Ciater, Subang

kecamatan di Kabupaten Subang, Jawa Barat
Revisi sejak 30 Desember 2013 15.30 oleh Kenrick95Bot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-di tahun +pada tahun))

Ciater adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ciater merupakan pemekaran Kec. Jalan Cagak.

Ciater
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenSubang
Pemerintahan
 • CamatOjat Najudin
Populasi
 • Total- jiwa
Kode Kemendagri32.13.29 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3213021 Edit nilai pada Wikidata
Luas- km²
Kepadatan- jiwa/km²
Desa/kelurahan-
Peta
PetaKoordinat: 6°42′48.73871″S 107°40′10.80980″E / 6.7135385306°S 107.6696693889°E / -6.7135385306; 107.6696693889

Geografi

Ciater terletak di daerah perbukitan, pada ketinggian 800 m dpl.

Batas

Utara Kecamatan Jalan Cagak
Timur Kecamatan Kasomalang
Selatan Kabupaten Bandung Barat
Barat Kecamatan Sagalaherang

Desa

Ciater terbagi atas 7 desa, yakni:

  1. Ciater
  2. Cibeusi
  3. Cibitung
  4. Cisaat
  5. Nagrak
  6. Palasari
  7. Sanca

Tempat terkenal

  • Pemandian Ciater
  • Sari Ater
  • Tanjakan Emen

Di Ciater, Subang terdapat turunan atau tanjakan Emen. Kata “Emen” menjadi legenda di kalangan supir atau warga sekitar. Diapit dua obyek wisata, yakni Tangkubanparahu dan pemandian Ciater yang masuk wilayah Kab. Subang.

Menurut cerita di kalangan warga, alkisah Emen dikenal supir pemberani. Emen mengemudikan oplet jurusan Bandung-Subang mengalami naas saat mengangkut ikan asin dari Ciroyom Bandung menuju Subang pada tahun 1964. Kendaraanya terbalik dan terbakar. Naas bagi Emen, dia terbakar hidup-hidup hingga tewas. Konon saat itu, Emen-lah dikenal satu-satunya sopir berani mengemudikan kendaraan di malam hari.

Kini petaka sering terjadi di tanjakan ini. Kejadian rem blong, bus tergelincir dan kendaraan terperosok kerap terjadi di jalur ini. Begitu juga menurut pengakuan warga, kejadian aneh-aneh seperti mogok disertai kesurupan sering dialami sopir atau penumpangnya. Anehnya, kendaraan yang mogok terjadi apabila seseorang yang melalui jalan itu bersikap sompral dan sombong.

Menurut kepercayaan warga, kejadian itu hilang begitu saja, kala sebatang rokok dinyalakan dan dilempar ke pinggir jalan sebagai simbol memberikan rokok kepada arwah Emen. Konon dulunya, Emen amat gandrung merokok saat mengemudi. Pangkal penyebab kecelakaan ini sebenarnya posisi turunan atau tanjakan Emen terbilang cukup ekstrim. Dengan kemiringan sekitar 45-50 derajat sepanjang kurang lebih 2-3 km ini jalan ini memiliki tikungan tajam memaksa supir piawai dan ekstra hati-hati memegang kemudi. Kini tanjakan Emen telah diperlebar. Dua jalur menanjak dan satu lajur menurun. Dua lajur menanjak memberi kesempatan bagi pengemudi berkonsentrasi menjaga laju kendaraannya saat mendaki. Sementara satu lajur menurun agar supir tetap berhati-hati menjaga keseimbangan gas dan rem sehingga mobil tetap terkendali.

Kini di sepanjang tanjakan ini sudah tidak sesunyi dulu. Selain ramai penjaja makanan, juga bengkel darurat pun tersedia, seperti servis kopling, rem, bensin atau tambal ban.