Pertempuran Shiffin

artikel daftar Wikimedia

Perang Shiffin (Arab وقعة صفين ) (Mei-Juli 657 Masehi) terjadi semasa zaman fitnah besar atau perang saudara pertama orang Islam dengan pertempuran utama terjadi dari tanggal 26-28 Juli. Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini terletak di Syria (Syam) pada 1 Shafar tahun 37 Hijriah.

Perang Shiffin
Bagian dari Perang saudara Islam pertama
Tanggal26 Juli sampai 28 Juli 657
LokasiSyria
Hasil Perang Saudara utama umat Islam kedua-Tiada pemenang
Pihak terlibat
Muawiyah I Ali bin Abi Talib
Tokoh dan pemimpin
Amru bin Ash Malik al-Ashtar
Kekuatan
120,000 (ang) 90,000 (ang)
Korban
45,000 (ang) [butuh rujukan] 25,000 (ang) [butuh rujukan]

Latar belakang

Setelah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Talib diangkat sebagai khalifah , tetapi penerimaan dari seluruh kekhalifahan islam sangatlah sulit didapat. Muawiyah, Gubernur dari Suriah yang merupakan kerabat dari khalifah yang terbunuh , sangat menginginkan pembunuh dari sang kalifah diadili dimuka hukum. Muawwiyah berpendapat Ali bin Abi Talib tidak berniat untuk melakukan hal ini , sehingga Muawwiyah memberontak terhadap Ali bin Abi Talib dan membuat Ali bin Abi Talib berniat memadamkan pemberontakan Muawwiyah. Hasil dari keadaan ini adalah pertempuran di Siffin antara kedua belah pihak.

Jalannya perang

Peperangan ini berlangsung imbang sehingga kemudian kedua belah pihak setuju untuk berunding dengan ditengahi seorang juru runding. Pertempuran dan perundingan membuat posisi Ali bin Abi Talib melemah tetapi tidak membuat ketegangan yang melanda kekhalifahan mereda. Oleh penganut aliran Syiah , Ali bin Abi Talib dianggap sebagai Imam pertama. Oleh penganut aliran Suni , Ali bin Abi Talib adalah khulafaur rasyidin yang ke empat dan Muawiyah adalah khalifah pertama dari Dinasti Ummayyah. Kejadian kejadian disekitar pertempuran Shiffin sangatlah kontroversial untuk Suni dan Syiah dan menjadi salah satu penyebab perpecahan di antara keduanya.

Awalnya, Imam Ali berusaha melakukan perundingan demi mencegah pertumpahan darah di antara sesama muslim. Namun, Muawiyah tetap membangkang dan pecahlah perang di sebuah daerah bernama Shiffin di tepi sungai Furat, Irak. Ketika pasukan Imam Ali hampir mencapai kemenangan, penasehat Muawiyah bernama Amru bin Ash memerintahkan pasukannya agar menancapkan Al-Quran di tombak mereka dan menyerukan gencatan senjata atas nama Al-Quran. Imam Ali yang memahami tipuan ini memerintahkan pasukannya agar terus bertempur, namun sebagian kelompok menolak. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai kelompok Khawarij. Atas desakan kelompok Khawarij pula, perang dihentikan dan diadakan perundingan antara kedua pihak. Dalam perundingan ini, delegasi Muawiyah melakukan tipuan. Akibatnya, kekhalifahan kaum muslimin direbut dari tangan Imam Ali dan jatuh ke tangan Muawiyah. [butuh rujukan]

Perang ini terjadi setelah Muhammad meninggal dan Ali bin Abi Thalib menjabat kekhalifahan dan memaksa Abu Sufyan untuk mengakui kekhalifahannya, dan perang ini terjadi di bukit Shiffin. Ali bin Abi Thalib berhadapan dengan Amru bin Ash dan Ali berhasil menjatuhkan dan melemparkan pedang Amru bin Ash, namun Amru yang menyadari kekalahan dan kematiannya, Amru dengan nekad membuka celananya, sehingga Ali yang akan menghujamkan pedang kearah Amar dan melihat perbuatan Amru, Ali bin Abi Thalib segera memalingkan wajahnya dan meninggalkan Amru yang telanjang. Sehingga Amru dengan perbuatan memalukannya itu selamat dari tebasan pedang Ali dan Zulfiqar dan juga selamat dari kematian.[butuh rujukan]

Di sini ummat Islam diuji kesetiaannya melalui ketaatan kepada Imam 'Ali, hanya orang-orang yang berimanlah yang setia kepada Imam sampai akhir hayat. kesetiaan pada Imamlah yang terus menjadi dasar dalam ilmu Beladiri Siwar hingga saat ini.

Referensi