Serangan Fajar
Serangan Fajar adalah film dokumenter drama perang Indonesia pada tahun 1982 dengan disutradarai oleh Arifin C. Noer. Film ini dibintangi antara lain oleh Amoroso Katamsi.
Serangan Fajar | |
---|---|
Sutradara | Arifin C. Noer |
Produser | G. Dwipayana |
Ditulis oleh | Arifin C. Noer |
Pemeran | Amoroso Katamsi Antonius Yacobus Charlie Sahetappy Rani Satiti Dani Marsuni Susanto Antonius Suwastinah Jajang C.Noer Faqih Syahrir Nunuk Chaerul Umam Suparmi Bagong Kusudiardjo Abduh Mursid |
Penata musik | Embie C. Noer |
Sinematografer | M. Soleh Ruslani |
Perusahaan produksi | |
Tanggal rilis | 1982 |
Durasi | 210 menit |
Negara | Indonesia |
Penghargaan |
---|
Festival Film Indonesia 1982 |
|
Sinopsis
mengisahkan tentang 3 bagian drama sejarah yang menetukan nasib bangsa Indonesia di tahun 1945, dimana perang telah berakhir dan Indonesia berusaha meraih kemerdekaannya. Kisah ini mengambil tokoh seorang paman dan keponakannya (Temon), dimana kisah ini menceritakan tentang sang paman yang berusaha untuk mendapatkan cinta dari gadis pujaannya sedangkan keponakannya sendiri lebih dalam usahanya dalam menunggu ayahnya yang berprofesi sebagai tentara kembali dari medan peperangan.
Pasca jatuhnya Soeharto
Pada bulan September 1998, empat bulan setelah jatuhnya Soeharto, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah menyatakan bahwa film ini tidak akan lagi menjadi bahan tontonan wajib, dengan alasan bahwa film ini adalah usaha untuk memanipulasi sejarah dan menciptakan kultus dengan Soeharto di tengahnya. TEMPO melaporkan pada 2012 bahwa Saleh Basarah dari Angkatan Udara Republik Indonesia telah mempengaruhi dikeluarkannya keputusan ini. Majalah ini menyatakan bahwa Basarah telah menghubungi Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono dan memintanya untuk tidak menayangkan Pengkhianatan G 30 S PKI, karena film ini telah merusak citra Angkatan Udara Republik Indonesia. Dua film lainnya, Janur Kuning dan Serangan Fajar, kemudian juga dipengaruhi oleh keputusan tersebut;[1] Janur Kuning menggambarkan Soeharto sebagai pahlawan di balik Serangan Umum 1 Maret 1949, sementara Serangan Fajar menunjukkan dia sebagai pahlawan utama Revolusi Indonesia.[2] Pada saat itu TVRI tampaknya berusaha untuk menjauhkan diri dari mantan presiden Soeharto.[3] Hal ini terjadi semasa periode penurunan status simbol-simbol yang berkaitan dengan peristiwa G30S, dan pada dekade 2000-an awal, versi non-pemerintah dari peristiwa kudeta G30S mudah didapatkan di Indonesia.[4]
Pranala luar
Penghargaan dan prestasi | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Perempuan dalam Pasungan (1981) |
Film Bioskop Terbaik (Festival Film Indonesia) 1982 |
Diteruskan oleh: Di Balik Kelambu (1983) |