Bambang Soesatyo

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (2019-2024)
Revisi sejak 8 Januari 2014 04.00 oleh Bozky (bicara | kontrib) (clean up, replaced: karir → karier (2) using AWB)

H. Bambang Soesatyo SE, MBA (lahir 10 September 1962) adalah seorang pengusaha Indonesia dan kini menjadi anggota Komisi III DPR RI dari Partai Golkar. Bambang Soesatyo mewakili Jawa Tengah VII wilayah Banjarnegara, Purbalingga, Kebumen. Bambang Soesatyo adalah salah satu dari 9 orang anggota DPR RI yang membentuk Panitia Khusus Hak Angket Bank Century. Bambang Soesatyo dikenal kritis dalam menyampaikan pandangannya tentang Aliran Dana Lembaga Penjamin Simpanan pada Bank Century.

Bambang Soesatyo
Lahir10 September 1962 (umur 62)
Jakarta
Tempat tinggalIndonesia
KewarganegaraanIndonesia
PekerjaanPengusaha
Suami/istriLenny Sri Mulyani

Bambang Soesatyo kerap dinilai sebagai anomali dalam kehidupan politik Indonesia. Ia menjadi anomali yang menyempal karena memiliki dua hal yang langka di degilnya kehidupan politik Indonesia: konsistensi dan kesungguhan. Di sini, betapa mudah kita menemukan para politisi yang berubah sikap seiring berbaliknya arah angin. Akibatnya, alih-alih kita menemukan politisi yang konsisten, yang terlihat hanyalah para oportunis yang mencla-mencle. Jangan malah mendapatkan kesungguhan, yang berkerumun meminta suara kita tak menemukan politisi yang konsisten, yang terlihat hanyalah para oportunis yang bangga memelihara sifat setengah hati mereka.

Dengan begitu, Bambang Soesatyo tak pelak merupakan politisi langka dalam kehidupan politik Indonesia. Ia, melihat kesungguhannya selama ini membela nasib rakyat, adalah crème de la crème, benar-benar hasil seleksi. Sejarawan Arnold Toynbee punya satu kata yang pas untuk orang-orang seperti Bambang: the selected few, kalangan sedikit yang terseleksi.

Sejak menapak DPR dan dilantik pada 2009, Bambang mampu menemukan momentum untuk tak hanya mengartikulasikan suaranya, tetapi sangat memengaruhi kehidupan politik nasional selama lima tahun masa jabatannya. Sebagai inisiator dan (mantan) anggota Panitia Khusus Hak Angket Kasus Bank Century, Bambang telah menjalankan tugas dengan amanah: DPR sudah bersikap jelas, menyatakan *bailout *Bank Century adalah bentuk pelanggaran dan merekomendasikan agar kasus itu diselesaikan secara hukum. Konsistensi mendorong Bambang menulis *Skandal Gila Bank Century: Mengungkap yang Tak Terungkap, Skandal Keuangan Terbesar Pasca-Reformasi, *yang mengguncang politik negeri ini hingga dicetak dua kali pada 2010.

Di ulang tahun kedua termin kedua pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, tahun 2011, kesungguhan Bambang yang jauh dari sekadar politisi medioker membuatnya meluncurkan *Perang-perangan Melawan Korupsi: Upaya Pemberantasan Korupsi di Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. *Inilah bukti tekad kuatnya memenuhi tanggung jawab atas setiap langkahnya sebagai seorang wakil rakyat.

Di tahun 2012, Bambang yang menapak genap usia emasnya, 50 tahun—menandai ulang tahun ketiga masa pemerintahan SBY-Boediono dengan mempersembahkan karya tulis yang gres: *Republik Galau: Presiden Bimbang, Negara Terancam Gagal*.

Tak sekadar itu, Bambang konsisten menjadikan kebiasaan mencatat sebagai tradisi diri dan kesungguhannya untuk mendokumentasikan segala sesuatu sesegera mungkin. Hingga saat ini, ia tercatat dalam daftar yang dapat dihitung dengan jari sebelah tangan dalam jajaran politisi yang mampu menulis tiga buku dalam tiga tahun terakhir.

Panjangnya kiprah politik Bambang memungkinkan semua itu. Lahir di Jakarta, 10 September 1962, Bambang sudah aktif di Golkar sejak dekade 1980-an sebagai penggiat Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI) dan Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG). Pada 1997, ia sudah menjadi salah satu calon anggota DPR. Hingga pemilu-pemilu setelahnya, Bambang terus diajukan Golkar sebagai calon anggota DPR. Tapi baru pada Pemilu 2004 ia mendapat nomor topi. Bambang menjadi calon nomor 2, di bawah Priyo Budi Santoso. Pada 2009, dengan menyandang nomor urut 1, ia terpilih dari daerah pemilihan Jawa Tengah VII (Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen).

Di bawah kepemimpinan Ketua Umum Aburizal Bakrie, Bambang tergabung dalam skuad Partai Golkar 2009-2015 sebagai wakil bendahara umum. Selain di Partai Golkar, Bambang juga banyak bergiat di berbagai organisasi massa. Mantan Ketua DPP KNPI itu kini Bendahara Umum Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Pusat, Ketua Majelis Pengurus Nasional (MPN) Pemuda Pancasila dan pengurus teras PPK Kosgoro 1957 serta seabrek jabatan lain.

Menggeluti organisasi sejak muda, saat mahasiswa Bambang sempat menjadi Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa dan pengurus Senat Mahasiswa Universitas Jayabaya. Di luar kampus, dia adalah Wakil Sekjen PB HMI-MPO dan Ketua Umum Lembaga Mahasiswa Mapussy. Aktivitas kemahasiswaannya juga diwarnai oleh kegiatan pers kampus (IPMI). Tak mengherankan jika karier pertama Bambang berawal dari ranah jurnalistik. Ia menjadi wartawan harian *Prioritas* pada 1985. Sayang, koran yang didirikan Surya Paloh itu harus berhenti terbit karena dibreidel. Setelah itu, Bambang bekerja sebagai wartawan sekaligus sekretaris redaksi majalah *Vista*.

Pada 1990, bersama sejumlah tokoh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi): Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Fadel Muhammad, dan Adi P. Tahir, Bambang mendirikan majalah *Info Bisnis*. Ia menjabat direktur utama sekaligus pemimpin redaksi di sana. Selama beberapa tahun, majalah ini sanggup mewarnai dunia jurnalistik Indonesia. Di saat memimpin *Info Bisnis*, Bambang sangat produktif menulis buku. Bersama politisi Ridwan Saidi, ia menulis *Mahasiswa dan Lingkaran Politik* pada 1990. Setelah itu, ia menulis *Kelompok Cipayung, Pandangan dan Realita* (1991), *Hipmi, Gerakan dan Pemikiran* (1994), serta *Ekonomi Indonesia 2020* (1995).

Beberapa tahun pascakrisis Asia pada 1998, majalah *Info Bisnis *tak sanggup bertahan. Kegiatan menulis Bambang sempat jeda. Apalagi sebagian bisnisnya juga ikut diterpa krisis. Tapi karier jurnalistik Bambang tak lantas berhenti. Pada 2004, setelah Jusuf Kalla diangkat menjadi Ketua Umum Partai Golkar, pria yang selalu penuh elan vital itu dipercaya menjadi direktur sekaligus Pemimpin Redaksi *Suara Karya* hingga 2006.

Setelah itu, hasil kreativitasnya kembali mengalir bagai air bah. Karya tulis Bambang terserak dalam bentuk kolom dan opini di banyak media Tanah Air. Nyaris setiap pekan, minimal satu kolom ia menulis di media massa. Gebrakannya membongkar kasus *bailout *Bank Century membuat Bambang sibuk memenuhi undangan seminar dan diskusi. Namanya juga kian dikenal karena sering diminta menjadi narasumber di sejumlah stasiun televisi.

Pun di luar arena politik dan jurnalistik, pengurus Ikatan Keluarga Besar Alumni Lemhannas (IKAL) dan lulusan Lemhannas KSA XIII 2005 ini adalah pengusaha berhasil. Sebelum menjabat anggota DPR, ia adalah Direktur PT Kodeco Timber, salah satu pemegang konsesi lahan HPH/HTI, batu bara, dan bijih besi yang cukup luas di Kalimantan Selatan. Kodeco juga menguasai konsesi HPH/HTI seluas 700 ribu hektare di Membramo (Papua) serta aktif dalam bisnis pertambangan minyak dan gas di Sumatera Selatan. Kini, ia juga menjajaki bisnis perkapalan dan industri baja. Bambang pernah menjadi Direktur PT Siwani Makmur Tbk, selain tercatat memiliki saham di sejumlah perusahaan bersama sejumlah seniornya seperti Agung Laksono, Erwan Soekardja, dan Edward Soeryadjaya. Majalah *Globe Asia*, pada 2008 hingga 2011, menempatkannya dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia.

Aktivitas di dunia usaha sempat membuat penggemar Harley-Davidson ini aktif di Hipmi. Pada periode 2001-2005, Bambang menjadi Ketua BPP Hipmi. Selepas dari Hipmi, ia aktif di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, dan kini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2010-2015 dan Ketua Umum Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distribusi (Ardin) Indonesia periode 2009-2014.

Dengan seabrek pengalamannya, penyuka kemeja batik yang juga pengurus harian di Pengurus Besar Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (PB Perbakin) masa bakti 2010-2014 ini beberapa kali mendapat penghargaan. Pada 1995 ia memperoleh Adhi Karya Award. Setahun kemudian, diraihnya anugerah Top Eksekutif Indonesia Award. Bambang bersama anggota Tim Sembilan (inisiator hak angket kasus Bank Century) juga mendapat penghargaan dari Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) pimpinan Ismed Hasan Putro karena berhasil memenuhi hak publik untuk tahu (*right to know*) terkait penyelidikan skandal Bank Century.

Pada 13 Maret 2010, bersama sejumlah tokoh kenamaan seperti Purnomo Yusgiantoro (Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Bersatu II), Irjen Alex Bambang Riatmodjo (Kapolda Jateng kala itu), atlet peraih emas SEA Games Triyaningsih, musisi Didi Kempot, dan tokoh Jawa Tengah lainnya, Bambang beroleh anugerah PWI Jateng Award.

Bambang juga mendapat anugerah Newsmaker Award 2010 dari PWI Jakarta Raya (PWI Jaya) bersama Ketua Pansus Hak Angket Kasus Bank Century DPR, Idrus Marham. Pada Juli 2012, Bambang menerima penghargaan sebagai Pembayar Pajak Teladan 2011, dari Kakanwil Dirjen Pajak Jakarta Timur, di Jakarta.

Rekam jejak Bambang itu membuktikan dirinya bukanlah politisi karbitan. Ia bahkan bisa menjadi model yang baik bagi mereka yang ingin aktif di dunia politik: berpenampilan menarik dan mapan secara ekonomi, punya jaringan luas dari aktivitas selama belasan tahun, mampu mengartikulasikan gagasan dalam bentuk tulisan dan buku, piawai tampil di layar kaca dan panggung diskusi, rendah hati, bersahabat, serta mau mendengarkan masukan dari siapa saja.

Pendidikan

  • Universitas Jayabaya, Jakarta
  • Program MBA, IM Newport Indonesia
  • Lemhanas KSA XIII

Karya Tulis

  • Mahasiswa dan Lingkaran Politik (1990) bersama Ridwan Saidi,
  • Kelompok Cipayung, Pandangan dan Realita* (1991),
  • Hipmi, Gerakan dan Pemikiran* (1994),
  • Ekonomi Indonesia 2020* (1995).
  • Skandal Gila Bank Century: Mengungkap yang Tak Terungkap, Skandal Keuangan Terbesar Pasca-Reformasi, (2010).
  • Perang-perangan Melawan Korupsi: Upaya Pemberantasan Korupsi di Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2011)
  • Pilpres Abal-abal Republik Amburadul (2011), co-author bersama sejumlah penulis lain
  • Republik Galau: Presiden Bimbang, Negara Terancam Gagal* (2012).
  • Skandal Bank Century di Tikungan Terakhir Pemerintahan SBY-Boediono (2013)
  • Presiden dalam Pusaran Politik Sengkuni (2013)
  • 5 Kiat Praktis Menjadi Pengusaha Nomor 1 (2013)

Karier

  • Wartawan Harian Umum PRIORITAS (1985)
  • Sekretaris Redaktur Majalah VISTA (1987)
  • Pemimpin Redaksi Majalah INFO BISNIS (19910
  • Komisaris PT. Suara Irama Indah (1999)
  • Pemimpin Redaksi Harian Umum Suara Karya (2004)
  • Direktur PT. Suara Rakyat Membangun (Suara Karya) (2004)
  • Direktur Independen PT SIMA, Tbk (2006)
  • Direktur Kodeco Timber (2007)
  • Anggota DPR dari fraksi Golkar

Penghargaan

  • Adhi Karya Award (1995)
  • Top Eksekutif Indonesia (1996)
  • PWI News Maker Award (2010)
  • Anugrah Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) untuk Pemenuhan Hak Publik untuk Tahu (2010)
  • PWI Jateng Award (2010)
  • Pembayar Pajak Teladan 2011 dari Kakanwil Ditjen Pajak Jakarta Timur (2012)

Referensi