Tawes

jenis ikan air tawar
Revisi sejak 30 Desember 2013 12.32 oleh Kenrick95Bot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-di tahun +pada tahun))
Tawes
Tawes, Barbonymus gonionotus,
dari Mandalamekar, Jatiwaras, Tasikmalaya
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
B. gonionotus
Nama binomial
Barbonymus gonionotus
(Bleeker, 1850)
Sinonim

Barbus gonionotus Bleeker, 1850[1]
Barbus javanicus Bleeker, 1855
Barbus koilometopon Bleeker, 1857
Puntius jolamarki Smith, 1934
Puntius viehoeveri Fowler, 1943

Tawes (Barbonymus gonionotus Bleeker, 1850) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae. Ikan ini merupakan salah satu jenis yang penting dan populer dikembangkan dalam akuakultur sebagai ikan konsumsi. Secara alami tawes menyebar luas di Indocina dan kepulauan Sunda[2]. Telah dibudidayakan di kolam-kolam setidaknya semenjak abad ke-19, tawes juga diintroduksi ke pulau-pulau lain; misalnya ke Sulawesi[2]. Sementara, menurut catatan FAO, ikan ini juga diintroduksi ke Filipina (1956) dan ke India (1972)[3].

Nama-nama lainnya, di antaranya lawak, lalawak (Mly.); turub hawu (Sd.); dan tawes, badir (Jw.)[4]. Ada juga yang menyebutnya lampam jawa. Dalam bahasa Inggris, ikan ini dinamai Java Barb, Silver Barb, atau juga Tawes.

Pemerian

 
Sungutnya mengerdil

Ikan putihan berukuran sedang, panjang total hingga 330 mm. Gurat sisi 29-31 buah. 3 – 3½ sisik antara gurat sisi dengan sirip perut. Sirip dubur dengan 6½ jari-jari bercabang.[2]

Tinggi tubuh di awal sirip punggung 2,4-2,6 berbanding panjang standar (yakni panjang tanpa sirip ekor). Panjang kepala 4-4,3 berbanding panjang standar. Awal sirip punggung kira-kira sejajar sisik gurat sisi ke-10, di belakang awal sirip perut, dan terpisah dari ubun-ubun oleh 11 sisik. Rumus sirip punggung IV (jari-jari keras, duri).8 (jari-jari lunak); sirip dubur III.6; sirip dada I.14-15; dan sirip perut I.8. Jari-jari keras terakhir (yakni duri terbesar) sirip punggung dengan gerigi kuat di sisi belakangnya. Batang ekor dikelilingi 16 sisik.[4]

Seekor tawes dengan panjang tubuh hingga 45 cm pernah tertangkap di sebuah waduk di Thailand[5].

 
Bagian kepala

Ekologi

Di alam, tawes ditemukan hidup di jaringan sungai dan anak-anak sungai, dataran banjir, hingga ke waduk-waduk. Agaknya ikan ini menyukai air yang diam menggenang. Tercatat pula migrasi ikan ini meski tidak terlampau jauh, yakni dari sungai besar ke anak-anak sungai, saluran, dan dataran banjir, khususnya di awal musim hujan. Penyebaran alaminya tercatat di Sungai Mekong, Chao Phraya, Semenanjung Malaya, Sumatera dan Jawa.[5]

Tawes bersifat herbivora, utamanya memakan tumbuh-tumbuhan seperti Hydrilla, aneka tumbuhan air, dan daun-daunan yang terjatuh ke sungai. Meskipun demikian, tawes mau juga memangsa aneka invertebrata. Suhu air yang ideal untuk hidupnya antara 22-28 °C.[5]

 
Bagian belakang tubuh

Manfaat

Akuakultur

Ikan ini termasuk satu dari lima jenis ikan air tawar terpenting dari pemeliharaan di Thailand [6]. Sebagaimana ikan nila, tawes mudah dipelihara tanpa memerlukan teknik yang rumit dan mahal, menjadikannya ikan kolam yang populer di Bangladesh [7]. Taksiran produksi ikan tawes dari pemeliharaan di wilayah Asia Tenggara dan Bangladesh adalah lebih dari 50.000 ton pada tahun 1994[8].

Dipelihara di kolam, tawes jarang mencapai panjang tubuh melebihi 40 cm dan berat melebihi 1,5 kg. Namun terdapat rekor pancingan tawes seberat 2,8 kg di Danau Teak Tree di Thailand, dan seberat 13 kg (panjang 90 cm) di Malaysia[9].

Masakan

Tawes adalah salah satu ikan sungai yang biasa dimakan orang di daerah Asia Tenggara daratan maupun kepulauan. Ikan tawes tergolong ikan yang digemari sebagai konsumsi ikan goreng dan lain-lain masakan.

Tawes merupakan ikan konsumsi yang penting menurut tradisi masak-memasak di Thailand, Laos, dan Kamboja. Di Laos, tawes biasa dimasak sebagai Lap Pa[10]. Sementara di Thailand, daging tawes dimasak sebagai Pla som (ปลาส้ม, ikan asam)[11] atau sebagai salah satu campuran Tom yam.

Pengendali gulma

Sifatnya sebagai herbivora dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma air[5]. Penelitian yang dilakukan di Danau Maninjau, Sumatera Barat, mendapatkan bahwa ikan tawes dan nilem yang tidak diberi pakan secara khusus telah memakan aneka fitoplankton yang terdapat di danau, sehingga jenis-jenis ikan ini berpeluang untuk digunakan sebagai pembersih air danau.[12]

Ikan donor

Ikan tawes juga acap digunakan sebagai donor hormon hipofisis bagi ikan-ikan yang hendak dipijahkan[5].

Catatan taksonomis

Pieter Bleeker telah mengidentifikasi hewan ini pada abad ke-19 dan memberi tiga nama berbeda dalam tiga penerbitan yang berlainan, yakni Barbus gonionotus (1850); B. javanicus (1855); dan B. koilometopon (1857). Dalam satu penerbitan yang lain (1860), Bleeker merevisi dan memindahkan ketiganya ke dalam marga Systomus anak marga Barbodes menjadi Systomus (Barbodes) gonionotus, dan seterusnya. Selanjutnya, dalam karya monumentalnya Atlas Ichthyologique des Indes Orientales Néêrlandaises pada tahun 1863, Bleeker memindahkan lagi ketiganya ke dalam marga Puntius (Barbodes). Meski demikian, Weber dan Beaufort tidak sepakat dan menganggap ketiganya hanya sinonim; mereka menggunakan nama Puntius javanicus tanpa menjelaskan mengapa nama epitet javanicus yang dipilih.[4]

Terlepas dari perdebatan di atas, untuk beberapa lama dua nama spesies yang digunakan: Puntius gonionotus untuk jenis tawes yang ditemukan di Indocina, dan P. javanicus untuk jenis yang hidup di Jawa[8][13]. Akan tetapi beberapa pakar ikan terkemuka, seperti Walter Rainboth dan juga Maurice Kottelat, sepakat untuk menganggap hanya satu spesies yang valid, dalam hal ini nama gonionotus yang memperoleh prioritas. Sementara Rainboth (1996) mengangkat Barbodes menjadi marga[14], Kottelat (1999) mengusulkan marga baru yang terpisah, Barbonymus, yang memuat tawes sebagai salah satu anggotanya[15].

Catatan kaki

  1. ^ Bleeker, P. (1849) 1850. Bijdrage tot de kennis der ichthyologische fauna van Midden- en Oost-Java, mit beschrijving van eenige nieuwe species. Verh. Bat. Gen. Kunst. Wetens. 23: 1-23.
  2. ^ a b c Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd. dan Proyek EMDI KMNKLH Jakarta. hal 44.
  3. ^ Welcomme, RL. 1988. FAO Fisheries Technical Paper No 294, 318 pp.
  4. ^ a b c Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1916. The Fishes of The Indo-Australian Archipelago III:197-198. E.J. Brill. Leiden.
  5. ^ a b c d e FishBase: Barbonymus gonionotus (Bleeker, 1849)
  6. ^ "National Aquaculture Sector Overview - Thailand". Food and Agriculture Organization of the United Nations. 
  7. ^ Women integrate fish and farming
  8. ^ a b Garibaldi, L.. 1996. List of Animal Species Used in Aquaculture. FAO Fisheries Circular No. 914 FIRI/C914
  9. ^ Fishing world records: Barbonymus gonionotus
  10. ^ Lap Pa Keng (Minced Raw Fish)
  11. ^ Pla som, or sour fish
  12. ^ Syandri, H. 2004. Penggunaan Ikan Nilem (Osteochilus haselti CV) dan Ikan Tawes (Puntius javanicus CV) Sebagai Agen Hayati Pembersih Perairan Danau Maninjau, Sumatera Barat. Jurnal Natur Indonesia 6 (2): 87-90.
  13. ^ DFID. 1998. The Development of Monosex Stocks in Puntius Species
  14. ^ Rainboth, W.J. 1996. Fishes of the Cambodian Mekong. FAO Species Identification Field Guide for Fishery Purposes
  15. ^ Kottelat, M. Nomenclature of the genera Barbodes, Cyclocheilichthys, Rasbora and Chonerhinos (Teleostei: Cyprinidae and Tetraodontidae), with comments on the definition of the first reviser. Raffles Bulletin of Zoology, 47(2): 591-600.

Pranala luar