Naga
Naga, dalam kebanyakan kebudayaan, adalah monster yang luar biasa dan terbentuk dari percampuran banyak mahkluk yang berbeda. Legenda Cina tentang kelahiran naga sama seperti suku-suku dengan totem binatang yang berbeda-beda yang kemudian saling menyatu. Hasilnya adalah mahkluk campuran yang berbentuk rusa,bertubuh ular,dan bersayap burung. Akhirnya mereka menemukan mahkluk yang sama sekali berbeda dengan binatang yang ada di dunia. Dalam bahasa Cina,kata dragon juga dipakai untuk menggambarkan angin topan. Naga menjadi sosok kekuatan alam yang sama dengan thunder lizard.legenda itu diilhami oleh penemuan tulang dinosaurus.mereka tidak tahu bahwa dinosaurus ini telah punah jutaan tahun yang lalu. Ini merupakan salah satu contoh mengenai pikiran manusia yang menyempurnakan monster dalam khayalan.
Naga di Asia Timur umumnya adalah mahkluk yang baik hati. Selama mahkluk itu dihormati, naga itu akan senantiasa berbuat baik. Berdasarkan beberapa kisah,orang yang suci tidak dapat mati atau menjadi roh halus. Setelah berabad-abad kemudian,rohnya menjadi naga kecil dan masuk ke dasar bumi untuk tidur. Ketika akhirnya bangun sebagai naga,ia mengoyakkan dirinya supaya terbebas dan terbang menuju surga.
Naga di Kalimantan
Naga dalam budaya Kalimantan pada suku Dayak maupun suku Banjar merupakan simbol alam bawah. Naga digambarkan hidup di dalam air atau di dalam tanah disebut Naga Lipat Bumi. Naga atau ular naga merupakan perwujudan dari "tambun" yaitu makhluk yang hidup dalam air. Menurut budaya Kalimantan, alam semesta merupakan perwujudan "Dwitunggal Semesta" yaitu alam atas yang dikuasai "Mahatala"/"Pohotara" disimbolkan "burung enggang (burung) dan alam bawah yang dikuasai "Jata" disimbolkan naga (reptil). Alam atas bersifat panas (maskulin) sedangkan alam bawah bersifat dingin (feminim). Manusia hidup diantara keduanya. Dalam budaya Banjar, alam bawah merupakan milik "Puteri Junjung Buih" sedangkan alam atas milik "Pangeran Suryanata". Dalam arsitektur rumah Banjar, makhluk naga dan burung enggang diwujudkan dalam bentuk ukiran, tetapi sebagai budaya yang tumbuh di bawah pengaruh agama Islam yang tidak memperkenankan membuat ukiran makhluk bernyawa, maka bentuk-bentuk makhluk bernyawa tersebut disamarkan atau didistilir dalam bentuk ukiran tumbuhan.