Tahir

Pengusaha Indonesia
Revisi sejak 20 Januari 2014 12.41 oleh Hariadhi (bicara | kontrib) (Hariadhi memindahkan halaman Prof Dr Tahir ke Tahir: tidak perlu gelar atau jabatan)

Biografi Prof Dr Tahir

Berkas:Prof Dr Tahir.jpg
Dr Tahir, CEO Mayapada Group, world class philantropist

Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir atau biasa akrab dipanggil Dr. Tahir (lahir di Surabaya 26 maret 1952) adalah seorang pengusaha sukses di Indonesia, investor, filantropis, sekaligus pendiri Mayapada Group, sebuah holding company yang memiliki beberapa unit usaha di Indonesia. Unit usahanya meliputi perbankan, media cetak dan TV berbayar, properti, rumah sakit dan rantai toko bebas pajak/duty free shopping (DFS)[1] . Dr. Tahir Kecil lahir di Surabaya pada tahun 1952 di sebuah lingkungan yang rata-rata warganya tergolong tidak mampu. Dia dibesarkan oleh seorang Ayah yang menghidupi keluarga dengan membuat becak, sementara ibunya turut membantu keluarga dengan mengecat becak yang dibuat ayahnya itu. Tahun 1971, dia menamatkan pendidikan menengah atas (SMA) di SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya.

Ketika lulus SMA Dr. Tahir pernah bercita-cita ingin menjadi seorang dokter namun tidak kesampaian. Cita-cita tersebut kandas karena pada suatu ketika, saat itu ayahnya mengalami sakit keras hingga tidak sanggup lagi membiayai keluarga. Rencana Tuhan mengubah jalan hidup yang telah dia rancang. Karena sakit yang diderita oleh ayahnya tersebut Tahir muda harus berhenti kuliah dan melanjutkan bisnis ayahnya di Surabaya.

Namun nasibnya cukup beruntung kemudian. Di umur 20 tahun, ia mendapat beasiswa di sekolah bisnis di Nanyang University, Singapura. Di negeri Singa itu, Tahir menempuh studi sembari tiap bulan mencari produk di Singapura untuk dijual di Surabaya. Dia membeli pakaian wanita dan sepeda dari pusat perbelanjaan di Singapura, menjualnya kembali ke Indonesia. Dari sinilah, ia mendapatkan idenya untuk kapitalisasi produk impor guna membantu biaya sekolahnya. Awal dari bisnis garmen yang kemudian serius dia geluti pula. Di umur 35 tahun, ia bersekolah kembali lalu menyelesaikan pendidikan keuangan di Golden Gates University.

Pengalaman dan keberaniannya dalam berbisnis pada akhirnya membawanya menjadi seorang pengusaha muda. Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan memiliki bisnis yang cukup beraneka ragam dan kesemuanya sukses. Dari garmen lambat laun Dr Tahir muda mulai berani memasuki bidang bisnis lain, dia masuki bidang keuangan. Diawali dari Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya merambat dari dealer mobil, garmen, perbankan, sampai di bidang kesehatan. Tahun 1990 Bank Mayapada lahir menjadi salah satu bisnis andalannya. Ketika itu, bisnis garmen Mayapada tidak lagi tumbuh, justru bisnis banknya maju pesat.

Saat krisis ekonomi 1998 menghantam negeri, banyak bank pemerintah maupun swasta yang ambruk. Namun di tengah situasi berbahaya seperti itu, Bank Mayapada tetap bertahan, malah masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta. Aktivitas perbankan Bank Mayapada tidak lumpuh karena ia tidak mengambil kredit dari bank asing sebesar bank-bank di Indonesia pada waktu itu. Bank Mayapada saat itu masih berfokus pada pengucuran kredit usaha kecil.

Bank Mayapada terus agresif ketika melihat dirinya sukses menghadapi krisis moneter. Dengan investasi asing seperti US, UAE, dan Singapura, banknya kini memiliki lebih dari 100 cabang di penjuru Indonesia. Di 2007, bank ini mendapatkan predikat bank umum terbaik nomor 2 selain bank milik negara. Penghargaan dikeluarkan oleh majalah InfoBank, majalah tentang bank paling berpengaruh. Selain perbankan, Mayapada Group masih melanjutkan ekspansinya[2] .

Bisnis di Berbagai Bidang

Kini Dr. Tahir tercatat sebagai orang terkaya ke-7 di Indonesia. Harta kekayaannya saat ini mencapai 2 miliar dollar US$ atau setara dengan 19 trilyun rupiah[3] . Dia dikenal sebagai pengusaha ulet dan cerdas krena semua bisinis yang dia pegang tidak ada yang gagal pada akhirnya. Dia cerdas dalam membaca situasi bisnis dan situasi bisnis di sekitarnya. Hal ini lah yang menjadi kunci kesuksesannya dalam berbisnis. Satu atau dua bisnis saja dia rasa tidak cukup untuk digelutinya dia memutuskan untuk membangun bisnis baru.

Setelah mendapatkan kesuksesan di bisnis garmen dan perbankan yang dia geluti akhirnya dia mulai melirik ke sektor rumah sakit yang dilanjutkan dengan toko bebas bea serta perusahaan media. Perusahaan media yang dia lakoni sudah memiliki lisensi Forbes Indonesia. Setelah mendapatkan kesuksesan dari bisnis-bisnis itu, dia mulai lagi menunjukkan kekuatan bisnisnya dengan menciptakan perusahan properti sebanyak sebelas perusahaan yang bertempat di Bali, Indonesia dan Singapura.

Dr. Tahir kemudian menjadi pengusaha yang cukup terkenal dan sukses menjalankan Grup Mayapada. Banyak orang melirik ke arahnya dan menjadikannya salah satu pengusaha yang patut untuk di contoh di Indonesia. Gerak geriknya lumayan mengundang perhatian orang karena dia selalu menunjukkan kesuksesan di setiap langkah bisnis yang dia lakukan. Dia selalu memperlihatkan semangat yang besar dalam melakoni setiap bisnis nya dan tidak pernah merasa takut untuk memulai usaha baru. Nampaknya itu lah yang menjadikannya sebagai pengusaha sukses. Dia tidak ragu dalam memilih usaha baru dan kemudian menjalankannya. Dengan banyaknya perusahaan yang dia miliki, dia mampu mempekerjakan ribuan pekerja dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Dia juga tidak pernah berhenti untuk beraksi dengan ide-ide bisnis nya yang cemerlang. Dari upaya bisnis nya itu lah saat ini dia menjadi orang yang kaya raya dan layak di perhitungkan di jajaran pebisnis di Indonesia.

Gemar Berderma untuk Bangun Indonesia

Dibalik semua keuntungan yang diperolehnya itu, Tahir masih memegang teguh pandangannya: bisnis adalah sebagai sarana menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Yang paling terlihat dari derma Tahir adalah usahanya mengembangkan wirausaha kecil dan menengah. Melalui bank Mayapada yang didirikannya, Tahir terus memompa semangat masyarakat untuk berwirausaha. Berkat kegigihannya ini, Tahir dianugerahi Doktor Kehormatan oleh Universitas 17 Agustus Surabaya.

Banyak orang bilang, masa kecil adalah masa yang paling membekas. Bagi konglomerat loyal ini, masa kecil paling membekas adalah perihal cita-citanya menjadi dokter. Meski tidak berbekal ijazah kedokteran, Tahir tetap memelihara keinginannya dengan membangun rumah sakit Mayapada yang berlokasi di Tangerang dan Jakarta Selatan. Melalui rumah sakit ini, Tahir memudahkan akses pelayanan kesehatan bagi anak dan orang tidak mampu. Bahkan pada peresmian rumah sakit Mayapada Jakarta Selatan, Tahir menggratiskan pengobatan jantung hingga mencapai seratus pasien[4] .

Rumah Sakit Mayapada yang berlokasi di Tangerang mempunyai fasilitas pendukung kelas wahid seperti pusat neurosains, kardiologi, gastrointestinal dan juga onkologi. Sedangkan baik RS yang berada di Tangerang maupun Lebak Bulus tetap menyediakan layanan gawat darurat, ambulans dan klinik minggu. Saat ini, RS Mayapada berada dalam tahap memperluas jangkauan layanan kesehatannya dengan membangun cabang ketiganya di Bali. Seiring bisnisnya yang semakin pesat, portofolio kedermawanannya juga bertambah. Puluhan juta dolar AS beberapa kali keluar dari kantongnya demi peningkatan layanan kesehatan keluarga dan pemberantasan penyakit seperti Malaria dan Polio. Selain itu, derma sosial Tahir juga diperluas pada pemberian beasiswa dan bantuan pengembangan pendidikan lain. Skala donasinya bukan hanya di tingkat nasional, melainkan juga regional dan global.

Ibukota Indonesia juga turut kecipratan donasi Tahir. Banjir besar yang melumpuhkan aktivitas masyarakat Jakata menggerakkan Tahir bersama bos Maspion Group Alim Markus dan bos Lippo Group sekaligus mertuanya Mochtar Riady untuk mendonasikan 7 miliar rupiah dalam bentuk pengadaan air bersih, buku dan juga seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir[5] .

Rangkul Bill Gates

Kabar teranyar dari aktifitas filantropi Tahir adalah keputusannya untuk bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan sosial milik miliader terkaya di dunia Bill Gates. Tepat pada Oktober 2013, Tahir menyumbangkan dana hingga US$ 75 juta kepada The Global Fund. Sumbangan itu untuk membantu yayasan tersebut menanggulangi melawan masalah TBC, HIV, dan malaria di Indonesia. 10 juta US$ dari dana tersebut juga digunakan untuk memperluas akses alat kontrasepsi[6] .

Tujuan Tahir merangkul Gates adalah sebagai strategi donasi. Gates melalui Bill & Melinda Gates Foundation mempunyai skema matching fund. Artinya setiap donasi yang dikeluarkan mitra dari yayasan amal Gates ini, akan dilipatgandakan dua kali lipat. Donasi US$ 75 juta itu akhirnya beranak menjadi US$ 150 juta.

"Ini merupakan contoh filantropi paling fenomenal baik bagi Indonesia maupun regional," kata Bill Gates kala itu di Abu Dhabi. "Indonesia telah berhasil meningkatkan angka kesehatan namun masih banyak hal yang harus diselesaikan."

Keputusan untuk mendermakan sebagian hartanya ke Global Fund melalui Tahir Foundation dianggap merupakan salah satu bentuk nyata kepeduliannya terhadap pembangunan kesejahteraan masyarakat dunia, khususnya Indonesia. Keputusan itu diakui oleh beliau sebagai investasi terbaiknya. Dalam artikel pribadi Dr. Tahir yang penulis temukan di kanal blog "The Big Push", sebuah portal blog rancangan Huffington Post dan The Global Fund (lihat:Huffington Post) Dr. Tahir mengatakan :

“Saya tidak menyesal karena dulu saya gagal menjadi dokter. Tapi memang, saya tahu bahwa saya telah sangat diberkati. Walaupun saya gagal menjadi dokter karena tidak memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan pendidikan, tetapi saya masih lebih beruntung dibandingkan dengan kondisi jutaan anak-anak lain di negara-negara berkembang di Afrika, Asia dan Pasifik Barat yang terpaksa masuk ke dalam lingkaran kemiskinan ekstrim ketika orangtua mereka sakit atau meninggal, dan jutaan lainnya menderita penyakit yang tidak dapat dicegahnya karena faktor lingkungan serta infrastruktur kesehetan yang kurang.
...Itulah mengapa saya telah memutuskan untuk menginvestasikan US $ 65 juta melalui Lembaga Donor Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Ketika Global Fund diciptakan satu dekade yang lalu, kejadian HIV meningkat di seluruh dunia, dan obat yang digunakan untuk mengobati virus masih mahal. Malaria membunuh satu juta orang setiap tahun, dengan kematian terkonsentrasi di antara wanita hamil dan anak-anak di bawah usia lima tahun. Lebih dari dua juta orang meninggal akibat TBC karena mereka tidak memiliki akses murah pengobatan murah kelas satu. Sejak itu, saya melihat Global Fund telah memainkan peran penting dalam penanggulangan penyebaran epidemi ini. Kini di seluruh dunia, kejadian HIV telah menurun sepertiga, dan biaya obat HIV telah menurun lebih dari 99 persen”[7]

Beragam Bakti untuk Pendidikan

Meski asyik berbisnis dan berkegiatan sosial, Tahir tidak kehilangan kecintaannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Gairah akademisnya ia pelihara dengan menerima tawaran University of California, Berkeley dan Universitas Pancasila sebagai Majelis Wali Amanat, organ pengawas perguruan tinggi. Sedangkan, hobi berbagi Tahir tidak luput diluapkan melalui donasi kepada National University of Singapore (NUS) sebesar seperempat triliun rupiah. Donasi itu ia baktikan pada kesinambungan riset pada lembaga pengembangan ilmu kedokteran di NUS[8] .

Pundi-pundinya seperti tak pernah tipis. Selain marak berderma untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat, Tahir menyadari pentingnya pendidikan anak bangsa untuk investasi masa depan. Sampai saat ini, ia sudah mengucurkan duit USD 3,27 juta dalam rangka pemberian beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu yang tersebar di sepuluh perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Untuk bantuan di pendidikan menengah se-nusantara, Tahir membeli 10.000 komputer jinjing (laptop) dengan total nilai USD 3 juta bagi lima bintang kelas teratas yang berasal dari keluarga tidak mampu.

Keinginan besar Tahir melihat naiknya kualitas sumber daya manusia juga dibuktikan dengan pemberian beasiswa bagi mahasiswa-mahasiswa Peking University dan Haas School of Business yang berasal dari Asia Pasifik. Bakti pendidikan ternyata tidak hanya bertumpu pada Tahir. Sang istri Rosy Riady menggagas sociopreneur, wirausaha yang berorientasi sosial dengan membuka outlet barang bekas di bilangan Jakarta Pusat. Outlet itu bernama h2h yang merupakan singkatan dari helping 2nd hand. Sesuai namanya, hasil penjualan barang didekasikan langsung bagi pemenuhan SPP siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Prestasi

Sejak muda Dr. Tahir telah memiliki prinsip dalam menjalani hidup dan membangun bisnisnya. Bagi Dr.Tahir berbisnis itu bukan hanya semata mencari materi, namun harus memiliki aspek sosial. Itulah mengapa cukup banyak aktivitas sosial yang dilakukan oleh Dr. Tahir baik di dalam maupun di luar negeri. Prinsip tersebut betul-betul diterapkan Dr. Tahir dalam menjalankan bisnisnya, Mayapada Group. Hidupnya saat ini juga hanya didedikasikan untuk memperhatikan kemajuan sejumlah bidang, seperti pendidikan, kesehatan dan olahraga di Indonesia. Oleh karena konsistensinya dalam memegang prinsip hidup tersebut ia pada akhirnya kerap mendapatkan penghargaan.

Pengharggaan yang pernah Dr. Tahir dapatkan antara lain: Pada tahun 2011 mendapatkan pengharggan Chancellor Citation dari chancellor University of California, Berkeley, Amerika Serikat (sebuah penghargaan dari chancellor University of California, Robert J. Birgeneau atas kepemimpinan yang luar biasa dalam bisnis dan pengabdiannya dalam kegiatan filantropi dan pelayanan kepada masyarakat), kedua, penghargaan Entrepreneur of the Year 2011 dari Ernst & Young, penghargaan di bidang pendidikan oleh Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew (2011), dan masih banyak lagi. Penghargaan dari chancellor University of California, Robert J. Birgeneau tersebut berhasil Dr. Tahir dapatkan juga karena pertimbangan bahwa Dr. Tahir ini tercatat sebagai orang Asia pertama yang menjadi anggota wali amanat University of California (UC) Berkeley, AS[9] .



Referensi

  1. ^ "Mayapada". Wikipedia. 
  2. ^ "Info Bank News". 
  3. ^ "Tahir Profile". Forbes Indonesia. 
  4. ^ "RS Mayapada Fasilitasi Operasi Jantung Gratis Bagi 100 Pasien". Beritasatu.com. Diakses tanggal 20 January 2014. 
  5. ^ Aziza, Kurnia Sari. "Mayapada Group Sambangi Jokowi Gelontorkan Bantuan". http://megapolitan.kompas.com/read/2013/01/25/23552066/Mayapada.Group.Sambangi.Jokowi.Gelontorkan.Bantuan.  Hapus pranala luar di parameter |newspaper= (bantuan)
  6. ^ "Tahir Contributes $65 Million to the Global Fund". The Global Fund. 
  7. ^ Tahir. "My Best Investment". http://www.huffingtonpost.com/dato-sri-tahir/my-best-investment_b_4337807.html.  Hapus pranala luar di parameter |newspaper= (bantuan);
  8. ^ Gooch, Liz (March 18 2012). "Indonesian Acts in 'Giving Back to Society'". The New York Times. Diakses tanggal 20 January 2014. 
  9. ^ "Tahir". Forbes Global CEO Conference. Diakses tanggal 20 January 2014. 

Pranala Luar