Kehendak Tuhan
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Ibensis (Kontrib • Log) 4029 hari 310 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Kehendak Tuhan atau Kehendak Allah, Kehendak ketuhanan juga Rencana Tuhan adalah suatu konsep tentang rencana oleh Tuhan yang terjadi terhadap seluruh makhluk ciptaan-Nya, seperti manusia, malaikat, jin, hewan maupun benda seluruhnya.
Kehendak Tuhan menurut Islam
Kehendak Allah atau Iradah Allah adalah salah satu sifat dari sifat-sifat Allah di dalam akidah Islam dan termasuk Rububiyah-Nya (Lordship). Allah berkehendak akan terjadinya (atau tidak terjadinya) sesuatu terhadap makhluknya. Memahami kehendak Allah ini merupakan bagian dari beriman kepada takdir Allah, Qadha dan Qadar-Nya. Umat Islam meyakini bahwa segala yang terjadi di alam ini adalah dalam kehendak dan dengan sepengetahuan Allah,[1] dan tidak ada satupun peristiwa yang terjadi di luar kehendak Allah dan Allah tidak mengetahuinya. Allah melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya.[2] Dia tidaklah mewujudkan sesuatu kecuali sebelumnya telah menghendaki-Nya. Apapun yang dikehendaki-Nya dan dilakukan-Nya adalah selalu bersifat baik dan terpuji, sedangkan perbuatan ciptaannya kadang perbuatan terpuji dan kadang tercela.[3]
Barang siapa meyakini bahwa manusia melakukan dan menciptakan perbuatannya sendiri tanpa adanya kehendak takdir Allah, atau bahwa Allah hanya menciptakan kebaikan namun tidak menakdirkan kejahatan, maka orang tersebut sama saja mengatakan adanya pencipta lain selain Allah, yaitu pencipta kejahatan.[4]
Jenis kehendak Allah
Kehendak Allah di dalam Islam terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Iradah Kauniyah Qadari (Masyiah; Kehendak yang pasti terjadi)
Iradah Kauniyah Qadari, kehendak Kauni atau Masyiah adalah kehendak Allah terhadap perbuatan-Nya, baik yang dikehendaki-Nya dan dilakukan-Nya tersebut disukai-Nya ataupun dibenci-Nya. Iradah Kauniyah adalah kehendak Allah yang pasti terjadi pada seluruh makhluknya secara mutlak[5][6], tidak ada pilihan lain bagi makhluknya kecuali takdir ini harus terjadi.[7] Iradah Kauni terjadi pada seluruh makhluknya, baik kepada hamba-Nya yang dicintai-Nya maupun yang dibenci-Nya, makhluk yang beriman maupun yang ingkar (kafir).[8] Allah berkehendak untuk memberi petunjuk dan juga menyesatkan hamba yang dikehendakinya.[9] Allah menakdirkan kebaikan dan kecelakaan bagi makhluknya. Allah menghendaki adanya hamba yang kaya atau miskin, sehat atau sakit, cantik atau cacat, raja atau rakyat, beriman atau kafir.[10] Semua terjadi karena hikmah-Nya[11] dan agar terjadi interaksi kehidupan di muka bumi. Segala yang telah terjadi dalam sejarah dunia kita adalah kehendak Kauni Allah yang telah dan pasti terjadi, dan tidak akan ada dunia aternatif (Alternate world/realitas alternatif).[12]
Sebagian contoh Iradah Kauniyah:
- Secara Kauni, Allah menghendaki (menakdirkan) Abu Bakar beriman kepada ajaran Nabi Muhammad ﷺ, dan Allah menyukai keimanan Abu bakar tersebut.
- Allah menakdirkan Iblis membangkang perintah-Nya untuk sujud terhadap Adam, dan Allah membenci tindakan Iblis tersebut.
- Allah menakdirkan kebanyakan manusia membangkang perintah-Nya dan Dia membenci pembangkangan tersebut.
- Allah menakdirkan kelahiran dan tidak ada yang mampu menolak untuk dilahirkan, dan menakdirkan kematian tidak ada yang mampu menghindari kematian.
- Allah secara kauni menakdirkan seluruhnya, seluruh tindakan manusia, penyakit, bencana alam, penciptaan Malaikat dan Iblis, adanya kebaikan dan kejahatan.
Iradah Syari`yah Diniyah (Kehendak yang tidak mesti terjadi)
Iradah Syar'iyah Diniyah atau Kehendak Syar`i adalah kehendak Allah dalam perintah agama-Nya, Iradah Syar`iyah adalah kehendak Allah yang tidak mengharuskan terjadinya apa yang diinginkan-Nya dan dicintai-Nya, hal ini dikarenakan Allah memberikan pilihan (free will) bagi manusia untuk taat atau untuk menolak.[13][14] Allah menyukai kehendaknya ini untuk dilaksanakan makhluknya dan membenci apabila kehendaknya ini dilanggar. Barangsiapa yang menuruti kehendak syar'i ini diberi pahala dan dijanjikan Surga sedangkan yang menolak berdosa dan terancam Neraka. Iradah Syar'i hanya terjadi kepada hambanya yang dicintai-Nya yaitu hambanya yang beriman. Allah senang bila mereka mendapat petunjuk dan bersyukur, dan tidak ridha apabila mereka kafir.[15]
Sebagian contoh Iradah Syar'iyah:
- Allah secara syar`i menghendaki dan menyukai seluruh manusia untuk beribadah kepada-Nya, namun secara kehendak kauni Allah menakdirkan ada sebagian manusia yang beriman dan sebagian manusia yang ingkar, Ada manusia yang melaksanakan salat dan ada yang meninggalkan salat.
- Allah secara syar'i menghendaki manusia untuk berbuat jujur, maka ada sebagian manusia yang berbuat jujur dan Allah menyenanginya.
Penerapan kedua jenis kehendak Allah
Kehendak Allah bisa terjadi dan terpenuhi dalam kedua sisinya (secara Kauni dan Syar'i). Dan kadangkala hanya terjadi secara Kauni tapi tidak secara syar'i, yang mana tidak terjadinya kehendak syar'i tersebut adalah atas karena kehendak Kauni Allah.[16][17] Penerapan yang terjadi di alam ini misalnya:
- Berkumpulnya (terpenuhi keduanya) Iradah Kauni dan Iradah Syar'i
- Secara Kauni, Allah menghendaki berimannya para penyihir Fir'aun karena hal itu telah dan memang terjadi, secara syar'i Allah memerintahkan seluruh manusia untuk beriman melalui dakwah Nabi-nabinya, dalam hal ini Nabi Musa dan Harun.
- Terjadinya kehendak Kauni namun tidak terpenuhinya kehendak Syar'i, diantaranya:
- Allah secara syar'iyah menghendaki berimannya seluruh manusia termasuk Fir'aun, oleh sebab itu Allah mengutus Nabi Musa dan Harun kepada Firaun, namun secara kauniyah Allah tidak menghendaki Firaun untuk beriman maka Firaun ditakdirkan menolak dakwah Nabi Musa dan harun.
- Orang yang mati karena bunuh diri adalah ketetapan (takdir) dan kehendak Allah secara Kauni yang pasti terjadi. Namun secara syar'i Allah telah melarang manusia untuk melakukan bunuh diri dan mengancam pelakunya dengan Neraka, dan Allah juga memberikan manusia tersebut pilihan dan kemampuan untuk melakukan atau membatalkan perbuatannya.
Perkataan ulama
Ibnu Qudamah berkata, “Para Imam pendahulu dari kalangan umat Islam telah ijma’ (sepakat) bahwa wajib beriman kepada qadha’ dan qadar Allah yang baik maupun yang buruk, yang manis maupun yang pahit, yang sedikit maupun yang banyak. Tidak ada sesuatu pun terjadi kecuali atas kehendak Allah dan tidak terwujud segala kebaikan dan keburukan kecuali atas kehendak-Nya. Dia menciptakan siapa saja dalam keadaan sejahtera dan ini merupakan anugerah yang Allah berikan kepadanya dan menjadikan siapa saja yang Dia kehendaki dalam keadaan sengsara. Ini merupakan keadilan dari-Nya serta hak absolut-Nya dan ini merupakan ilmu yang disembunyikan-Nya dari seluruh makhluk-Nya.”[18]
Lihat pula
- Lauhul Mahfuzh, kitab catatan takdir yang isinya tidak pernah berubah semenjak awal ditulisnya.
- Masalah kejahatan
Rujukan
- ^ "...dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." http://quran.com/25/2
- ^ Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai." http://quran.com/21/23
- ^ "Hai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya itu adalah perbuatan-perbuatan kalian yang Kuperhitungkan dan Kupercayakan kepada kalian. Karena itu, barangsiapa yang mendapatinya baik, maka pujilah Allah; dan barangsiapa mendapatinya selain itu (tidak baik), maka janganlah mencela kecuali (mencela) dirinya sendiri," (HR. Muslim 2577, At-Tirmizi 2495, Ibnu Majah 4257, dan Musnad Ahmad 20860).
- ^ "Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". http://quran.com/37/96
- ^ "Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi." (HR. Baihaqi Ahmad, dan Thabrani, dari Zaid bin Tsabit)
- ^ "Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. " http://quran.com/76/30
- ^ "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia." http://quran.com/36/82
- ^ "Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" http://quran.com/10/99
- ^ "...Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya. " http://quran.com/39/36-37
- ^ "Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan." http://quran.com/5/48
- ^ Hikmah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan hikmah merupakan lawan kata dari dzalim (lalim).
- ^ Diantara faedahnya, Mesin waktu adalah hal yang tidak mungkin terjadi atau diijinkan terjadi menurut agama, karena masa lalu tidak boleh/dapat dirubah, karena setiap orang akan bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dilakukannya, dan terbukti selain karena paradoks waktu, hingga hari inipun tidak ada satupun orang dari masa depan yang hadir di masa kita. Sehingga selamanya Fir'aun akan tetap kafir terhadap ajaran Musa dan tidak akan berubah
- ^ Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah..." http://quran.com/7/176
- ^ "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar." http://quran.com/90/10-11
- ^ "Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; ..." http://quran.com/39/7
- ^ "Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu". http://quran.com/9/46
- ^ "Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit,..." http://quran.com/6/125
- ^ Al-Iqtishaad fil I’tiqaad, hal. 15
Pranala luar
- Daftar pustaka
- Al-Washifi, Abu Abdurrahman Ali bi As-Sayyid (2005). Qadha dan Qadar. Jakarta Selatan: Pustaka Azzam. ISBN 9793002581.
- Situs web