Baso, Agam

kecamatan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat

Baso adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia. Kecamatan ini menghubungi dua kota yaitu sekitar 10 km dari Kota Bukittinggi dan 15 km dari Kota Payakumbuh. Kecamatan Baso terdiri dari 5 kenagarian yaitu:

  1. Koto Baru III Jorong
  2. Koto Tinggi
  3. Padang Tarok
  4. Simarasok
  5. Tabek Panjang
  6. Salo
Baso
Berkas:Peta Baso.jpg
Peta lokasi Kecamatan Baso
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
KabupatenAgam
Pemerintahan
 • CamatBudi Prawira Negara
Populasi
 • Total33,016 jiwa (2.010) jiwa
Kode Kemendagri13.06.08 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS1307080 Edit nilai pada Wikidata
Luas70,3 km²

Sejarah

Nama Baso diambil dari salah satu nama jorong di Kecamatan Baso yaitu jorong Baso.

Geografi

Berkas:Batang Agam-40.jpg
Batang Agam

Kecamatan Baso berada di kaki Gunung Marapi dengan daerah yang berombak dan berbukit sampai dengan lereng yang sangat terjal. Kecamatan Baso berada pada ketinggian antara 725 hingga 1525 m diatas permukaan laut.

Tempratur udara di Kecamatan Baso adalah antara 20°C hingga 28°C. Kelembaban udara 88%, kecepatan angin antara 4 hingga 20 km/jam dan penyinaran matahari rata-rata 58%. Curah hujan daerah Kecamatan Baso adalah antara 3500 hingga 4000 mm/tahun tanpa bulan kering.

Kecamatan Baso dilalui oleh 3 batang air yaitu Batang Agam, Batang Jabua dan batang laia-laia. Kecamatan Baso yang berjarak 80 km dari ibukota Kabupaten Agam itu memiliki batas wilayah administrasi pemerintahan sebagai berikut:

Utara Kecamatan Kamang Magek dan Kabupaten Lima Puluh Kota
Selatan Kecamatan Canduang
Barat Kecamatan Tilatang Kamang dan Kecamatan Ampek Angkek
Timur Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota

Kependudukan

Etnis

Penduduk Kecamatan Baso sebagian besar berasal dari etnis Minangkabau. Etnis lain yang juga bermukim di sini adalah suku jawa.

Agama

Penduduk Kecamatan Baso adalah pemeluk agama islam yang memiliki 114 sarana ibadah yang terdiri dari 26 masjid, 28 mushalla dan 60 langgar.

Pemerintahan

Berkas:Kantor Camat BAso.jpg
Kantor Camat Baso

Masa Kolonial dan Awal Kemerdekaan

Pada masa kolonial Belanda Onderdistrick Baso merupakan bagian dari Districk Tilatang Kamang IV Angkat Canduang dimana Districk ini terdiri atas Onderdistrick Tilatang Kamang, Onderdistrick Ampek Angkek Canduang dan Onderdistrick Baso yang diperintah oleh seorang Demang yang berkedudukan di Biaro.

Pada jaman penjajahan Jepang, sekitar tahun 1943 bentuk Pemerintahan Ampek Angkek Canduang mengalamai perubahan dan diganti menjadi dua bagian, dimana Nagari Panampuang, Lambah, Balai Gurah, Lasi dan Bukik Batabuah serta Canduang Koto Laweh bergabung dengan 5 nagari di Wilayah Baso yaitu Bungo Koto Tuo, Koto Tinggi, Padang Tarok, Simarasok dan Tabek Panjang yang diperintah oleh Demang Muda yang berkedudukan di Baso. Sedangkan nagari-nagari lainnya di Pemerintahan Ampek Angkek Canduang bergabung dengan Daerah Kota Bukittinggi yang diberi nama Bukittinggi Shi III.

Pada bulan November 1947 Nagari Biaro Gadang, Ampang Gadang dan Batu Taba dipisahkan dari Kota Bukittinggi, kemudian bergabung dengan Kabupaten Agam yang menjadi bagian Pemerintahan Wilayah Baso.

Pada Agresi Militer II dimulai bulan Februari 1949, Pemerintahan Wilayah Baso dipimpin oleh Camat Militer Baso yang berkedudukan di Baso meliputi 5 Nagari di Wilayah Baso ditambah Nagari di sebelah Utara rel Kereta Api Pemerintahan Wilayah Ampek Angkek Canduang.

Selanjutnya dengan Ketetapan Bupati/Ketua Dewan Pemerintah Daerah Sementara Kabupaten Agam melalui Surat Keputusan Nomor 038/2-2/1950 tanggal 22 Juni 1950, Nagari di sebelah Utara rel Kereta Api Pemerintahan Wilayah Ampek Angkek Canduang diserahkan kepada Pemerintahan Ampek Angkek Canduang dan 5 Nagari di Pemerintahan Wilayah Baso yang Pemerintahannya dipimpinan oleh seorang Assisten Wedana yang berkedudukan di Baso.

Setelah Kemerdekaan

Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 05 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka pada tahun 1975 istilah Assisten Wedana diganti dengan Camat selaku Kepala Wilayah. Kantor Camat baso sendiri berada di Ampuah, yang secara administratif merupakan bagian dari Jorong Baso.

Pembagian Adminisratif

Sebelum tahun 1979, Kecamatan Baso mempunyai 5 Nagari yaitu Bungo Koto Tuo, Koto Tinggi, Padang Tarok, Simarasok dan Tabek Panjang.

Setelah diberlakukannya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa, sistem nagari dihilangkan. Jorong yang mempunyai penduduk lebih dari 1000 jiwa diganti statusnya menjadi desa. Sedangkan jorong yang mempunyai penduduk kurang dari 1000 jiwa maka disatukan dengan jorong lain hingga di Kecamtan Baso mempunyai 17 Desa yang dipimpin olek Kepala Desa.

Pada masa otonomi daerah berlaku, pemerintahan nagari kembali digunakan. Hingga kecamatan Baso kembali mempunyai 5 nagari dan 23 jorong. Pada awal otonomi daerah tersebut nagari Bungo Koto Tuo dimekarkan menjadi 2 nagari yaitu nagari Koto Baru dan nagari Salo sehingga kecamatan Baso kini mempunyai 6 nagari dan 27 jorong.

Kesehatan

Pelayanan kesehatan di kecamatan Baso telah memadai, yang mana di kecamatan Baso telah terdapat 2 puskesmas, 8 puskesmas pembantu, 3 puskesmas keliling dan 64 posyandu.

Pendidikan

Berkas:SMAN 1 Baso.jpg
SMA Negeri 1 Baso

Kecamatan Baso dulunya merupakan salah satu wilayah pendidikan di Sumatera Barat dimana diawal tahun 1960 salah satu kampus Universitas Andalas dibangun di Ampuah. Namun sayang, kampus tersebut porakporanda saat periode PRRI.Sisa bangunan kampus Unand tersebut sekarang adalah bangunan dari SMP Negeri 1 Baso dan SMA Negeri 1 Baso. Sarana pendidikan di Kecamatan Baso telah tersedia pada tingkat pendidikan TK/sederajat hingga Perguruan Tinggi.

Salah satu dari 20 kampus IPDN se Indonesia terdapat di kecamatan ini, tepatnya di Sungai Cubadak dan di Sungai Sariak .

Pendidikan formal TK atau RA negeri dan swasta [sekolah dasar|SD]] atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA atauMA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 20 28 6 2 1 1
Data sekolah di Kecamatan Baso
Sumber: Profil Kecamatan Baso

Perhubungan

Kecamatan Baso memiliki 121,7 km jalan terdiri dari 9,7 jalan negara, 7 km jalan propinsi dan 55 km adalah jalan kabupaten. Sisanya adalah jalan desa.

Selain itu, kecamatan baso mempunyai transportasi angkutan umum yang sangat memadai. Ada beberapa rute yang dilalui oleh beberapa angkutan umum di Kecamatan Baso. Yang mana rute tersebut menghubungkan beberapa lokasi maupun tempat wisata di Kecamatan Baso dengan Kota Bukittinggi ataupun Pasar Baso yang menjadi sentral ekonomi masyarakat Kecamatan Baso.

No Nama PO Alamat PO Rute
1 Trayek 01.01 Sungai Janiah Sungai Janiah - Bukittinggi
2 Trayek 01.02 Simarasok Simarasok - Bukittinggi
3 Trayek 01.03 Sungai Angek Sungai Angek - Bukittinggi
4 Trayek 01.04 Salo Salo - Bukittinggi
5 Trayek 01.05 Padang Tarok Titih - Bukittinggi
6 Trayek 01.06 Ujuang Guguak Ujuang guguak - Bukittinggi
7 Trayek 01.07 Pincuran Puti Labuang Baru - Bukittinggi
8 Trayek 01.08 Simpang Koto Baru Koto Baru - Bukittinggi
9 Trayek 01.09 Pincuran Puti Tampuak Cubadak - Bukittinggi

Pariwisata

Berkas:Sungai Janiah.jpg
Objek wisata Ikan Sakti Sungai Janiah

Di kecamatan Baso terdapat beberapa tempat wisata seperti Ngalau Baso, Ngalau Simarasok dan yang terkenal adalah Ikan Sakti Sungai Janiah.

Perekonomian

Berkas:Pasar-baso.jpg
Pasa Baso

Di Kecamatan Baso terdapat sebuah pasar serikat yang didirikan pada masa Kolonial Belanda yang bernama Pasa Baso yang beroperasi setiap hari Senin,Kamis dan Sabtu. Pasar ini merupakan pasar terbesar di Kabupaten Agam. Selain Pasa Baso terdapat pula pasar serikat di Nagari Padang Tarok, dan pasar nagari di Nagari Koto Tinggi dan di Nagari Koto Baru.

Prestasi Daerah

Kecamatan Baso telah memiliki banyak prestasi di tingkat Propinsi Sumatera Barat maupun tingkat Nasional. Salah satunya, Nagari Tabek Panjang yang meraih 8 besar tingkat Nasional perlombaan Desa oleh Menteri Dalam Negeri tahun 2007 dan Nagari Simarasok yang juga meraih peringkat pertama Lomba Desa se Indonesia oleh Menteri Dalam Negeri tahun 2011.

Pranala luar