Pertapaan Sonder

Revisi sejak 23 November 2013 08.38 oleh Mario Rio (bicara | kontrib)

‘’’Pertapaan Sonder’’’ terdapat di Dukuh Sonder[1], Berlokasi Desa Tulakan, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara.

Etimologi

Dinamakan tempat Pertapaan Sonder, Karena tempat tersebut terdapat di Dukuh Sonder dan tempat tersebut merupakan tempat dimana Ratu Kalinyamat melakukan pertapaan yang dinamakan Topo Udo.

Sejarah

Pada akhir ± abad ke-14 Nyai Langgeng atau sering dikenal dengan Ratu Kalinyamat yang mempunyai kerajaaan kecil di Kalinyamatan dan Mantingan, dekat Jepara berkuasa. Pada tahun 1549 suaminya yang bernama Sultan Hadlirin dibunuh oleh Arya Penangsang. Untuk membalas dendam, Ratu Kalinyamat topo broto menuntut keadilan. Berkelana (lelono) ke mana- mana, dari beberapa tempat yang sudah disinggahi atau yang cocok yaitu di Dukuh Sonder Desa Tulakan, Keling, Kabupaten Jepara. Di tempat itu beliau topo bronto, topo wudo, yaitu meninggalkan pakaian kraton (sebagai orang biasa) sampai dia berhasil hingga bertahun- tahun. Ratu Kalinyamat yang dilukiskan cantik ini bertapa hanya dengan berbalutkan rambutnya yang panjang. Ia memohon pertolongan dari Tuhan agar bisa melampiaskan dendam kesumatnya terhadap Aryo Penangsang, salah seorang murid kesayangan Sunan Kudus. Dendam ini menggumpal di dada Ratu Kalinyamat karena suaminya, telah dibunuh secara keji oleh Aryo Penangsang. Dia sempat bersumpah ”ora pisan-pisan ingsun jengkar saka tapa ingsun yen durung iso kramas getihe lan kesed jambule Aryo penangsang” (Ia tidak akan menghentikan laku tapanya jika belum bisa keramas rambut dengan darah Aryo Penangsang). Akhirnya, dendam kesumat Ratu Kalinyamat terbalas sudah. Aryo Penangsang terbunuh dalam satu pertempuran dengan Danang Sutowijo, yang kemudian hari mendirikan Kerajaan Mataram hadiah dari Ratu Kalinyamat. Pertempuran tersebut berlangsung di dekat sungai Kedung Srengenge, dalam duel sengit tersebut Aryo Penangsang tewas secara tragis dengan usus terburai oleh kerisnya sendiri. Laku tapa Ratu Kalinyamat dengan sumpahnya itu ditafsirkan oleh masyarakat desa Tulaan sebagai wujud kesetiaan, kecintaan, dan pengabdian sang ratu kepada suaminya. Ia dengan kesadaran dan keiikhlasannya yang tinggi bersedia meninggalkan gemerlapnya kehidupan istana dari sebelumnya dan sampai sekarang dengan pertapa di tempat itu sampai Jambul Uwanen tidak akan lepas dari pertapaannya. Kemudian menjadi sedekah bumi, yang namanya Upacara Jembul Tulakan.

PERENCANAAN

Pemerintah Desa Tulakan ingin menghilangkan unsur mistis supaya banyak wisatawan berkunjung sehingga menambah pemasukan Desa, yaitu:

  • Memberi nama lain selain nama Pertapaan Sonder yaitu memberi nama Sonder Harmony Park yang artinya taman sonder yang harmonis, sehingga tidak semistis nama Pertapaan Sonder.
  • Membuat kawasan pertapaan sonder menjadi taman bunga warna-warni dan menanam pohon dengan warna daun warna warni seperti yang berada di taman yang bertema japanese park.
  • Memasang bangku taman, lampu taman, gazebo dengan atap wuwuhan khas rumah Jepara, membangun rumah adat khas Jepara (untuk pengunjung yang ingin menginap).
  • Membuat kolam-kolam kecil dengan air bergemricik dengan membuat air mancur kecil atau air terjun buatan kecil sehingga suara gemricik air memberi suasana yang tenang kepada para pengunjung.
  • Memasang rumah burung dara dengan burung daranya, supaya pengunjung bisa memberi makan kepada burung dara seperti di taman-taman luar negeri


Referensi