Limun sarsaparilla

merek minuman karbonasi
Revisi sejak 3 November 2013 15.30 oleh Hariadhi (bicara | kontrib)

Minuman Sarsaparilla atau di kalangan masyarakat tertentu di Daerah Istimewa Yogyakarta disebut Saparella adalah minuman yag di hasilkan dari tanaman Sarsaparilla yang menurut cerita dari masyarakat Yogyakarta khususnya Sleman, adalah minuman para raja raja pada massanya. Minuman ini merupakan soda hasil dari framentasi air tanaman sarsaparilla yang pertama di Pulau Jawa. Karena langkanya tanaman ini sehingga membuat minuman ini sulit ditemukan. Dan yang membuat istimewa dari minuman ini adalah karena rasanya yang unik dari soda pada umumnya.

Minuman Sarsaparilla atau di kalangan masyarakat tertentu di Daerah Istimewa Yogyakarta disebut Saparella adalah minuman yang di hasilkan dari tanaman Sarsaparilla yang menurut cerita dari masyarakat Yogyakarta khususnya Sleman, adalah minuman para raja raja pada massanya. Minuman ini merupakan soda hasil dari framentasi air tanaman sarsaparilla yang pertama di Pulau Jawa. Karena langkanya tanaman ini sehingga membuat minuman ini sulit ditemukan. Dan yang membuat istimewa dari minuman ini adalah karena rasanya yang unik dari soda pada umumnya.

adalah minuman soda pertama di Indonesia.[1] Limun merupakan salah satu minuman tempo dulu yang cukup populer dengan kandungan soda yang medium di era tahun 1960-an, namun seiring perkembangan zaman, minuman lokal Indonesia ini mulai ditinggalkan dan sulit dijumpai lagi, lebih-lebih di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Salah satu varian rasa yang cukup populer adalah rasa sarsaparilla (banyak yang menyebutnya sarsi atau saparella).

Seperti halnya soft drink yang banyak dijumpai di toko dan modern market, limun sarsaparilla sendiri dibuat dari air berkarbonasi yang menggunakan cita rasa khas batang tanaman sarsaparilla (zarzaparrilla /''Smilax regelii'') sebagai varian rasanya.

Sekalipun sulit dijumpai, tetapi minuman ini masih memiliki kelompok penggemar setia yang dengan rajin masih berburu minuman saparella yang mulai dikenalkan kembali secara aktif di beberapa kota besar di Pulau Jawa.

Refrensi