Tari Rabbani Wahed

salah satu tarian di Indonesia

Jangan gunakan templat {{hapus:kelayakan}}!
Gunakan {{hapus|A7}} atau {{hapus|A9}} atau {{subst:tak layak}}.

Tari Rabbani Wahed adalah sebuah seni tari sufi yang berasal dari Samalanga, Bireuen, Aceh. Tarian yang mengajarkan tentang tauhid, agama, serta kekompakan melalui gerakan energik ini diciptakan oleh T. Muhammad Daud Gade. Tarian Sufi yang dimulai dengan mengikuti syair dari tarian Meugrob dan memiliki lebih dari 30 gerakan yang diawali dengan melakukan Rateb du'ek (duduk) dan Ratep deng (berdiri) ini merupakan pengembangan dari tarian Meugrob yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu di Aceh.[1]

Riwayat

Tari Rabbani Wahed mempunyai hakikat yang sama dengan tarian Meugrob (meloncat). Sejak ratusan tahun yang lalu Tarian Meugrob dimainkan di mushola-mushola dan dipertunjukkan ke khalayak ramai pada hari besar Islam, seperti hari raya Idul Fitri, pembagian zakat fitrah, Maulid Nabi, bulan Ramadhan, acara panen dan hajatan lainnya, yang dibawakan oleh murid-murid Muhammad Saman.

Tari Rabbani Wahed sudah pernah ditampilkan di luar negeri yaitu pada saat festival musik dan tari internasional di Turki yang berlangsung dari tanggal 25-30 Agustus 2002 yang pada saat itu Seni Rabbani mewakili Indonesia. Pada festival tersebut, para penari tampil memikat dengan mempermainkan ritme emosi penonton.

Peralihan tabuhan tamborin dan tari dari tempo lambat ke cepat berganti-ganti diiringi oleh ritme tepukan penonton yang ikut dalam tempo seperti memberi roh pada tarian yang disajikan. Gerakan dinamik dari lambat ke cepat kemudian kembali berubah ke lambat berganti-ganti sesuai alunan musik, hampir menyerupai Tari Ratoh Duek mengundang decak kagum bagi penonton Turki yang belum pernah menyaksikan pertunjukan serupa. Ditambah lagi nuansa Islam yang dikumandangkan dalam syair religius yang akrab dengan telinga penonton Turki, semakin menambah indah penampilan tim Indonesia.

Untuk mengabadikan tarian sufi Aceh ini, Komunitas Pecinta Film Dokumenter Aceh akan mendokumentasikannya dalam bentuk film. Ini dilakukan sebagai upaya melestarikan dan mempopulerkan kembali kearifan lokal yang sudah mulai dilupakan oleh generasi muda.[2]

Rujukan

  1. ^ Tari Sufi Aceh Akan Difilmkan TEMPO.CO, 16 Oktober 2012. Diakses 12 September 2013.
  2. ^ Tarian Sufi Aceh Akan Difilmkan Okezone.com, 16 Oktober 2012. Diakses 12 September 2013.

http://aceh.tribunnews.com/2013/09/21/ada-rabbani-wahed-di-anjungan-bireuen

Pranala luar