Pia Alisjahbana

Revisi sejak 25 November 2013 08.40 oleh Dalyanta (bicara | kontrib)

Pia Alisjahbana (lahir di Bondowoso, 26 Juli 1933; umur 80 tahun) merupakan salah satu sosok penting dunia pendidikan dan gaya hidup di Indonesia. Dalam dunia pendidikan, Pia adalah pelopor jurusan Kajian Wilayah Amerika di Indonesia yang juga salah satu pendiri komisi dwibangsa untuk menyalurkan beasiswa dari Amerika melalui American-Indonesia Exchange Foundation (AMINEF).  

Pia Alisjahbana
Pia Alisjahbana
Lahir26 Juli 1933 (umur 91)
Belanda Bondowoso, Jawa Timur, Hindia Belanda
KebangsaanIndonesia Indonesia
AlmamaterCornell University, Amerika Serikat
PekerjaanWartawan, pengajar
Dikenal atasAktivis Perempuan, Pendiri Femina Grup
Suami/istriSofjan Alisjahbana
Orang tuaR Soerdjomihardjo
Hisnat Djajadiningrat

Di bidang gaya hidup, Pia menerbitkan majalah Gadis, majalah remaja putri pertama di Indonesia, dan majalah Dewi yang awalnya ditujukan bagi perempuan bekerja. Pemikiran dasarnya, kaum perempuan bekerja bisa lebih berdaya dan memberikan kontribusi nyata bagi dirinya, keluarga, kaum perempuan, dan bangsanya. Saat ini Pia menjabat sebagai Komisaris Feminagroup, grup perusahaan yang didirikan oleh suaminya, Sofjan Alisjahbana.

Di Indonesia, Pia Alisjahbana tak bisa dilepaskan sebagai tokoh yang turut mengembangkan dunia mode melalui berbagai aktivitas sejak tahun 1970-an. Dengan gayayang ramah dan mudah berkawan dengan banyak kalangan, ia berhasil mengubah lansekap industri mode Indonesia yang masih malu-malu menjadi  tambang inspirasi. Melalui media-media yang berada dalam payung Feminagroup, Pia mengedukasi selera mode masyarakat, dan mendorong berdirinya berbagai asosiasi mode di Indonesia.

Keluwesan Pia dalam berinteraksi dengan berbagai kalangan membuat banyak hal besar tercipta. Di antaranya pembangunan Gedung Arsip Nasional, Ananda Sukarlan Award (pencarian bakat dalam bidang musik), dan Yayasan Musik Sastra Indonesia. Berbagai aktivitas dan prestasinya tersebut, Pia mendapatkan penghargaan Lifetime Achievement Award – Ernst & Young Entrepreneur of The Year 2009.

Dalam kehidupan pribadinya, ia menikah dengan Sofjan Alisjahbana, putra dari Sutan Takdir Alisjahbana, dan memiliki dua putri, yakni Svida Alisjahbana dan Karin Sophie.

Latar Belakang Keluarga

Ia lahir di Bondowoso, pada 26 Juli 1933 sebagai anak kedua dari Ir. R. Soerjomihardjo dan Raden Adjeng Hisnat Djajadiningrat. Nama panjang Pia, Soepiah Latifah, merupakan pemberian kakek dari pihak ibu. Soepiah merupakan nama yang sama dengan nama nenek dari pihak ayah, sedangkan Latifah merupakan nama seorang putri dari Bantam (sekarang: Banten) yang sangat musikal.

Kakek dari kedua orangtua Pia merupakan Bupati. Ayah Ir. R. Soerjomihardjo yakni R.A. Aroengbinang VII adalah Bupati Kebumen, sementara ayah R.A. Hisnat Djajadiningrat yakni Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat adalah Bupati Serang. Menurut kontrak politik masa itu,Soerjomihardjoseharusnya menggantikan ayahnya menjadi Bupati Kebumen dengan gelar Aroengbinang VIII dan menjadi penutup atas perjanjian dengan Kerajaan Mataram . Namun kenyataan berbicara lain. Soerjomihardjo pada 1916 diberi hadiah oleh ayahnya selepas kelulusan dari Hollandse Burgerlijke School (HBS) berupa liburan ke negeri Belanda. Namun meletusnya Perang Dunia I di Eropa membuat Soerjomihadrjo tidak bisa kembali ke Hindia Belanda sehingga ia mengajukan keinginan untuk meneruskan pendidikan di Jurusan Teknik Sipil pada Institut Teknologi di Delft. 

Kelak ia bekerja di Kantor Pekerjaan Umum pada Pemerintahan Belanda. Raden Ajeng Hisnat Djdjadiningrat adalah putri dari Bupati Serang Pangeran Aria Achmad dengan Putri Lenggang Kencana (putri dari Bupati Ciamis). Hisnat menyelesaikan pendidikannya di Carpentier Alting Kweek School (Sekolah Guru).

Pendidikan

  • Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta (1958)

Karier Pendidikan

Pia mengawali karier di Fakultas Sastra UI tahun 1958 sebagai asisten dosen prof. Hill – dosen tamu utusan British Council. Setahun kemudian, ia telah diangkat menjadi dosen tetap merangkap Sekretaris jurusan Fakultas Sastra UI.

Tak lama setelah menikah dengan Sofjan Alisjahbana, Pia memilih cuti di luar tanggungan untuk ikut mendampingi Sofjan yang mendapat beasiswa di New York. Pia bergabung di Universitas Cornell, Ithaca, pada 1961 dan menjadi asisten Prof. John Echols dalam kelas-kelas Bahasa Indonesia. Pada 1962 Pia Alisjahbana membantu memeriksa dan mempersiapkan publikasi naskah kamus Echols-Shadily . Tahun 1964 ia kembali ke Indonesia.

Pada 1966 Pia kembali bergabung ke Universitas Indonesia setelah diminta oleh rekan-rekan di kampus. Pia menggantikan Jo Kurnianingrat sebagai Ketua Jurusan Inggris di Fakultas Sastra UI pada 1967-1975.

Pada tahun 1970-an Pia menjadi Sekretaris Eksekutif Konsorsium Sastra. Konsorsium Sastra tersebut merupakan gagasan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bahwa fakultas dari berbagai universitas di Indonesia agar membentuk konsorsium berbagai ilmu agar fakultas yang ‘kuat’ membantu yang ‘lemah’. Bersama Ketua Konsorsium Sastra dan Filsafat Prof. Dr. Haryati Soebadio, Pia berkeliling ke berbagai fakultas sastra di Indonesia dan memberikan seminar-seminar untuk “upgrading” para pengajar sastra. Tugas lainnya adalah menyumbangkan buku-buku untuk memperkaya perpustakaan fakultas sastra yang lemah.

Kesibukannya untuk memperhatikan buku-buku perpustakaan di berbagai fakultas sastra, termasuk Sastra UI, memberikan inspirasi bagi Pia. Ia melihat koleksi buku kebudayaan Amerika secara luas banyak ditemukandi perpustakaan Sastra UI. Pia pun berpikiran bahwa buku-buku tersebut bisa membangun pengetahuan dan pengetahuan menjadi basis pengutamaan. Atas ide tersebut, tahun 1970an Fakultas Sastra UI mulai menyelenggarakan pengutamaan Kajian Amerika. Pengutamaan ini semakin kuat dengan hadirnya profesor tamu melalui Program Fulbright, yakni pertukaran akademik.

Pia juga menjalin hubungan baik dengan USIS (United States Information Service) dan British Council sehingga terjalin kerjasama seperti Program Fulbright. Kajian Wilayah Amerika kian kuat melalui kedekatan dengan USIS. Adanya sumbangan 15.000 buku dari American Base di Okinawa, Pia bersama Jack Daniels—tenaga relawan pengajar bahasa Inggris pada Fakultas Sastra UI menggalang dana untuk pembangunan gedung perpustakaan khusus untuk koleksi tentang Amerika . Pada 19 Maret 1984 Gedung Kajian Wilayah Amerika diresmikan.

Dengan bantuan Ketua Pascasarjana UI Prof. Gunawan Wardhana, pada 1980 Program Magister Kajian Wilayah Amerika resmi dibuka. Pia menjadi Ketua Program Magister Kajian Wilayah Amerika.

Pada 1992 Pia diminta oleh Kedutaan Amerika untuk mendirikan American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) bersama Konsul Kebudayaan dari Kedutaan Amerika Serikat.

Pada 1994 Rektor UI Prof. Dr. Suyudi meresmikan Pusat Kajian Amerika. Pia menjadi Ketua Pusat Kajian Amerika.

Pia juga menjadi ketua pertama Asosiasi Studi Amerika Indonesia (ASAI).

Karier Media

Majalah Gadis terbit pertama kali pada 1973 sebagai jawaban atas tantangan zaman dalam melahirkan majalah untuk remaja perempuan yang dapat meningkatkan wawasan, menghibur, tetapi juga tidak ketinggalan dalam urusan tren. Pia dibantu Muharyo sebagai wakil pemimpin redaksi, Maria sebagai editor, serta Si Jon sebagai ilustrator.

Pada 1975-1991 ia menggelar ajang Pemilihan Putri Remaja Indonesia. Pada kemudian hari, aja pemilihan ini mendapat kritik dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef sebagai komerisalisasi anak-anak. (ada di bukunya Daoed Joesoef Dia dan Aku, tapi aku tak ada bukunya)

Pada 1987 Pemilihan Gadis Sampul mulai digelar sebagai jawaban atas kebutuhan mendapatkan wajah-wajah untuk menghiasi halaman-halaman majalah Gadis.

Pada 1991 Majalah Dewi terbit untuk pertama kali dengan bantuan Retno Murti sebagai redaktur pelaksana dan Vincencius Dwimawan sebagai penata artisitik. Majalah Dewi  merupakan jawaban atas tantangan lahirnya generasi perempuan baru pada masa itu yakni perempuan bekerja dan mapan.

Bersama femina group, telah lahir berbagai majalah seperti Femina, Gadis, Dewi, Ayahbunda, Reader’s Digest, Grazia, Parenting, Cleo, Cita Cinta, Men’s Health, Women’s Health, Best Life, Pesona, dan Estetica.

Dunia Mode

Bisnis media massa yang kental dengan tren, gaya hidup dan fashion tak hanya menjadi barometer bagi pembaca, melainkan juga pintu masuk bagi Pia masuk untuk menghidupkan dunia mode di Indonesia. Melalui majalah Dewi, Pia mengampu program acara “Cita” pada TVRI. “Cita” merupakan acara yang mengulas beragam kekayaan kain nusantara. Dewi jugalah yang kelak mengantarkan Pia untuk mengadakan lomba desainer muda Concours Internationale des Jeunes Createurs de Mode.

Pada akhir dekade 1970-an, kebutuhan Femina dan Gadis di antara keterbatasan desainer dan butik busana semakin mendesak. Pia yang kala itu aktif hadir pada berbagai ajang Fashion Week di Hong Kong, Paris, London, Florence, Dusseldorf, Manila dan Singapura mulai tergerak untuk mengadakan lomba perancang mode di negeri sendiri.

Lomba Perancang Mode

Pada 1979 Pia bersama Irma Hadisurya menyelenggarakan Lomba Perancang Mode (LPM) untuk pertama kalinya. Jejak dari pemenang LPM bisa dilihat hingga saat ini. Pemenang utama LPM 1979 adalah Samuel Wattimena (I), Chossy Latu (II), serta Rudy Oentoro (III). Pada saat itu yang duduk sebagai dewan juri adalah Peter Sie, Iwan Tirta, Lily Salim, dan Irma Hadisurya. Pada LPM pertama itu pula koleksi perancang adibusana Filipina Aureo Alonso dipamerkan di catwalk.

Desainer Indonesia ternama yang juga “jebolan” LPM antara lain: Edward Hutabarat, Itang Yunasz, Stephanus Hamy, Musa Widyatmodjo, Widhi Budimulia, Carmanita, Taruna K. Kusmayadi, Sally Koeswanto, Priyo Oktaviano, serta Tex Saverio.

LPM pernah mengantarkan alumninya untuk mengikuti lomba di manca negara. Salah satunya, Ari Yuwono yang kemudian meraih piala emas dalam Asian Young Designers Contest (AYDC) di Taipei, Taiwan pada 1990.

Pada 1998 LPM sempat dihentikan dan aktif kembali pada 2003.

Concours Internationale des Jeunes Createurs de Mode

Suatu hari Pia menghadiri perhelatan besar Concours Internationale des Jeunes Createurs de Mode di Paris (CIDJCDM). CIDJCDM merupakan ajang lomba bagi perancang busana muda bertaraf internasional yang bertujuan mencari bibit-bibit baru perancang busana berbakat dari berbagai sekolah fashion di seluruh dunia. Penerbangan Air France merupakan salah satu pendukung utama acara ini yang akan mendatangkan para finalis terpilih dari masing-masing negara.

Setiba di Jakarta, Pia langsung menghubungi berbagai sekolah mode yang ada. Pada masa itu sekolah mode di Indonesia masihlah terbatas. Pia menyambangi Sekolah Fashion Susan Budihardjo, La Salle College Indonesia, dan ESMOD. Pia mengaitkan berbagai pihak termasuk pihak Air France untuk bekerja sama.

Pada 1992 kompetisi tingkat nasional untuk CIDJCDM diadakan pertama kalinya di Indonesia. Pia berupaya menemukan finalis kompeten dengan mengundang juri yang pakar di bidangnya, antara lain: Biyan, Peter Sie, dan Iwan Tirta. Empat peserta Indonesia yang tercatat meraih Grand Prix—penghargaan tertinggi, antara lain: Abineri Ang (1996), Rusly Tjohnardi (2000), Annisa Kunti (2002), dan Chui Sien (2003). Meski tak banyak jumlahnya, peserta asal Indonesia tetap mendapat perhatian juri tetap CIDJCDM Pierre Cardin.

Salah satunya, Tex Saverio—desainer Indonesia dengan salah satu rancangannya dikenakan oleh Lady Gaga—yang mendapatkan penghargaan Prix d’Incitation. Kompetisi yang telah berlangsung bertahun-tahun di Paris ini dipindahkan ke Kanada karena adanya peralihan sponsor. Hal ini mengakibatkan CIDJCDM Indonesia terakhir diadakan pada 2006 karena ketiadaan sponsor penerbangan.

Pia Alisjahbana Award

Merupakan penghargaan bagi perancang muda yang sukses berbisnis sendiri selama 5 tahun, memiliki komitmen, inovatif, dan kreatif. Pia Alisjahbana Award digelar pertama kalinya pada 2007 dengan Oscar Lawalata sebagai pemenang. Pada 2013 pemenang Pia Alisjahbana Award adalah Itang Yunasz.

Aktivitas Sosial

Renovasi Gedung Arsip Nasional

Pada 1992 lembaga Arsip Nasional yang terletak di Jalan Gajah Mada Nomor 111 dipindahkan ke Jalan Ampera Raya—belakangan terdengar juga kabar bahwa gedung lama akan dirobohkan dan dibangun pertokoan. Gedung Arsip Nasional merupakan gedung yang didirikan pada 1760 sebagai rumah peristirahatan Gubernur Jenderal Reyner de Klerk.

Pia Alisjahbana bersama arsitek senior Indonesia Han Awal, serta pihak Belanda Erik Hammerstein menggagas renovasi Gedung Arsip Nasional pada 1994. Pia Alisjahbana menyampaikan inistiatif itu pada Kepala Arsip Nasional Dr. Muchlis Paeni dan mendapat sambutan hangat. Erik Hammerstein berpandangan bahwa sudah selayaknya negara Belanda mendukung restorasi/renovasi tersebut sebagai hadiah ulang tahun RI pada 1995.

Namun situasi ekonomi dan politik pemerintah Indonesia pada saat itu kurang mendukung untuk inisiatif perbaikan gedung. Secara ekonomi, Pemerintah Indonesia tengah menghadapi krisis sehingga tidak dapat diharapkan dapat mengeluarkan dana . Sementara secara politis, anggapan Pemerintah Belanda bahwa kemerdekaan RI dimulai pada 1949, juga membuat restorasi tidak dapat mulus terwujud.

Setelah dilakukan pembahasan berkali-kali, disepakati bahwa pemberian hadiah tersebut lebih baik bukan berupa hubungan pemerintah dengan pemerintah, melainkan melalui Ketua Perhimpunan Indonesia-Belanda Frans Seda. Erik Hammerstein dibantu Christine Paauwe-Meyer—pendiri Stichting National Cadeau di Jakarta dan Belanda menggalang dana dari sejumlah perusahaan Belanda seperti Unilever, Phillipsi, Azkonobel dan lain-lain hingga berhasil mengumpulkan dana sejumlah FI 450.000,- (US$350.000).

Restorasi melibatkan perusahaan konsultan dan kontraktor utama, PT Han Awal Architects & Partners, Budi Lim Architects & Partners, PT Decorient-Balast Joint Operation Project dan PT MLD.  Restorasi selesai pada awal 1998 dan diresmikan pada 1 November 1998 . Pada 2001 Gedung Arsip Nasional memenangkan UNESCO Award of Excellence dalam kategori Best Restoration of an Historical Building in Asia-Pasific Region Dewan Pengurus Yayasan Gedung Arsip Nasional RI sekarang dipimpin oleh Miranda Goeltom, sedangkan Pia Alisjahbana menjadi anggota Badan Pembina.

The American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) merupakan yayasan yang didirikan pada 1992 oleh Pia Alisjahbana dengan Atase Kebudayaan Kedutaan Amerika Fred Coffey. Antropolog UI Dr. Parsudi Suparlan juga menjadi penggerak utama Aminef bersama Pia. Yayasan ini didirikan untuk meneruskan program pertukaran kebudayaan Indonesia-Amerika Serikat yang didanai oleh Fulbright Fellowship Program.

World Wildlife Fund (WWF)

WWF pertama kali hadir di Indonesia melalui kantor perwakilan WWF International sebagai WWF Indonesia Programme pada 1962. Pia Alisjahbana bersama Haroen Al Rasjid, Jenderal D. Ashari, Emil Salim, Russel Bets, dan Agus Purnomo mengubah status WWF di Indonesia menjadi organisasi nasional yang berbadan hukum Indonesia berbentuk Yayasan pada 11 September 1996.

Beberapa pribadi yang pernah bergabung dalam keanggotaan WWF Indonesia antara lain Djamaludin Suryohadikusumo, Arifin M. Siregar, Arief T. Surowidjojo, Martha Tilaar, Erna Witoelar, AR Ramly, Prof. Didin Sastrapradja, dan John Prasetio. Kini kepengurusan WWF Indonesia diteruskan kepada Kemal Stamboel sebagai ketua, serta Shinta W. Kamdani, Rizal Malik, Tuti Darsoyo sebagai anggota.

Yayasan Asih Budi

Yayasan Asih Budi didirikan oleh ibunda Pia Alisjahbana, R.A.H. Soerjomihardjo bersama beberapa orang tua pada 1957. Sumbangan pertama berasal dari Notaris Kadiman. Pada awalnya sekolah bertempat di garasi rumah orang tua Pia yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur 23. Pada 1966 Kepala Ford Foundation John Bresnan menyumbangkan salah satu rumah Yayasan Ford yang tertetak di Jalan Mendut 13 kepada Yayasan Asih Budi.

Sepeninggal R.A.H. Soerjomihardjo pada 22 Februari 1983, Yayasan Budi Asih diteruskan oleh Toeti Aryanto. Di bawah kepemimpinan Toeti Aryanto manajemen Yayasan Budi Asih yang semula dijalankan dengan insting berubah menjadi lebih profesional. Kini Yayasan Budi Asih bertempat di Diren Sawit dan daerah Kuningan, Jakarta. Pia Alisjahbana berperan sebagai Dewan Penyantun Yayasan Budi Asih.

Aktivitas Budaya

Yayasan Kesenian Jakarta (YKJ)

Pada 22 Agustus 1989 Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto dan Ketua Dewan Kesenian Jakarta, serta beberapa kepala bank, pengusaha dan seniman mendirikan Yayasan Kesenian Jakarta. Pia Alisjahbana aktif sebagai Serketaris YKJ. Yayasan ini bergerak mencari dana untuk penyelenggaraan program-program DKJ. YKJ pernah menggalang dana sebanyak 1 miliar dari Presiden Soeharto dengan bantuan Menteri Sosial sekaligus Ketua Konsorsium Sastra dan Filsafat Prof. Haryati Soebadio. Salah satu kegiatan besar YKJ yaitu Indonesian Dance Festival (IDF). Pada 2004 YKJ mati suri ditandai dengan dikeluarkannya surat pengabulan Gubernur Sutiyoso atas permohonan pengunduran diri pengurus. Pada 2012 pengurus YKJ melayangkan surat pendirian kembali yayasan serupa kepada Gubernur DKI Fauzi Bowo dan hingga kini masih menunggu keputusan. 

Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI)

Pembentukan BPPI pada 2004 berawal dari inisiatif Pia dan beberapa kawan dalam Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) pada sekitar 2000. Pada saat itu beberapa wakil organisasi pelestarian di daerah bersepakat untuk membuat JPPI yang diharapkan menjadi media komunikasi informal untuk bertukar informasi tentang inisiatif pelestarian pusaka Indonesia. Para anggota mengikuti forum internasional untuk memelajari bagaimana mengelola pusaka budaya.Pada masa awal, JPPI menggelar seminar pelestarian tingkat Asia di Yogyakarta sehubungan dengan isu pembangunan mal dekat Candi Borobudur. Tahun 2004, JPPI melebur menjadi Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI). Pada pegiat BPPI antara lain Dr. Laretna Sita Adishakti, Suhadi, Nunus Supardi, Naniek Widyawati, Catrini Pratihari, Nono Anwar Makarim, dan Mundarjito.

Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI)

Merupakan kelanjutan dari asosiasi Masyarakat Musikologi Indonesia (MMI) yang berpusat di Solo rintisan Prof. Dr. I Made Bandem, Prof. RM. Soedarsono, dan Rahayu Supanggah. Atas usulan Sal Murgiyanto, asosiasi tersebut diperluas menjadi Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI)pada 1992. Pada 2002 Sardono W. Kusumo mengajak Pia Alisjahbana untuk bergabung dengan MSPI. Pia dianggap mengetahui pengelolaan organisasi dan penggalangan dana. Ketua MSPI adalah Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Sardono W. Kusumo, Dr. Bulantrisna Djelantik, DR. Sal Murgianto; sementara pengurus lainnya adalag Felia Salim, Shinta Kamdani dan Pia Alisjahbana. Pada 2009 MSPI mati suri karena menipisnya pihak sponsor. Pada pertengahan 2011 MSPI resmi bubar dan dilebur dengan kegiatan Forum Rektor. Seluruh buku koleksi perpustakaan MSPI di Solo dihibahkan kepada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, sedangkan koleksi rekaman suara seni pertunjukan tradisional dan buku terbitan dipindahkan ke IKJ. 

Aktivitas Musik

Pia Alisjahbana memiliki naluri pendidik yang kuat. Ia mampu mengenali dan mengembangkan bakat anak muda. Salah satunya Ananda Sukarlan. Suatu hari Pia hadir dalam pertunjukan resital di Yayasan Pendidikan Musik (YPM) dan terkesan dengan permainan piano Andy—sapaan akrab Ananda Sukarlan. Secara khusus Pia menghampiri orang tua Andy dan menyampaikan kesannya. Hal itu mengejutkan bagi orang tua Andy karena pada tempat belajar musik, Andy justru dianggap tidak berbakat. Ananda Sukarlan di kemudian hari mendapat beasiswa dari Petrof Piano untuk melanjutkan pendidikan di University of Hartford, Connecticut, Amerika Serikat. Tak hanya itu Andy mampu membuktikan kemampuannya dengan memperoleh nilai Summa Cum Laude dari Royal Conservatory of The Haque, Belanda. Nama Ananda Sukarlan juga tercatat dalam The International Who’s who in Music Book dan buku2000 Outstanding Musician on the 20th Century.

Kompetisi Piano Cipta Award

Pada 1997 Pia Alisjahbana bertemu dengan Ananda Sukarlan dan manajernya, Anggi Sidharta. Mereka menyampaikan gagasan untuk menggelar kompetisi piano profesional di Indonesia. Salah satu pemrakarsa kompetisi ini adalah Asosiasi Komponis Indonesia (AKI) dengan Otto Sidharta sebagai ketua. Pia Alisjahbana sendiri juga membawa ide ini kepada YKJ, khususnya pada Divisi Komisi Musik. Inistiatif di antara berbagai pihak itu berhasil menggelar Kompetisi yang memperebutkan Cipta Award pertama kali pada 2000. Ketua Dewan Juri Ananda Sukarlan, sementara Anggota Dewan Juri terdiri dari pianis senior Indonesia Iswargia R. Sudarno, Latifah Kodijat Marzoeki, Soetarno Soetikno dan Yohanes Bintang Prakarsa. Para pemenang kompetisi bergengsi ini antara lain Alpin Limando, Brigifine Ediansyah Syams, dan Genssly Ediansyah Syams (Cipta Award 1); Adhi Jacinth (Cipta Award 2); Elwin Hendrijanto (Cipta Award 3). Cipta Award hanya terselenggara hingga tiga kali. Hal ini sedikit banyak terkait dengan perubahan kepengurusan YKJ dan kurangnya dukungan pemerintah terhadap bibit-bibit musisi muda. Pia Alisjahbana kecewa dan membentuk Ananda Sukarlan Award.

Ananda Sukarlan Award (ASA)

Ananda Sukarlan Award merupakan gagasan Pia Alisjahbanda dan Ananda Sukarlan dengan semangat independen terhadap pemerintah. ASA pertama kali digelar pada 2008, selanjutnya digelar setiap dua tahun. ASA juga bekerjasama dengan Amadeus Performing Arts dengan mengadakan kompetisi vokal Tembang Puitik Ananda Sukarlan. Pada 2012, ASA mulai membuka diri menjadi kompetisi pianis tingkat internasional. Pemenang ASA yang juga telah membuktikan prestasi gemilang di dunia internasional antara lain Inge Buniardi (2008), Edith Widayani (2010), dan Randy Ryan (2012).

Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI)

YMSI memiliki visi dan misi untuk membantu anak-anak muda Indonesia yang berasal dari keluarga tidak mampu untuk berkenalan dan mengenyam pendidikan di bidang musik sastra.  YMSI didirikan setelah penyelenggaraan ASA 2008 oleh Pia Alisjahbana, Ananda Sukarlan, Chendra Panatan, Dedi Panigoro, dan Bangun Sarwito Kusmuljono. Pemicu dibentuknya YMSI adalah bakat dan ketekunan Inge Buniardi (pemenang ASA 2008).YMSI dibentuk dan kemudian memberikan bantuan beasiswa bagi Inge untuk melanjutkan pendidikan piano di Belanda. Pada perkembangannya, YMSI bergerak di bidang pendidikan dan sosial seperti pendidikan musik gratis bagi anak-anak kurang mampu, pengalokasian 10% bangku konser untuk anak-anak kurang mampu, serta Program Charm—Children in Harmony, prakarsa Mesty Ariotedjo—yakni program donasi berupa biola dan alat musik bekas serta beasiswa pendidikan musik klasik bagi anak-anak tidak mampu yang berusia 8-10 tahunSejak 2010 YMSI memayungi ASA dan Charm. Beberapa musisi sastra Indonesia yang didukung oleh YMSI yakni John Paul, Edith Widayani, Elwin Hendrijanto, Elizabeth Ashford, dan soprano Bernadette Astari.

Nusantara Symphony Orchestra (NSO)

NSO merupakan perkembangan lebih lanjut dari Nusantara Chamber Orchestra (NCO)—pilot project Yayasan Nusantara Jaya oleh Menteri  Luar Negeri Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja sebagai respon atas kesuksesan pagelaran musik Indonesia di Amerika Serikat pada 1988. NCO secara rutin menggelar pertunjukan musik dari 1988-1996Pada 1998 Yayasan Nusantara Jaya berganti nama menjadi Yayasan Nusantara dan orkestra berganti menjadi Nusantara Symphony Orchestra (NSO). Yayasan ini diketuai oleh Herawati Diah. Pada 2005 Pia Alisjahbana menjabat sebagai Ketua Harian, dan Miranda Goeltom menjadi Ketua Harian. Pada 2010 Miranda Goeltom menjabat Ketua Yayasan sekaligus Ketua NSO. Anak-anak muda yang pernah dan masih bergiat di NSO antara lain Mila Mawira, Widarti Gunawan dan Shanty L. Poesposoetjipto, Ermanda Siregar, Mardyantoro Purbo, serta Anangga Roosdiono. 

Penghargaan

Lifetime Achievement Award pada Enterpreneur of The Year Awards oleh Ernst & Young (2009)

Ringkasan Karier

1994     Founder of the American Studies Center, University of Indonesia.

1980 – 2003         Head of the American Studies Graduate Program, University of Indonesia.

-    1980 American Studies from an undergraduate major it became a graduate program. Since 1984 an average of 5 to 10 students graduated for their Master’s degree.

-    1978 introduced American Studies as a major in the English Language Department, Faculty of Letters, University of Indonesia.

1973 – 1985  Executive Secretary of the Consortium of Letters and Philosophy, Ministery of Education and Culture. This consortium advises the Minister on the state of ten faculties of Letters of state universities all over Indonesia, with regard to their manpower and curriculum development

1965 – 1975         Served as Chairperson of the English Department, Faculty of Letters, University of Indonesia.

1958 – 1962         Served as Executive Secretary of the English Department, Faculty of Letters, University of Indonesia.  

1958 – 1988         Started as Junior Lecturer at the English Department, Faculty of Letters University of Indonesia. At present retired associate professor (retirement as civil servant in 1988).

Courses taught at the University of Indonesia: Undergraduate level: Introduction to English Literature, Survey of English Literature; British Life and institutions; American Life and Institutions; Twentieth Century American Novel; Theory of Literature; Literary Criticism.

Graduate level: Social and Cultural Aspects of American Literature.

1994 – 2004         Member of Board of Directors KIDSPORTS INDONESIA, a subsidiary company of FEMINA GROUP.  

1973 – 2004         Member of Board of Directors FEMINA GROUP

Jabatan Lain

1963 – 1964       Secretary to the Indonesian Military Attache to the U.N. at New York.  

1962 – 1963       Assisted Prof. John Echols in his Bahasa Indonesia courses at Cornell University. While at Cornell took a non-degree course in English and American Literature.

Exchange Program

1982                 Participant as Guest of the State Department, USA, at four-week tour through the USA, visiting various American Studies Centers, a.o.at N.Y.U., George Washington University, USLA, University of Mississippi.  

1952                 Chosen to be the Indonesian High School student delegate to the New York Herald Tribune Youth Forum. It was a six months program, staying with American host families. (Jan.-June, 1952)

International & National Conferences and Seminars

2002, August Presenting a paper about the National Archives Building Restoration project at a conference attended by Heritage societies at Kuala Lumpur, Malaysia.     2002           Presenting a paper for the Museum Directors of Jakarta on “Museums Enriching one’s horizon”.             

1995         Speaker of LEADERSHIP AND COMMUNICATION at the Leadership Training organized by the Adikarsa Nugraha Cestita foundation.  

1995         Speaker on WOMEN AND THE MEDIA : TRENDS AND OPPORTUNITIES at Conference on Communication, Culture and Development organized by the Asian Mass Communication Research and Information Centre, Singapore, at the Hotel Indonesia, Jakarta.  

1994         Members of Steering Committee of the Third National Conference of American Studies Association of Indonesia at Jakarta. Theme: “Environmental Issues in the U.S.A. and Indonesia.  

1995         Indonesian representative to the International Conference organized by the Asia Society at Beijing “CHINA AND ITS NEIGHBOURS”.  

1994            Moderator at the International Conference for ASEAN JOURNALIST, which was held at Jakarta.  

1993            Speaker at the American Studies Conference on Jeffersonian Democracy, organized by the Japanese Association of American Studies in Tokyo.  

1992            Member of Steering Committee of the Second National Conference of the American Studies association of Indonesia at Jakarta. Theme: “Culture and the Media in the American Presidential Elections”.  

1992            Participant at the New York Folio for Publishers.  

1991            Chairperson of the Organizing Committee of the First National Conference of the American Studies Association of Indonesia at Tonjong, Bogor. Theme : “American Language and Culture”.  

1991            Indonesian delegate to the second Annual Conference of the International American Studies conference at Beijing.  

1990            Indonesian delegate to the second Annual Conference of the International Women’s Media Foundation at Washington, USA.  

1989            Delegate to the Regional American Studies Conference at Kuala Lumpur.  

1986            Delegate to the Regional American Studies Seminar in Manila.  

1985            Delegate to the International Women’s Conference in Nairobi, Kenya.  

1982            Participant at the International American Studies Seminar, Kyoto.  

1981            Delegate to the Conference of the Australian Federation of University women, Adelaide.  

1978            Member of the Indonesian Delegation of the Ministry of Education and Culture to Malaysia.  

1975            Delegate to the International Advertising Conference, Sydney.   1967            Delegate to the English Language Seminar, Singapore.  

Karya Tulis

2002                 Present a paper as a Museum Lover for the Museum Directors of Jakarta, topic: “Museums enhancing your horizons”.  

2001                 Contributor for a book for Bapak Jacob Utama on the Indonesian Press: “Media Perempuan Indonesia”.  

2000 - present   Editor of the American Studies Journal published by the American Studies Center University of Indonesia.  

1994 – 1998      Editor of the Indonesian Textiles Society quarterly Newsletter.  

1994 – 1995      Editor of the Indonesian Ceramics Society bi-monthly Newsletter.  

1992                 Paper presented as discussant of “The Contemporary Relevance of the Jeffersonian Legacy”, at the Fourth Symposium on American Studies in the Asia-Pacific Region: ASIA AND THE UNITED STATES IN THE POST-COLD WAR ERA In Commemoration of the 250th Anniversary of the Birth of Thomas Jefferson.  

1992 – 1994      Editor of the quarterly Newsletter of the Association of Alumni of the Faculty of Letters, University of Indonesia.  

1991                 “American Studies In Indonesia: Its Current State and Future Directions” Paper presented at the International Conference of the Chinese Association for American Studies : THE UNITED STATES AND THE ASIA-PACIFIC REGION IN THE TWENTIETH CENTURY. Beijing, Modern Press, 1993.  

1991 – 1994      Editor of the American Studies Association of Indonesia (ASAI) Newsletter, a quarterly.  

1991 – 1994      Hosting a monthly talk-show on traditional Indonesian textiles on the Indonesian television: CITA. The episodes consist of interviews with various collectors of Indonesian textiles: batik from various areas, ikat weavings from Sumba, Toraja etc.  

1990 – present  Member of the editorial board of the American Studies Journal, University of Indonesia.  

1981                Co-translator, together with Mr. Samekto : Crane Brinton, “The Shaping of the Modern Mind” into Indonesian. Jakarta, Mutiara, 1981.  

Lectures:  Invited to give lectures on various topics. To young people on leadership, assertiveness, career counseling, ecology etc; To various women groups on creativity, the role of women in society, on magazine publishing etc; To Museum managers etc.  

Social Activities

2006               Trustee of the Jakarta Foundation for the Arts.  

2006 (August)   Jury member of Miss Indonesia 2006  

Since 2003       Patron of the JaringanPelestarianPusaka Indonesia (Indonesian Heritage Network), chair: Laretna Sita Adisakti.  

Since 2002       Advisor of the SundaKelapa Foundation, which manage the Kepodang kindergarten, primary school and high school, which is situated at Taman SundaKelapa, Jakarta.  

2002 - 2005       Chair of the Nusantara Foundation, which manage the Nusantara Symphony Orchestra. Since 2005 member of the Board of Trustees.  

1995 - 2001       Board member of the Jakarta Foundation for the Arts. Served as Secretary.  

2001 - present   Board of Trustees of the Jakarta Foundation for the Arts.    

1998 - present   Founder and Chairperson of the Board of the YayasanGedungArsipNasional RI  

1998 - present   Advisor of the TitihanRespati Foundation (Drug Rehabilitation centers)  

1996 - present   Founder and Trustee of the WWF Indonesia Foundation.  

1995 - present   International Council Member Asia Society, New York.  

1995 - 2005       Founder and Chairperson of the Indonesian Textile Society.  

1994 - present   Member Board of Trustees Jakarta Institute of the Arts.  

1994 - 1995       Chairperson of the Ceramic Society of Indonesia.  

1993 - present   Advisor to the Indonesian Association of Fashion Designers.  

Since 1991       Member of ICOMOS  

1993 - present   Vice-President of the Indonesian National Heritage Trust. Served as Secretary General (1989-1993). This Trust is actively advising the government for the preservation of old, historical buildings.  

1992 – present   Founder and member of the Board of the Indonesian Fulbright Bi-National Commission.                                 

1992 Served as the first Chairperson of the board. The Fulbright Educational Exchange program (AMINEF) has been in Indonesia since the 50’s.

1988 Co-founder of the American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) which handles the Indonesian Fulbright program, together with the Cultural Attache of the US Embassy. Since 1992 it became a Bi-National commission.

1994 Serve as Vice-chairperson (the American and Indonesian members serve for one year as chairperson).  

1992 - 2000       President of the Faculty of Letters University of Indonesia Alumni Association (Alumni since 1950).    

1990 - 1995       Secretary General of the Jakarta Foundation for the Arts. This foundation was founded by the Governor of Jakarta to assist the Jakarta Arts Center-Taman Ismail Marzuki in raising the funds for the Arts serve as Trustee of the foundation for another five year term. (until 2000)  

1989 - 1994       Fourth President of the Indonesian American Studies Association.  

1983 - present   Chairperson of the Board of Trustees of the Asih Budi Foundation for the mentally retarded, which provides education for about 300 pupils, age 3-25 (founded in 1957 by her mother, the late Mrs. Soerjomihardjo).  

1968 - 1969       President of the Women’s International Club Jakarta (since 1951).      

Referensi

1. PiaAlisjahbana,  Menembus Zaman (2012)

2. [1]Kebumen, Heroisme dalam Legenda. Suryanto Sastroatmodjodalam opinion & feature harian Suara Merdeka, Rabu 13 Februari 1980. Website Kabupaten Kebumen, www.kebumen.go.id  

3. Anniversary Book, hal 41, http://www.aminef.or.id/ebook/AnniversaryBook.pdf

4. http://pusatriset.ui.ac.id/pusatriset/?page_id=46  

5. https://www.feminagroup.com/about.us

6. http://www.gadis.co.id/gaya/info.gaya/jfw.2013.pia.alisjahbana.award/001/003/586

7. http://www.infoperpus.8m.com/news/2001/20012001_1.htm

8. http://www.infoperpus.8m.com/news/2001/20012001_1.htm 9. Rumah “Ratu dari Timur”, Intisari, Desember 1998, http://www.arsitekturindis.com/?m=1998

10.  “Award for Archive Building”, http://lgtv.thejakartapost.com/index.php/read/news/81800

11. http://www.indonesianheritage.info/organisasi/bppi/history.html

12.http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/07/22/02363499/Masyarakat.Seni.Pertunjukan.Bubar

13. http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/anandasukarlan.html

14. http://musik-sastra.com/profile