Musik Jepang

Revisi sejak 3 Desember 2013 02.39 oleh Baloo Official (bicara | kontrib) (+sedikit)

Musik Jepang merupakan gaya musik khas Jepang dari beragam artis, baik tradisional maupun modern. Kata musik dalam bahasa Jepang berarti ongaku (音楽), menggabungkan on (, sound, suara) dengan gaku (, music, musik).[1] Jepang merupakan pasar musik terbesar kedua di dunia, dengan nilai total area penjualan mencapai 4,422.0 juta dollar[2] dan sebagian besar pasar didominasi oleh artis Jepang.[butuh rujukan]

Musik lokal sering muncul di berbagai tempat karaoke, dari label rekaman. Musik tradisional Jepang sangat berbeda dari Musik Barat.[3][4]

Musik tradisional dan daerah

Ada dua jenis musik yang diakui sebagai jenis musik tradisional Jepang tertua, yaitu shōmyō (声明 maupun 聲明), atau nyanyian Budha, dan gagaku (雅楽) istana musik kuno, dimana keduanya berada di zaman Nara dan Heian.[butuh rujukan] Gagaku adalah jenis musik klasik yang telah ada pada istana Kekaisaran sejak zaman Heian[butuh rujukan]. Kagura-uta (神楽歌), Azuma-asobi(東遊) dan Yamato-uta (大和歌) merupakan repertoar adat. Tōgaku (唐楽) dan komagaku berasal dari Dinasti Tang, Cina melalui Semenanjung Korea[butuh rujukan]. Gagaku dibagi menjadi kangen (管弦) (musik instrumen) dan bugaku (舞楽) (tarian disertai dengan gagaku).

Berasal pada awal abad ke-13 honkyoku (本曲), merupakan singel (solo) shakuhachi (尺八) imam Zen[butuh rujukan]. Imam ini, disebut komusō ("biksu"), yang memainkan honkyoku untuk sedekah dan pencerahan. Sekte Fuke tidak ada lagi pada abad ke-19, tetapi garis keturunan verbal dan tertulis dari beberapa honkyoku tetap berlanjut, meskipun musik ini saat ini sering dimainkan pada sebuah konser.[butuh rujukan] Samurai sering mendengarkan dan memainkan dalam kegiatan musik, dalam praktik memperkaya hidup dan pemahaman[butuh rujukan].

Musik tradisional

Biwa hōshi, Heike biwa, mōsō, dan goze

Biwa (琵琶 - Cina: pipa), lute, dimainkan oleh sekelompok pemain keliling (biwa hōshi) (琵琶法師) yang digunakan untuk mengiringi sebuah cerita.[butuh rujukan] Yang paling terkenal dari cerita ini adalah sejarah The Tale of the Heike, abad ke-12 dari kemenangan klan Minamoto atas Taira[butuh rujukan]. Serikat ini akhirnya menguasai sebagian besar budaya musik Jepang.[butuh rujukan]

Selain itu, banyak kelompok musisi buta yang terbentuk khususnya di daerah Kyushu[butuh rujukan]. Musisi tersebut, yang dikenal sebagai mōsō (盲僧 biksu buta) berkeliling di daerah mereka dan melakukan berbagai ritual agama untuk menyucikan rumah agar dapat membawa kesehatan dan keberuntungan. Biwa yang mereka mainkan jauh lebih kecil dari Heike biwa (平家琵琶) yang dimainkan oleh biwa hōshi.[butuh rujukan]

Terkait Lafcadio Hearn dalam bukunya yang berjudul Kwaidan: Stories and Studies of Strange Things "Mimi-nashi Hoichi" (Hoichi the Earless), cerita hantu Jepang tentang seorang biwa hōshi buta yang memainkan "The Tale of the Heike"

Seorang wanita buta, yang dikenal sebagai goze (瞽女), juga berkeliling di negeri tersebut sejak zaman abad pertengahan. Dia menyanyikan lagu dan bermain musik dengan pukulan drum yang dibawanya.[butuh rujukan] Sejak abad ketujuh belas mereka sering memainkan koto atau shamisen. Organisasi Goze bermunculan di seluruh negeri, dan ada hingga saat ini di prefektur Niigata.[butuh rujukan]

Referensi

Pranala luar