Petrikor

jenis aroma yang menjadi penanda hujan
Revisi sejak 15 November 2013 11.34 oleh Farras (bicara | kontrib) (petrichor = bau hujan :3)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Petrikor (/ˈpɛtr[invalid input: 'ɨ']kɔːr/) adalah bau hujan di tanah gersang atau bau debu setelah hujan. Kata ini adalah gabungan dari dua kata bahasa Yunani, petros yang berarti batu dan ichor, cairan yang mengalir di pembuluh para dewa dalam mitologi Yunani. Petrikor didefinisikan sebagai "bau mencolok yang mengiringi hujan pertama setelah kekeringan panjang".[1]

Istilah ini dicetuskan tahun 1964 oleh dua peneliti Australia, I. J. Bear dan R. G. Thomas, untuk artikel jurnal Nature.[2][3] Dalam artikelnya, mereka menjelaskan bahwa bau tersebut berasal dari minyak yang dikeluarkan oleh tumbuhan tertentu saat cuaca kering. Minyak tersebut diserap oleh tanah dan batuan yang terbentuk dari tanah liat. Ketika hujan turun, minyak tersebut dilepaskan ke udara bersama senyawa lain bernama geosmin, produk sampingan metabolisme aktinobakteri. Geosmin dikeluarkan oleh tanah basah dan menghasilkan bau yang unik. Ozon bisa juga tercium jika ada petir.[4] Di makalah selanjutnya, Bear dan Thomas (1965) menunjukkan bahwa minyak tersebut menangkal germinasi benih dan pertumbuhan dini tanaman.[5] Ini berarti tanaman terpaksa mengeluarkan minyak untuk melindungi benih tersebut dari germinasi.

Referensi

  1. ^ Wiktionary
  2. ^ Bear, I.J. (March 1964). "Nature of argillaceous odour". Nature. 201 (4923): 993–995. doi:10.1038/201993a0. 
  3. ^ Garg, Anu (2007), The Dord, the Diglot, and an Avocado Or Two: The Hidden Lives and Strange Origins of Words, Penguin, hlm. 399, ISBN 9780452288614 .
  4. ^ Daisy Yuhas (July 18, 2012). "Storm Scents: It's True, You Can Smell Oncoming Summer Rain: Researchers have teased out the aromas associated with a rainstorm and deciphered the olfactory messages they convey". Scientific American. Diakses tanggal July 20, 2012. 
  5. ^ Bear, I.J. (September 1965). "Petrichor and plant growth". Nature. 207 (5005): 1415–1416. doi:10.1038/2071415a0. 

Pranala luar