Kelok 9
Kelok 9 atau Kelok Sembilan adalah ruas jalan berkelok yang terletak sekitar 30 km sebelah timur dari Kota Payakumbuh menuju Provinsi Riau dan merubakan bagian dari ruas jalan penghubung Lintas Tengah Sumatera dan Pantai Timur Sumatera. Jalan ini membentang sepanjang 300 meter di Jorong Aie Putiah, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jalan ini memiliki tikungan yang tajam dan lebar sekitar 5 meter, berbatasan dengan jurang, dan diapit oleh dua perbukitan di antara dua cagar alam: Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau.[1]
Di sekitar Jalan Kelok 9 saat ini telah dibangun jembatan layang sepanjang 2,5 km. Jembatan ini membentang meliuk-liuk menelusuri dua dinding bukit terjal dengan tinggi tiang-tiang beton bervariasi mencapai 58 meter. Terhitung, jembatan ini enam kali menyeberangi bolak balik bukit. Rencananya, jembatan ini akan diresmikan penggunaannya pada bulan September 2013 dan akan mulai dibuka seminggu jelang lebaran untuk menunjang arus mudik.[2][3]
Sejarah
Jalan Kelok 9 dibangun semasa pemerintahan Hindia-Belanda antara tahun 1908–1914.[4][5] Jalan ini meliuk melintasi Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan Pulau Sumatera. Jika direntang lurus panjang Kelok Sembilan hanya 300 meter dengan lebar 5 meter dan tinggi sekitar 80 meter.[1] Berdasarkan catatan Kementerian PU, dalam sehari jalan ini dilalui lebih dari 10 ribu unit kendaraan dan pada saat libur atau perayaan hari besar meningkat 2 sampai 3 kali lipat.[6] Namun, sejak dibangun Kelok Sembilan nyaris tak mengalami pelebaran berarti karena terkendala medan. Seiring peningkatan volume kendaraan yang melintas, kondisi jalan yang sempit dan terjal sering mengakibatkan kemacetan. Lebar jalan yang hanya 5 meter dan tikungannya yang tajam kerap menyulitkan kendaraan besar melintas karena tidak kuat menanjak.[7]
Pada tahun 2000, lalu lintas kendaran antara Sumatera Barat dan Riau sudah mencapai antara 9.000 sampai 11.000 kendaraan sehari dengan mengangkut sekitar 15,8 juta orang dan sekitar 28,5 juta ton barang dalam setahun.[1] Separuh dari barang yang diangkut adalah hasil pertanian dan peternakan. Karena sempitnya jalan Kelok Sembilan, jarak Bukittinggi—Pekanbaru sejauh 220 kilometer yang mestinya dapat ditempuh dalam waktu 4 jam, bisa memakan waktu 5 sampai 6 jam.[1] Kapasitas angkut antarkedua wilayah pun berkurang menjadi setengahnya.[8] Mengatasi persoalan ini, Kepala Dinas Prasana Jalan Sumatera Barat Ir. Hediyanto W. Husaini mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membangun jembatan layang. Pmbangunan jalan layang Kelok 9 mulai dikerjakan pada November 2003 setelah memperoleh persetujuan pemerintah pusat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada Agustus 2003.
Jembatan layang
Pengerjaan
Pembangunan jembatan layang Kelok 9 mulai dilakukan pada 2003. Pengerjaannya ditangani dalam dua tahapan pembangunan. Panjang keseluruhan jembatan dan jalan yang dibangun adalah 2.537 meter, terdiri dari enam jembatan dengan panjang 959 meter dan jalan penghubung sepanjang 1.981 meter.[9]
Pembangunan tahap satu telah selesai pengerjaannya dan sudah sempat difungsikan sementara untuk mengatasi kemacetan pada musim mudik lebaran tahun 2012 dan menyambut tahun baru 2013, masing-masing selama 15 hari. Adapun untuk pembangunan tahap dua saat ini pengerjaannya masuk tahap akhir. Secara teknis jembatan layang baru telah dapat dilalui kendaraan karena telah dilengkapi sisi pelindung setinggi 1,5 meter dan lampu penerangan.
Struktur
Jembatan layang Kelok 9 terdiri dari enam jembatan dengan lebar 13,5 meter. Bentang jembatan pertama memiliki panjang 20 meter, bentang kedua 230 meter, dan bentang ketiga 65 meter. Bentang keempat memiliki panjang 462 meter. Ini merupakan bentang terpanjang. Bentang jembatan keempat merupakan jenis pelengkung beton dengan pondasi bore pile sedalam 20 meter untuk menahan berat jembatan dan gaya horizontal gempa. Terakhir, bentang jembatan kelima memiliki panjang 31 meter dan bentang keenam 156 meter.[10][11]
Tingkat kemiringan jalan berkisar antara 6%− 8% dan tikungannya berjari-jari 50 meter—badingkan dengan jalan lama yang hanya 7 dan 20 meter.
Rujukan
- ^ a b c d Abidin, Masoed (editor). Ensiklopedi Minangkabau (2005). Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau. ISBN 979-379-723-1. hlm. 229
- ^ http://www.antaranews.com/berita/384895/jembatan-kelok-9-ditargetkan-siap-untuk-arus-mudik
- ^ http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=45897
- ^ http://www.limapuluhkota.go.id/index.php?mod=objek_wisata&act=show&id=23
- ^ http://minangkabaunews.com/artikel-2932-fenomena-alam-eksotik-kelok-9-sumatera-barat.html
- ^ http://www.indonesiainfrastructurenews.com/2013/07/kemenpu-pastikan-jembatan-kelok-9-siap-digunakan-h-7/
- ^ http://minangkabaunews.com/artikel-2932-fenomena-alam-eksotik-kelok-9-sumatera-barat.html
- ^ http://koridorjawa.info/index.php/arsip-berita/88-jembatan-kelok-9-green-infrastructure-karya-bangsa-indonesia
- ^ http://www.indonesiainfrastructurenews.com/2013/04/kontrak-jembatan-kelok-9-selesai-juni/
- ^ http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/394380-jembatan-kelok-sembilan-diharapkan-beroperasi-pertengahan-2013
- ^ http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/417755-jembatan-kelok-9-siap-digunakan-lebaran-tahun-ini