Philip Mantofa
Philip Mantofa adalah seorang Pendeta Kristen yang melayani di Gereja Mawar Sharon sejak tahun 1998. Selain berbicara di ratusan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) di dalam negeri, ia juga pernah berbicara di luar negeri. Selain itu, ia dikenal sebagai pembicara seminar Business Breakthrough, Career Break Through, dan Education Breakthrough yang diadakan di beberapa kota di Indonesia sebagai wujud kepeduliannya kepada kalangan pebisnis, pekerja dan pelajar.[1]
| Philip Mantofa | |
|---|---|
| Lahir | 27 September 1974 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia |
| Kebangsaan | Indonesia |
| Suami/istri | Irine Saphira |
| Anak | Vanessa, Jeremy, Waren |
     | |
Biografi
Kelahiran dan masa kecil
Philip Mantofa lahir di Surabaya pada tanggal 27 September 1974. Ia merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara yang semuanya pria. Waktu kecil, Philip sering step dan kejang-kejang, sehingga ibunya berdoa, ”Tuhan, jangan diambil! Anak ini saya berikan kepadaMu! Jaga dia, Tuhan!”[2]
Setelah agak besar, Philip masih mengalami kesulitan untuk berjalan. Dokter menyarankan untuk memakai sepatu dari besi yang biasa digunakan untuk anak yang cacat karena polio. Hal ini membuatnya minder dan tidak mau keluar rumah.[2]
Masa sekolah
Orang tua Philip menyekolahkan Philip beserta kakaknya Maxixe di sekolah dasar Ho Bu Guo Xiao, Taipei, Taiwan, sekalian untuk perawatan kesehatannya. Di Taiwan, kenakalan Philip menjadi-jadi, gampang emosi dan berkelahi dengan teman-temannya. Tak lama kemudian mereka pulang ke Indonesia dan bersekolah di SDK St. Aloysius, Kepanjen, Surabaya. Setiap hari Philip berkelahi sampai ia masuk SMP. Karena tabiatnya tersebut, Philip menemui permasalahan serius sehingga orang tuanya menyekolahkan Philip ke Singapura.[2]
Di Singapura, Philip terlibat okultisme dari buku yang ia beli. Ia juga mengalami masalah dengan guru les dan sering berkelahi dengan anak-anak di lingkungannya. Akhirnya, orang tua Philip menyekolahkannya di Kanada bersama kedua saudaranya.[2]
Pernikahan
Philip menikah dengan Irine dan memiliki seorang anak wanita bernama Vanessa.[2]
Kehidupan spiritual
Pertobatan
Pertobatan Philip Mantofa dimulai pada tahun 1992, pada saat ia hendak meninggalkan sebuah gereja di Vancouver, Kanada. Saat hendak memegang gagang pintu, ia mendengar suara, “Philip, if you are not saved today, you will never be saved!” Philip terkejut dan segera berbalik ke depan altar. Kehidupan spiritualnya dimulai semenjak saat itu.[3]
Philip menerima bimbingan Pdt Sonny dari Gereja “Emmanuel Indonesian Christian Fellowship”. Ia dibaptis di gereja itu dan mulai mengalami pembentukan karakter secara Kristiani. Akhirnya Philip memutuskan untuk kuliah di Sekolah Theologia, tetapi takut mengutarakan keinginannya kepada ayahnya, sebab ayahnya bukan seorang Kristen. Ternyata ayahnya mendukung dan menjawab, “Oke, bagus, Lip! Papa dukung!” Philip akhirnya menyelesaikan studinya di Columbia Bible College Canada dan diwisuda pada 20 April 1996.[2]
Pelayanan
Setelah kembali ke Indonesia, Philip sempat melakukan pelayanan di Ungaran, Jawa Tengah, pada tahun 1994.[2] Pada saat Indonesia mengalami kerusuhan di tahun 1998, Philip kembali ke Indonesia dan melakukan pelayanan di Gereja Mawar Sharon. Kini ia menjadi Kepala Pendeta Mawar Sharon.[3]
Hasil karya
Karya tulis
Buku-buku yang ditulis oleh Philip Mantofa adalah sebagai berikut:
- Before 30 (terbit 24 September 2004 dan pertengahan 2005). Dialihbahasakan ke Mandarin dan bahasa Inggris.[1]
- Iblis! Dalam nama Yesus! Lepaskan! (A Trip to Hell) (terbitkan 16 Desember 2006 dan akhir Desember 2006)
Festival Kuasa Allah
Pendeta Philip Mantofa dikenal karena banyak mukzizat yang ia lakukan sebagai hamba Allah. Misalnya dalam Festival Kuasa Allah di tahun 2003, ada dua orang lumpuh yang bisa kembali berjalan.[2]
Army of God
Army of God adalah sebuah gerakan dan kebangkitan muda-mudi yang dibentuk oleh Philip Mantofa di Surabaya. Gerakan ini terbentuk dari panggilannya sebagai pengkotbah dan gembala umat.[3]
Kontroversi
Kesaksian Philip Mantofa atas perjalanannya menuju neraka tidak diterima oleh semua orang sehingga menimbulkan kontroversi. Akibatnya, beberapa orang mempertanyakan kebenaran dari kesaksian tersebut.[4]