Tv white spaces

Revisi sejak 23 September 2013 23.58 oleh Tonyseno (bicara | kontrib)

Pendahuluan

TV White Spaces (TVWS) adalah frekuensi TV yang tidak terpakai untuk siaran televisi berlisensi. Biasanya karena stasiun TVnya telah berpindah ke jalur digital dari jalur sebelumnya yang analog. Penggunaan jalur digital untuk TV membuat penggunaan frekuensi menjadi efisien dan bisa menggunakan lebar bidang frekuensi yang lebih kecil karena tidak lagi memerlukan perlindungan interferensi seperti yang terjadi pada saluran analog.

Frekuensi

Televisi menggunakan banyak saluran di frekuensi sangat tinggi VHF (54-216 MHz) dan ultra tinggi UHF (470-698 MHz). Di beberapa daerah, penggunaan frekuensi tadi sangat tinggi, namun di daerah lain (misalnya di pelosok), penggunaannya sangat rendah, sehingga banyak yang kosong dan tidak dipergunakan. TV White Spaces memanfaatkan frekuensi yang kosong ini untuk komunikasi data nirkabel.[1]

Sesuai dengan sifat rambatan gelombang, maka gelombang dengan frekuensi yang makin rendah makin lebih mudah menembus rintangan. Frekuensi TV White Spaces yang lebih rendah daripada 1 Ghz ini sangat mudah untuk menembus gedung-gedung, tembok-tembok, dan pepohonan jauh lebih baik daripada sinyal telepon seluler atau WiFi (yang menggunakan frekuensi 2.4 GHz). Sehingga TV White Spaces sangat cocok untuk dipergunakan di pelosok daerah dan juga di dalam kota. Penggunaan yang ideal untuk TV White Spaces ini misalnya untuk sistem darurat, sistem transportasi intelijen, dan Internet.

TV White Spaces mampu menembus jarak lebih dari 10 km tanpa penguatan sama sekali. Ini artinya jumlah tiang pemancar dan penguat lebih sedikit dibandingkan dengan teknologi pengiriman data lain untuk mencakup suatu daerah yang sama luasnya.[2]

Teknologi Radio Kognitif

Pemancar TV White Spaces menggunakan teknologi Radio Kognitif yang mampu mengenali mana frekuensi yang sedang tidak terpakai dan memanfaatkannya untuk pengiriman data. Pengoperasian TV White Spaces dibuat sedemikian rupa sehingga peralatan pemancar TV White Spaces tidak akan menyebabkan gangguan pada saluran TV yang ada, meskipun menggunakan frekuensi yang berdekatan.

Teknologi ini juga mampu mengatur penggunaan frekuensi tersebut secara dinamis, dan bisa berubah sendiri tergantung pada ketersediaan frekuensi yang kosong.

Ada beberapa teknologi radio kognitif yang telah dikembangkan saat ini[3] :

  1. Teknologi kombinasi lokasi geografis yang didapat melalui satelit Global Positioning System (GPS) digabung dengan suatu basis data yang berisi informasi mengenai seluruh saluran televisi yang ada di daerah tersebut.
  2. Teknologi penginderaan spektrum yang mampu mendeteksi mana saluran yang sedang dipakai dan mana saluran yang sedang tidak terpakai.

Regulasi

Dari sisi regulasi ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan untuk memastikan kesuksesan penerapan TV White Spaces :

  1. Perpindahan teknologi televisi analog ke televisi digital, menyebabkan meningkatnya efisiensi pemancar stasiun televisi, dan menyebabkan makin banyaknya frekuensi televisi yang tidak terpakai. Oleh karena itu sebaiknya frekuensi yang tidak terpakai ini bisa dimaksimalkan penggunaannya untuk keperluan lain, misalnya untuk keperluan komunikasi data melalui teknologi TV White Spaces
  2. Dengan semakin banyaknya perpindahan stasiun televisi analog ke digital, maka diperlukan adanya penataan ulang frekuensi, supaya mempermudah pengelompokan. Pengelompokan ini juga mempermudah pemanfaatan untuk TV White Spaces.
  3. Teknologi TV White Spaces sebenarnya meminjam frekuensi yang tadinya diperuntukkan untuk siaran televisi. Regulasi harus mengatur bahwa penggunaan TV White Spaces ini tidak boleh mengganggu siaran televisi yang sudah ada.
  4. Penggunaan frekuensi televisi untuk hal selain TV White Spaces harus dibatasi daya pancarnya supaya tidak mengganggu TV White Spaces ataupun pemancara televisi berlisensi.

Standar

Sebagai salah satu teknologi komunikasi, untuk memastikan interoperabilitas maka TV White Spaces harus menggunakan suatu standar. IEEE mengeluarkan standar IEEE 802.22 Wireless Regional Area Network (WRAN). Standar ini dikembangkan dari IEEE 802.16e yang dikembangkan untuk mendukung pengoperasian TV White Spaces. Standar IEEE 802.22 ini mendukung jarak yang lebih jauh, radio kognitif, dan koeksistensi dengan berbagai sel WRAN yang lain.

Percobaan TV White Spaces untuk Internet Kecepatan Tinggi

Koalisi TV White Spaces dibentuk pada tahun 2007 untuk memanfaatkan frekuensi TV yang tidak terpakai ini. Koalisi ini terdiri dari beberapa perusahaan seperti Google, Microsoft, Dell, HP, Intel, Philips, EarthLink and Samsung Electro-Mechanics, dan tujuan utama dari dibentuknya koalisi ini adalah membuat frekuensi TV tadi bisa digunakan untuk sambungan internet kecepatan tinggi.

TV White Spaces di Afrika

Salah satu negara yang pertama kali melakukan percobaan untuk TV White Spaces ini adalah Afrika Selatan[4], dan percobaannya sangat berhasil untuk menghubungkan seluruh penduduk di Cape Town, salah satu kota yang paling padat penggunaan frekuensi televisinya.

Penerapan TV White Spaces di Afrika Selatan ini tercatat membawa beberapa dampak positif :

  1. Sebelum diterapkannya TV White Spaces di Cape Town, kebanyakan sekolah dengan 800 sampai 1300 pelajar hanya bisa menggunakan sebuah jalur internet berkecepatan 2 Mbps yang dipakai bersamaan. Jalur internet ini pelan sekali sehingga hanya bisa digunakan untuk mengirimkan email. Setelah TV White Spaces ini diterapkan, layanan video youtube dan video conferencing seperti Skype bisa dijalankan secara langsung dengan bandwidth yang tersedia
  2. Biaya pemasangan TV White Spaces ini hanya sepersepuluh dari biaya yang dikeluarkan seandainya menggunakan jaringan seluler 3G

Namun ternyata penerapan TV White Spaces ini juga membawa efek negatif yaitu murid-murid sekolah mulai menyalahgunakan bandwidth yang ada untuk saling berbagi file (biasanya ilegal) melalui aplikasi Bit Torrent. Sehingga dalam waktu 3 bulan sekolah sudah harus memasang pembatasan untuk mematikan aplikasi tersebut selama jam sekolah.

TV White Spaces di Negara Lain

Percobaan TV White Spaces yang dianggap sangat sukses di Cape Town, Afrika Selatan, kemudian ditiru juga oleh beberapa negara lain di Afrika seperti Kenya, dan Tanzania. Dan kemudian mulai diikuti juga oleh berbagai negara lain, seperti di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.

TV White Spaces di Singapura

Percobaan TV White Spaces di Singapura cukup menarik bagi kita, karena Singapura adalah negara tetangga kita yang sangat modern. Percobaan ini mulai dilakukan dengan berdirinya Singapore White Spaces Pilot Group (SWSPG) [5] pada bulan April 2012 dengan dukungan dari Infocomm Development Authority (IDA). Tujuan IDA adalah mengujicoba teknologi TV White Spaces di Singapura untuk mempercepat adopsi TV White Spaces di seluruh dunia. Percobaan di Singapura menitikberatkan pada penerapan TV White Spaces di perbukitan, di mana teknologi nirkabel yang biasa (seperti WiFi atau 3G) akan mengalami banyak kendala.

TV White Spaces di Filipina

Selain Singapura, Filipina juga melakukan percobaan TV White Spaces pada bulan Juli 2013[5]. Di Filipina TV White Spaces dicoba diterapkan untuk memberi konektivitas pada layanan perikanan.

TV White Spaces di Indonesia

Pemerintah Indonesia juga mulai tertarik untuk mengadakan percobaan TV White Spaces pada tahun 2014. Didukung oleh Microsoft dan USAID, pemerintah Indonesia akan mengadakan percobaan penerapan TV White Spaces di beberapa daerah percontohan di luar Jawa.

Beberapa manfaat langsung dari TV White Spaces untuk Indonesia adalah :

  1. Memberikan akses murah (atau bahkan gratis) Internet bagi setiap orang di pelosok daerah melalui pemanfaatan frekuensi tidak terpakai dari televisi.
  2. Memberikan fasilitas akses ke jaringan bawah laut serat optik Palapa Ring kepada masyarakat luas.
  3. Memberi akses internet yang lebih cepat kepada pusat-pusat layanan internet pedesaan yang saat ini terhubung melalui jaringan satelit yang lambat.

Dengan adanya sambungan internet yang menyeluruh, maka kita akan dapatkan banyak manfaat strategis misalnya :

  1. Transformasi Pendidikan - Dengan adanya konektivitas Internet yang cepat, maka kita bisa melaksanakan pendidikan abad ke 21 berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang tengah didorong oleh Kementerian Pendidikan melalui fasilitas Rumah Belajar yang mengandalkan jaringan Internet.
  2. Mendorong Dunia Usaha - Dengan adanya konektivitas Internet yang cepat dan murah, maka seluruh lapisan masyarakat akan mampu memiliki akses terhadap berbagai layanan Komputasi Awan untuk mendorong berbagai aktivitas usaha yang difasilitasi oleh Internet.
  3. Layanan Pemerintah yang Lebih Baik untuk Masyarakat - Dengan adanya konektivitas Internet, masyarakat bisa dengan mudah terhubung ke berbagai layanan Pemerintah, misalnya layanan membayar pajak, mendaftar usaha, dan lain-lain. Semua cukup dilakukan melalui layar komputer.
  4. Mendorong Kinerja Pemerintahan - Dengan adanya konektivitas internet yang baik sampai ke pelosok daerah, maka tidak ada lagi alasan Pemerintah untuk bekerja secara manual (tidak terotomasi) dan lambat. Karena tuntutan masyarakat yang akan serba online, maka Pemerintah juga akan didorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan bekerja secara paperless.

Referensi

  1. ^ White Spaces Overview, Spectrum Bridge
  2. ^ Microsoft beams Internet into Africa -- using TV 'white spaces', CNN
  3. ^ TV White Space Spectrum Technologies: Regulations, Standards, and Applications edited by Rashid Abdelhaleem Saeed, Stephen J. Shellhammer
  4. ^ Connecting Cape Town: Inside South Africa's TV white spaces experiment, engadget.com.
  5. ^ a b TVWS Pilots and Demonstrations, Microsoft Research.