Jagal (bahasa Inggris: The Act of Killing) adalah film dokumenter karya sutradara Amerika Serikat Joshua Oppenheimer.[4] Dokumenter ini menyorot bagaimana pelaku pembunuhan anti-PKI yang terjadi di tahun 1965-1966 memproyeksikan dirinya ke dalam sejarah untuk menjustifikasi kekejamannya sebagai perbuatan heroik.

The Act of Killing
Poster bioskop
SutradaraJoshua Oppenheimer
ProduserSigne Byrge Sørensen
Executive:
Werner Herzog
Errol Morris
Andre Singer
Joram Ten Brink
Penata musikElin Øyen Vister
SinematograferCarlos Arango de Montis
Lars Skree
PenyuntingNiels Pagh Andersen
Janus Billeskov Jansen
Mariko Montpetit
Charlotte Munch Bengtsen
Ariadna Fatjó-Vilas Mestre
Perusahaan
produksi
Final Cut for Real
DK
DistributorDet Danske Filminstitut (Denmark)
Dogwoof Pictures (Britania)
Drafthouse Films (AS)
Tanggal rilis
  • 31 Agustus 2012 (2012-08-31) (Telluride Film Festival)
  • 08 September 2012 (2012-09-08) (Toronto International Film Festival)
  • 01 November 2012 (2012-11-01) (Indonesia)
  • 08 November 2012 (2012-11-08) (Denmark)
  • 28 Juni 2013 (2013-06-28) (Britania Raya)
Durasi122 menit[1]
159 menit (adegan sutradara
NegaraNorwegia
Denmark
Britania Raya
BahasaIndonesia
Anggaran$1 juta[2]
Pendapatan
kotor
$267.990[3]

Film ini adalah hasil kerja sama Denmark-Britania Raya-Norwegia yang dipersembahkan oleh Final Cut for Real di Denmark, diproduseri Signe Byrge Sørensen, diko-sutradarai Anonim dan Christine Cynn, dan diproduseri eksekutif oleh Werner Herzog, Errol Morris, Joram ten Brink, dan Andre Singer. Ini adalah proyek Docwest dari Universitas Westminster.

Latar belakang

Setelah PKI dituduh oleh TNI sebagai pelaku G30S di tahun 1965, Anwar dan kawan-kawan "naik pangkat" dari preman kelas teri pencatut karcis bioskop menjadi pemimpin pasukan pembunuh. Mereka membantu tentara membunuh lebih dari satu juta orang yang dituduh komunis, etnis Tionghoa, dan intelektual, dalam waktu kurang dari satu tahun. Sebagai seorang algojo dalam pasukan pembunuh yang paling terkenal kekejamannya di Medan, Anwar telah membunuh ratusan orang dengan tangannya sendiri.[5]

Hari ini, Anwar dihormati sebagai pendiri organisasi paramiliter sayap kanan Pemuda Pancasila (PP) yang berawal dari pasukan pembunuh itu. Organisasi ini begitu kuat pengaruhnya sehingga pemimpinnya bisa menjadi menteri, dan dengan santai menyombongkan segala macam hal, dari korupsi dan mengakali pemilu sampai melaksanakan genosida.[6]

Dalam Jagal, para pembunuh bercerita tentang pembunuhan yang mereka lakukan, dan cara yang mereka gunakan untuk membunuh. Tidak seperti para pelaku genosida Nazi atau Rwanda yang menua, Anwar dan kawan-kawannya tidak pernah sekalipun dipaksa oleh sejarah untuk mengakui bahwa mereka ikut serta dalam kejahatan terhadap kemanusiaan. Mereka justru menuliskan sendiri sejarahnya yang penuh kemenangan dan menjadi panutan bagi jutaan anggota PP. Jagal adalah sebuah perjalanan menembus ingatan dan imajinasi para pelaku pembunuhan dan menyampaikan pengamatan mendalam dari dalam pikiran para pembunuh massal. Jagal adalah sebuah mimpi buruk kebudayaan banal yang tumbuh di sekitar impunitas ketika seorang pembunuh dapat berkelakar tentang kejahatan terhadap kemanusiaan di acara bincang-bincang televisi, dan merayakan bencana moral dengan kesantaian dan keanggunan tap-dance.

Pada masa mudanya, Anwar dan kawan-kawan menghabiskan hari-harinya di bioskop karena mereka adalah preman bioskop: mereka menguasai pasar gelap karcis, dan pada saat yang sama menggunakan bioskop sebagai markas operasi untuk kejahatan yang lebih serius. Di tahun 1965, tentara merekrut mereka untuk membentuk pasukan pembunuh dengan pertimbangan bahwa mereka telah terbukti memiliki kemampuan melakukan kekerasan, dan mereka membenci komunis yang berusaha memboikot pemutaran film Amerika—film-film yang paling populer (dan menguntungkan). Anwar dan kawan-kawan adalah pengagum berat James Dean, John Wayne, dan Victor Mature. Mereka secara terang-terangan mengikuti gaya berpakaian dan cara membunuh dari idola mereka dalam film-film Holywood. Keluar dari pertunjukan midnight, mereka merasa “seperti gangster yang keluar dari layar.” Masih terpengaruh suasana, mereka menyeberang jalan ke kantor dan membunuh tahanan yang menjadi jatah harian setiap malam. Meminjam teknik dari film mafia, Anwar lebih menyukai menjerat korban-korbannya dengan kawat.

Dalam Jagal, Anwar dan kawan-kawan bersepakat untuk menyampaikan cerita pembunuhan tersebut kepada sutradara. Tetapi idenya bukanlah direkam dalam film dan menyampaikan testimoni untuk sebuah film dokumenter: mereka ingin menjadi bintang dalam ragam film yang sangat mereka gemari di masa mereka masih menjadi pencatut karcis bioskop. Sutradara menangkap kesempatan ini untuk mengungkap bagaimana sebuah rezim yang didirikan di atas kejahatan terhadap kemanusiaan, yang belum pernah dinyatakan bertanggung jawab, memproyeksikan dirinya dalam sejarah.

Kemudian sutradara film menantang Anwar dan kawan-kawannya untuk mengembangkan adegan-adegan fiksi mengenai pengalaman mereka membunuh dengan mengadaptasi genre film favorit mereka—gangster, koboi, musikal. Mereka menulis naskahnya. Mereka memerankan diri sendiri. Juga memerankan korban mereka sendiri.

Proses pembuatan film fiksi menyediakan sebuah alur dramatis, dan set film menjadi ruang aman untuk menggugat mereka mengenai apa yang mereka lakukan di masa lalu. Beberapa teman Anwar menyadari bahwa pembunuhan itu salah. Yang lain khawatir akan konsekuensi kisah yang mereka sampaikan terhadap citra mereka di mata publik. Generasi muda PP berpendapat bahwa mereka selayaknya membualkan horor pembantaian tersebut karena kengerian dan daya ancamnya adalah basis bagi kekuasaan PP hari ini. Saat pendapat berselisih, suasana di set berkembang menjadi tegang. Bangunan genosida sebagai “perjuangan patriotik”, dengan Anwar dan kawan-kawan sebagai pahlawannya, mulai berguncang dan retak.

Yang paling dramatis, proses pembuatan film fiksi ini menjadi katalis bagi perjalanan emosi Anwar, dari jumawa menjadi sesal ketika ia menghadapi, untuk pertama kali dalam hidupnya, segenap konsekuensi dari semua yang pernah dilakukannya. Saat nurani Anwar yang rapuh mulai terdesak oleh hasrat untuk tetap menjadi pahlawan, Jagal menyajikan sebuah konflik yang mencekam antara bayangan tentang moral dengan bencana moral.[7]

Produksi

Film ini sebagian besar gambarnya diambil di sekitar Medan, Sumatera Utara, Indonesia antara 2005 sampai 2011. Pengambilan gambar dan wawancara selama tujuh tahun ini menghasilkan kurang lebih 1.000 jam rekaman. Diperlukan banyak editor dan waktu dua tahun di London dan Copenhagen untuk menyunting rekaman tersebut menjadi film ini. Penyuntingan suara dan koreksi warna dilakukan di Norwegia. Sutradara Errol Morris dan Werner Herzog menjadi produser eksekutif film ini setelah menonton sebagian footage dalam proses pengeditan.

Film ini di putar perdana secara internasional di Toronto International Film Festival pada bulan September 2012.

Di Indonesia film ini diputar perdana di Jakarta pada 1 November 2012. Film Jagal lewat pemutaran berbasis inisiatif masyarakat, sampai bulan Agustus 2013, telah diputar pada lebih dari 1.000 pemutaran di 118 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Sebagian besar pemutaran diselenggarakan secara tertutup hanya untuk undangan terbatas, dan hanya 25 pemutaran diselenggarakan secara terbuka. Diperkirakan antara 15.000 sampai 25.000 orang Indonesia telah menontonnya. Di Indonesia film ini tidak diperdagangkan sehingga setiap orang bisa mengadakan pemutaran tanpa harus membayar biaya lisensi, royalti, ataupun biaya pemutaran (screening fee).

Mulai 30 September 2013, film Jagal dapat diunduh gratis dari Indonesia lewat situs resminya.

Tanggapan

The Act of Killing disambut pujian di seluruh dunia. Situs agregator ulasan Rotten Tomatoes memberikan penilaian positif 97% dengan nilai rata-rata 8.8/10 berdasarkan 104 ulasan. Konsensusnya adalah, "Keras, mengerikan, dan sangat sulit untuk ditonton. The Act of Killing adalah bukti menakutkan dari kekuatan film dokumenter yang mendidik dan frontal."[8] Di Metacritic, film ini mendapatkan skor rata-rata 88 dari 100 berdasarkan 19 ulasan yang artinya "pujian universal".[9]

The Village Voice menyebut film ini "mahakarya".[10] Jurnalis pemenang Pulitzer Prize Chris Hedges menyebut film ini "eksplorasi penting terhadap psikologi para pembunuh massal yang cukup rumit" dan "gambaran pembunuh massal yang kejam tidak mengganggu kita. Justru sifat manusia itu sendiri yang mengganggu kita."[11]

Penghargaan

  • Berlinale Panorama Audience Award for Best Documentary 2013[12]
  • Berlinale Panorama Prize of the Ecumenical Jury 2013[13]
  • 2013 Danish Academy Award for Best Documentary (Robert Award)[14]
  • 2013 Special Prize of the Danish Film Critics Association – Bodil Awards (Sær Bodil)[15]
  • Grand Prize – CPH:DOX 2012[16]
  • Grand Prix (Documentaire) – Festival de Cinéma Valenciennes 2013[17]
  • Grand Prize of the Jury – Documenta Madrid 2013[18]
  • Audience Award for Best Film – Documenta Madrid 2013[19]
  • Grand Prix – Beldocs Belgrade International Documentary Film Festival 2013[20]
  • Audience Award for Best Feature Film – FICUNAM Mexico City 2013[21]
  • Best Film – Prague One World Festival 2013[22]
  • Movies That Matter Award – ZagrebDox 2013[23]
  • Critics Prize – Istanbul Independent Film Festival 2013[24]
  • Gilda Vieira de Mello Prize – Geneva International Human Rights Film Festival 2013[25]
  • Amnesty International Award – IndieLisboa 2013[26]
  • Audience Award – Planete+ Doc Film Festival Warsaw 2013[27]
  • Grand Prix Dolnego Śląska – Planete+ Doc Film Festival Warsaw 2013[28]
  • Grand Prize – DocsBarcelona Film Festival 2013[29]
  • Special Jury Award - Sheffield Doc/Fest 2013[30]
  • Audience Award - Sheffield Doc/Fest 2013[31]
  • Grand Prize - Biografilm Festival Italy 2013[32]
  • Golden Chair - Grimstad Short and Documentary Film Festival 2013[33]
  • Basil Wright Prize - Royal Anthropological Institute Film Festival 2013[34]
  • Aung San Suu Kyi Award - Human Rights Human Dignity International Film Festival 2013[35]
  • The Stanley Kubrick Award for Bold and Innovative Filmmaking - Traverse City Film Festival 2013[36]
  • Documentary Grand Prix - Batumi International Art Film Festival 2013[37]
  • Best Nordic Documentary Award - Nordisk Panorama 2013[38]
  • Press Jury Prize - Message to Man International Film Festival 2013[39]
  • The Mayor’s Prize - Yamagata International Documentary Film Festival 2013[40]
  • Troféu Janela de Melhor Filme - VI Janela Internacional de Cinema do Recife[41]
  • Checkpoints Prize - Bergen International Film Festival 2013[42]
  • Brtidoc Puma Impact Award 2013[43]

Catatan Kaki

  1. ^ "THE ACT OF KILLING (15)". Dogwoof Pictures. British Board of Film Classification. Diakses tanggal 18 August 2013. 
  2. ^ "The Act of Killing (2012) - Box office / business". Internet Movie Database. Amazon.com. Diakses tanggal 18 August 2013. 
  3. ^ "Act of Killing (2013)". Box Office Mojo. Amazon.com. Diakses tanggal 18 August 2013. 
  4. ^ Shoard, Catherine (14 September 2012). "The Act of Killing – review". The Guardian. 
  5. ^ Sukardi, Ito (16). "Sekelumit Catatan Sesudah Menonton Film "Jagal"". Tikus Merah. Diakses tanggal 26-5-2013. 
  6. ^ Ryter, Loren (1998). "Pemuda Pancasila: The Last Loyalist Free Men of Suharto's Order". Indonesia. New York: Cornell Southeast Asia Program. Diakses tanggal 26-5-2013. 
  7. ^ Sørensen, Signe. "Synopsis". The Act of Killing. Diakses tanggal 16-1-2013. 
  8. ^ "The Act Of Killing (2013)". Rotten Tomatoes. Diakses tanggal 29 September 2013. 
  9. ^ "The Act of Killing". Metacritic. Diakses tanggal July 29, 2013. 
  10. ^ http://www.villagevoice.com/2013-07-17/film/the-act-of-killing/
  11. ^ Chris Hedges (23 September 2013). The Act of Killing. Truthdig. Retrieved 23 September 2013.
  12. ^ the Panorama Audience Award. Berlinale 2013
  13. ^ the Ecumenical Jury award. Berlinale 2013
  14. ^ Robert Award for Best Documentary. Danish Academy Award 2013
  15. ^ Bodil Awards (Sær Bodil). Bodil Awards 2013
  16. ^ Grand Prize (DOX: AWARD). CPH DOX 2012
  17. ^ Grand Prix (Documentaire). Festival de Cinéma Valenciennes 2013
  18. ^ Grand Prize of the Jury. Documenta Madrid 2013
  19. ^ Audience Award for Best Film. Documenta Madrid 2013
  20. ^ Grand Prize. Beldocs Belgrade International Documentary Film Festival 2013
  21. ^ Audience Award for Best Feature Film. FICUNAM Mexico City 2013
  22. ^ The Best Film Award. Prague One World Festival 2013
  23. ^ Movies That Matter Award. ZagrebDox 2013
  24. ^ Turkish Film Critics Award “The Act of Killing”. Istanbul International Independent Film Festival 2013
  25. ^ Gilda Vieira de Mello Prize. Geneva International Human Rights Film Festival 2013
  26. ^ Amnesty International Award. IndieLisboa 2013
  27. ^ THE AUDIENCE AWARD. Planete+ Doc Film Festival Warsaw 2013
  28. ^ Lower Silesia Grand Prix – The Marshall of Lower Silesia Award. Planete+ Doc Film Festival Warsaw 2013
  29. ^ Grand Prize. DocsBarcelona Film Festival 2013
  30. ^ Special Jury Award. Sheffield Doc/Fest 2013
  31. ^ Audience Award. Sheffield Doc/Fest 2013
  32. ^ Grand Prize. Biografilm Festival Italy 2013
  33. ^ Golden Chair. Grimstad Short and Documentary Film Festival 2013
  34. ^ Basil Wright Prize. Royal Anthropological Institute Film Festival 2013
  35. ^ Aung San Suu Kyi Award. Human Rights Human Dignity International Film Festival 2013
  36. ^ The Stanley Kubrick Award. Traverse City Film Festival 2013
  37. ^ Documentary Grand Prix. Batumi International Art Film Festival 2013
  38. ^ Best Nordic Documentary Award. Nordisk Panorama 2013
  39. ^ The List of Prize Winners. XXIII Intertational Film Festival Message to Man
  40. ^ YIDFF 2013 Award Recipients. Yamagata International Documentary Film Festival 2013
  41. ^ Janela de Cinema Encerra Edição 2013 com Recorde de Público. Janela Internacional de Cinema do Recife 2013
  42. ^ Checkpointsprisen: THE ACT OF KILLING. Bergen International Film Festival 2013
  43. ^ Puma Impact Award Goes To...The Act of Killing. Brtidoc Puma Impact Award 2013

Pranala Luar