauuw...
Wahyu Pawaka :
Uler gendon ngereketi pelem...
Olih berkat olih apem...
Nonton wayang langka tarube...
Bocah wadon durung ana kang gelem...
Bokat ana kang gelem...
Hayuh miyang ning pak lebe...
hehee...
Widudung Hamdan:
Gawe adon-adon kanggo gawe apem..
Tukuh sarung plekat larang regane..
Duduh saking wadon bli gelem..
Saking durung niat bae lanange..
glegek ndipit...
akaka...
Bahasa Cirebon dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)
Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya "wong cirebon" sendiri. [9]
Perbandingan Dialek Bahasa Cirebon
Bahasa Cirebon Baku | Dialek Indramayu | Dialek Plered | Dialek Ciwaringin | Dialek Pekaleran* | Indonesia |
---|---|---|---|---|---|
Ana (Bagongan) | Ana | Ano | Ana | Ana | Ada |
Apa (Bagongan) | Apa | Apo | Apa | Apa | Apa |
Bapak (Bagongan) | Bapak | ? | Bapa / Mama | Bapak | Bapak |
Beli (Bagongan) | Ora | Oro | Beli / Ora | Bli | Tidak |
Dulung (Bagongan) | Dulang | Dulung | Muluk | Suap | Suap (Makan) |
Elok (Bagongan) | Sokat | Lok | Sok | Ilok | Pernah |
Isun (Bagongan) | Reang | Isun | Isun / Kita | Nyong / Kita | Saya |
Kula (Bebasan) | Kula | Kulo | Kula | Kula | Saya |
Lagi apa? (Bagongan) | Lagi apa? | Deng apo? | Lagi Apa | Lagi Apa | Sedang apa? |
Laka (Bagongan) | Laka | Lako | Laka | Laka / langka | Tidak ada |
Paman (Bagongan) | Paman | Paman | Mang | Mamang | Paman |
Salah (Bagongan) | Salah | Salo | Salah | Salah | Salah |
Sewang (Bagongan) | Sewong | Sawong | - | Sewang / Ewang | Seorang (Masing-masing) |
- Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau Jawa Setengah.
Daftar Pustaka
- ^ Rosidi, Ajip. 2010. "Bahasa Cirebon dan Bahasa Indramayu". : Pikiran Rakyat
- ^ Salana. 2002. "Wyakarana : Tata Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Sudibyo YS, Nurochman. 2011. "Bahasa Jawa Pantura Tak Terpeta, Lagu-lagunya Merambah Nusantara" : Surabaya. Kongres Bahasa Jawa
- ^ Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : tayudic.blogspot.com
- ^ Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : tayudic.blogspot.com
- ^ Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian" : PT Gramedia Pustaka Utama
- ^ Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian" : PT Gramedia Pustaka Utama
- ^ Noer, Nurdin M. "Wayang Kulit Di Mata Matthew Isaac Cohen" : Pikiran Rakyat