Tv white spaces

Revisi sejak 27 September 2013 22.44 oleh Tonyseno (bicara | kontrib)

Pendahuluan

Pendahuluan

Komponen komunikasi terdiri dari sumber, pengirim, saluran, penerima, dan tujuan. Pesan yang diterima tidak akan sempurna karena selama di perjalanan akan ada noise yang berpengaruh pada kualitas pengiriman pesan.

TV White Spaces (TVWS) merupakan sebuah teknologi Komunikasi yang gunanya mengirimkan pesan melalui saluran yang sama dengan saluran yang dipergunakan untuk siaran televisi. Di dalam teknologi TV White Spaces sudah terdapat berbagai mekanisme untuk meminimalkan pengaruh noise, yang menyebabkan TV White Spaces bisa dioperasikan di kota yang padat maupun di daerah pelosok.

TV White Spaces vs Wi-Fi

Cara kerja perangkat dan jaringan TV White Spaces mirip dengan Wi-Fi, namun demikian ada beberapa perbedaan utama :

  1. Dengan daya pemancar yang sama TV White Spaces tapi bisa menjangkau jarak yang lebih jauh dan mampu menembus dinding dan halangan lain lebih baik. Oleh karena itu banyak orang menyebut TV White Spaces sebagai "Super Wi-Fi".
  2. TV White Spaces menggunakan basis data yang memberi informasi tentang saluran televisi mana yang kosong, berapa besar daya pancar yang diijinkan, berapa lama saluran bisa dipakai, dan di wilayah geografis mana saja saluran tersebut boleh dipakai. Informasi itu dipergunakan untuk TV White Spaces untuk menggunakan saluran televisi secara taat hukum.

Saluran-saluran di dalam TV White Spaces dibawa menggunakan gelombang elektromagnetik yang bergetar dengan frekuensi sangat tinggi pada frekuensi VHF (54-216 MHz) dan ultra tinggi UHF (470-698 MHz). Lebar bidang frekuensi itu disebut spektrum, dan bisa dipergunakan oleh perangkat nirkabel untuk mengirimkan informasi dengan aman. Penggunaan spektrum diatur oleh pemerintah. Penggunaan spektrum frekuensi VHF dan UHF tadi berbanding lurus dengan jumlah pemancar televisi yang ada di daerah itu. Di daerah-daerah yang banyak pemancar televisinya, maka penggunaan spektrum juga semakin padat. Sebaliknya di daerah pelosok yang jarang memiliki pemancar televisi, maka tingkat penggunaan spektrum juga sedikit. Spektrum-spektrum frekuensi yang masih kosong ini disebut sebagai TV White Spaces, dan bisa dimanfaatkan untuk komunikasi data nirkabel.[1]

Teknologi Radio Kognitif

Penggunaan saluran yang sama antara TV White Spaces dengan pemancar televisi menimbulkan resiko saling mengganggu. Gangguan ini oleh Shannon disebut noise yang berpotensi mengganggu pengiriman pesan. Noise di TV White Space adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena TV White Spaces sebenarnya meminjam spektrum televisi yang kebetulan sedang kosong. Jadi gangguan pada saluran televisi yang berdekatan sama sekali tidak diinginkan. Noise akan terjadi jika dua saluran berdekatan saling tumpang tindih. Untuk menghindari hal ini, pemancar TV White Spaces menggunakan teknologi Radio Kognitif yang mampu mengenali mana saluran yang sedang tidak terpakai pada saat itu dan memanfaatkannya untuk pengiriman data. Pengoperasian TV White Spaces dibuat sedemikian rupa sehingga peralatan pemancar TV White Spaces tidak akan menyebabkan gangguan pada saluran TV yang ada, meskipun menggunakan saluran yang berdekatan.

Teknologi ini juga mampu mengatur penggunaan saluran tersebut secara dinamis, dan bisa berubah sendiri tergantung pada ketersediaan saluran yang kosong. Penggunaan saluran secara dinamis juga akan meningkatkan efisiensi.

Ada beberapa teknologi radio kognitif yang telah dikembangkan saat ini[2] :

  1. Teknologi kombinasi lokasi geografis yang didapat melalui satelit Global Positioning System (GPS) digabung dengan suatu basis data yang berisi informasi mengenai seluruh saluran televisi yang ada di daerah tersebut.
  2. Teknologi penginderaan spektrum yang mampu mendeteksi mana saluran yang sedang dipakai dan mana saluran yang sedang tidak terpakai.

Regulasi

Dari sisi regulasi ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan untuk memastikan kesuksesan penerapan TV White Spaces :

  1. Perpindahan teknologi televisi analog ke televisi digital, menyebabkan meningkatnya efisiensi pemancar stasiun televisi, dan menyebabkan makin banyaknya frekuensi televisi yang tidak terpakai. Oleh karena itu sebaiknya frekuensi yang tidak terpakai ini bisa dimaksimalkan penggunaannya untuk keperluan lain, misalnya untuk keperluan komunikasi data melalui teknologi TV White Spaces
  2. Dengan semakin banyaknya perpindahan stasiun televisi analog ke digital, maka diperlukan adanya penataan ulang frekuensi, supaya mempermudah pengelompokan. Pengelompokan ini juga mempermudah pemanfaatan untuk TV White Spaces.
  3. Teknologi TV White Spaces sebenarnya meminjam frekuensi yang tadinya diperuntukkan untuk siaran televisi. Regulasi harus mengatur bahwa penggunaan TV White Spaces ini tidak boleh mengganggu siaran televisi yang sudah ada.
  4. Penggunaan frekuensi televisi untuk hal selain TV White Spaces harus dibatasi daya pancarnya supaya tidak mengganggu TV White Spaces ataupun pemancar televisi berlisensi.

Standar

Sebagai salah satu teknologi komunikasi, untuk memastikan interoperabilitas maka TV White Spaces harus menggunakan suatu standar. Saat ini berbagai standar perangkat dan basis data sedang dikembangkan. Standar yang paling utama adalah standardisasi Wi-Fi untuk dipergunakan di dalam spektrum televisi.

  1. IEEE 802.11af yang mengatur mengenai chip multi-mode yang mampu memanfaatkan frekuensi televisi UHF, Wi-Fi 2.4 GHz, dan Wi-Fi 5 GHz.
  2. IEEE 802.22 Wireless Regional Area Network (WRAN). Standar ini dikembangkan dari IEEE 802.16e yang dikembangkan untuk mendukung pengoperasian TV White Spaces. Standar IEEE 802.22 ini mendukung jarak yang lebih jauh, radio kognitif, dan koeksistensi dengan berbagai sel WRAN yang lain.

Tantangan penerapan teknologi TV White Spaces

Karena TV White Spaces bekerja di dalam frekuensi yang awalnya untuk lisensi pemancara televisi, maka tantangan utama penerapan teknologi ini adalah membuat perubahan peraturan pemerintah untuk mengubah penggunaan spektrum yang tadinya ekslusif menjadi non-ekslusif. Untuk kasus TV White Spaces, seharusnya perubahan peraturan ini relatif mudah karena sekarang ini mulai banyak spektrum televisi yang kosong ditinggalkan oleh pemancarnya yang sudah menggunakan teknologi digital. Namun demikian, sampai saat ini hanya negara Amerika dan Finlandia yang sudah memiliki peraturan ini.[3]

Percobaan TV White Spaces untuk Internet Kecepatan Tinggi

Koalisi TV White Spaces dibentuk pada tahun 2007 untuk memanfaatkan frekuensi TV yang tidak terpakai ini. Koalisi ini terdiri dari beberapa perusahaan seperti Google, Microsoft, Dell, HP, Intel, Philips, EarthLink and Samsung Electro-Mechanics, dan tujuan utama dari dibentuknya koalisi ini adalah membuat frekuensi TV tadi bisa digunakan untuk sambungan internet kecepatan tinggi.

Jarak

Sesuai dengan sifat perambatan gelombang elektromagnetik, maka gelombang dengan frekuensi yang makin rendah makin lebih mudah menembus rintangan. Frekuensi TV White Spaces yang lebih rendah daripada 1 Ghz ini sangat mudah untuk menembus gedung-gedung, tembok-tembok, dan pepohonan jauh lebih baik daripada sinyal telepon seluler atau Wi-Fi (yang menggunakan frekuensi 2.4 GHz). Sehingga TV White Spaces sangat cocok untuk dipergunakan di pelosok daerah dan juga di dalam kota. Penggunaan yang ideal untuk TV White Spaces ini misalnya untuk sistem darurat, sistem transportasi intelijen, dan Internet.

TV White Spaces mampu menembus jarak lebih dari 10 km tanpa penguatan sama sekali. Ini artinya jumlah tiang pemancar dan penguat lebih sedikit dibandingkan dengan teknologi pengiriman data lain untuk mencakup suatu daerah yang sama luasnya.[4]

TV White Spaces di Afrika

Salah satu negara yang pertama kali melakukan percobaan untuk TV White Spaces ini adalah Afrika Selatan[5], dan percobaannya sangat berhasil untuk menghubungkan seluruh penduduk di Cape Town, salah satu kota yang paling padat penggunaan frekuensi televisinya.

Penerapan TV White Spaces di Afrika Selatan ini tercatat membawa beberapa dampak positif :

  1. Sebelum diterapkannya TV White Spaces di Cape Town, kebanyakan sekolah dengan 800 sampai 1300 pelajar hanya bisa menggunakan sebuah jalur internet berkecepatan 2 Mbps yang dipakai bersamaan. Jalur internet ini pelan sekali sehingga hanya bisa digunakan untuk mengirimkan email. Setelah TV White Spaces ini diterapkan, layanan video youtube dan video conferencing seperti Skype bisa dijalankan secara langsung dengan bandwidth yang tersedia
  2. Biaya pemasangan TV White Spaces ini hanya sepersepuluh dari biaya yang dikeluarkan seandainya menggunakan jaringan seluler 3G

Namun ternyata penerapan TV White Spaces ini juga membawa efek negatif yaitu murid-murid sekolah mulai menyalahgunakan bandwidth yang ada untuk saling berbagi file (biasanya ilegal) melalui aplikasi peer-to-peer. Sehingga dalam waktu 3 bulan sekolah sudah harus memasang pembatasan untuk mematikan aplikasi tersebut selama jam sekolah.

TV White Spaces di Negara Lain

Percobaan TV White Spaces yang dianggap sangat sukses di Cape Town, Afrika Selatan, kemudian ditiru juga oleh beberapa negara lain di Afrika seperti Kenya, dan Tanzania. Dan kemudian mulai diikuti juga oleh berbagai negara lain, seperti di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.

TV White Spaces di Singapura

Percobaan TV White Spaces di Singapura cukup menarik bagi kita, karena Singapura adalah negara tetangga kita yang sangat modern. Percobaan ini mulai dilakukan dengan berdirinya Singapore White Spaces Pilot Group (SWSPG) [6] pada bulan April 2012 dengan dukungan dari Infocomm Development Authority (IDA). Tujuan IDA adalah mengujicoba teknologi TV White Spaces di Singapura untuk mempercepat adopsi TV White Spaces di seluruh dunia. Percobaan di Singapura menitikberatkan pada penerapan TV White Spaces di perbukitan, di mana teknologi nirkabel yang biasa (seperti Wi-Fi atau 3G) akan mengalami banyak kendala.

TV White Spaces di Filipina

Selain Singapura, Filipina juga melakukan percobaan TV White Spaces pada bulan Juli 2013[6]. Di Filipina TV White Spaces dicoba diterapkan untuk memberi konektivitas pada layanan perikanan.

TV White Spaces di Indonesia

Pemerintah Indonesia juga mulai tertarik untuk mengadakan percobaan TV White Spaces pada tahun 2014. Didukung oleh Microsoft dan USAID, pemerintah Indonesia akan mengadakan percobaan penerapan TV White Spaces di beberapa daerah percontohan di luar Jawa.

Beberapa manfaat langsung dari TV White Spaces untuk Indonesia adalah :

  1. Memberikan akses murah (atau bahkan gratis) Internet bagi setiap orang di pelosok daerah melalui pemanfaatan frekuensi tidak terpakai dari televisi.
  2. Memberikan fasilitas akses ke jaringan bawah laut serat optik Palapa Ring kepada masyarakat luas.
  3. Memberi akses internet yang lebih cepat kepada pusat-pusat layanan internet pedesaan yang saat ini terhubung melalui jaringan satelit yang lambat.

Dengan adanya sambungan internet yang menyeluruh, maka kita akan dapatkan banyak manfaat strategis misalnya :

  1. Transformasi Pendidikan - Dengan adanya konektivitas Internet yang cepat, maka kita bisa melaksanakan pembelajaran abad ke 21 berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang mengandalkan jaringan Internet.
  2. Mendorong Dunia Usaha - Dengan adanya konektivitas Internet yang cepat dan murah, maka seluruh lapisan masyarakat akan mampu memiliki akses terhadap berbagai layanan Komputasi Awan untuk mendorong berbagai aktivitas usaha yang difasilitasi oleh Internet.
  3. Layanan Pemerintah yang Lebih Baik untuk Masyarakat - Dengan adanya konektivitas Internet, masyarakat bisa dengan mudah terhubung ke berbagai layanan Pemerintah, misalnya layanan membayar pajak, mendaftar usaha, dan lain-lain. Semua cukup dilakukan melalui layar komputer.
  4. Mendorong Kinerja Pemerintahan - Dengan adanya konektivitas internet yang baik sampai ke pelosok daerah, maka tidak ada lagi alasan Pemerintah untuk bekerja secara manual (tidak terotomasi) dan lambat. Karena tuntutan masyarakat yang akan serba online, maka Pemerintah juga akan didorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan bekerja secara paperless.

Referensi

  1. ^ White Spaces Overview, Spectrum Bridge
  2. ^ TV White Space Spectrum Technologies: Regulations, Standards, and Applications edited by Rashid Abdelhaleem Saeed, Stephen J. Shellhammer
  3. ^ What regulation is currently in place in the U.S. and elsewhere?
  4. ^ Microsoft beams Internet into Africa -- using TV 'white spaces', CNN
  5. ^ Connecting Cape Town: Inside South Africa's TV white spaces experiment, engadget.com.
  6. ^ a b TVWS Pilots and Demonstrations, Microsoft Research.