Jinzhi (ritual)

Revisi sejak 25 Maret 2014 19.48 oleh OrophinBot (bicara | kontrib) (Bot: Mengganti kategori Budaya Cina dengan Budaya Tionghoa)

Jinzhi (Hanzi=金紙;sederhana=金纸;hanyu pinyin=jīnzhǐ;Hokkien= kimcoa;harafiah=kertas emas) juga dikenal sebagai uang arwah (uang orang mati) merupakan lembaran-lembaran kertas yang dijadikan persembahan bakaran dalam agama tradisional China, juga penghormatan kepada leluhur yang dilakukan saat libur atau waktu tertentu. Jinzhi dan persembahan berupa kerajinan kertas lainnya juga dibakar pada saat ritual pemakaman supaya roh orang yang meninggal tidak berkekurangan di akhirat.

Jinzhi (金紙) tradisional yang dijual di toko

Uang arwah yang diberi cap perak disebut yinsizhi (Hanzi=陰司紙;hanyu pinyin=yīnsīzhǐ), zhiqian (紙錢;zhǐqián), atau ming bi (sederhana=冥币;tradisional=冥幣;hanyu pinyin=míng bì;harafiah=uang gelap). Perbedaan penggunaan uang emas dan uang perak adalah: uang emas digunakan sebagai persembahan untuk para dewa, sementara uang perak digunakan sebagai persembahan untuk arwah leluhur.

Tradisional

 
Uang arwah yang terbuat dari lembaran emas, tertanggal dari zaman Dinasti Jin 265-420 M

Uang arwah secara tradisional terbuat dari kertas bambu yang kasar atau kertas merang. Kertas dipotong berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar. Tergantung dari daerhanya, kertas arwah juga didekorasi dengan cap atau berbagai motif lainnya.

Berbagai jenis uang arwah diperuntukkan sebagai persembahan kepada roh yang berbeda pula.[1][2][3][4] Tiga tipe utama dari uang arwah adalah uang tunai (atau disebut tembaga), perak, dan emas. Uang tunai dipersembahkan kepada orang yang baru meninggal atau roh-roh yang tidak diketahui asalnya. Uang emas (jin) dipersembahkan kepada orang mati dan dewa-dewa tinggi seperti Kaisar Giok. Uang perak (yin) hanya diperuntukkan untuk arwah para leluhur dan juga dewata lokal. Perbedaan penggunaan tersebut harus benar-benar diperhatikan untuk menghindari kebingungan atau gangguan dari roh-roh.

Zaman Sekarang

Berbagai variasi uang arwah yang dimodel zaman mordern (atau variasi gaya barat) antara lain berupa Nota Bank Akhirat, kartu kredit, cek, serta berbagai kesenian kertas (紙紮) zhǐzhā (pakaian, rumah-rumahan, mobil-mobilan, perlengkapan sehari-hari, dan pembantu). Desain kesenian kertas tersebut bervariasi, dari yang sederhana hingga mendetail. Dalam sebagian kepercayaan, nota bank akhirat dipersembahkan kepada Raja Akhirat Yan Luo Wang (Yama) untuk mempersingkat masa penahanan atau untuk menebus hukuman, atau digunakan oleh arwah itu sendiri untuk mencukupi kebutuhannya di akhirat.

Nota Bank Akhirat merupakan bentuk modern dari uang arwah. Istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Hell Bank Note. Penggunaan istilah hell atau neraka diperkirakan berasal dari:

  1. Kotbah misionaris Kristen yang mengatakan kapada masyarakat China bahwa umat non-kristen akan pergi ke neraka setelah meninggal.
  2. Terjemahan kata neraka yang merujuk konsep tradisional China mengenai pengadilan akhirat, yang menurut kosmologi Taoisme dianggap merupakan penentu kemana jiwa akan dikirm berdasarkan tindakannya selama hidup.

Uang Neraka terkenal dengan nilai nominalnya yang luar biasa, berkisar antara $10,000 hingga $5,000,000,000. Nota tersebut biasanya diberi gambar wajah Kaisar Giok di sisi depan dan pengurus Bank Akhirat di belakang. Tampilan yang umum lainnya adalah gambar Kaisar Giok dan Raja Neraka bersama-sama.

Pada tahun 2006, sebagai respon atas pembakaran "barang persembahan yang mengotor-ngotori", menurut Dou Yupei (Wakil Menteri China urusan masyarakat), menteri bermaksud melarang setidaknya bentuk yang lebih ekstrim lagi dari uang arwah.[5]

Penggunaan

 
Uang perak sedang dilipat sebelum dibakar

Uang arwah selalu digunakan untuk menghormati mereka yang telah meninggal, tetapi juga digunakan untuk tujuan lain seperti hadiah dari keluarga mempelai pria bagi arwah leluhur mempelai wanita. Uang arwah dikatakan memiliki tujuan supaya anggota keluarga yang telah meninggal dapat membeli apapun yang mereka inginkan di akhirat. Juga disebutkan uang arwah digunakan untuk memberi tebusan kepada Raja Neraka supaya arwah leluhur dapat segera dibebaskan.

 
Seorang wanita membakar uang arwah di depan rumahnya di Hanoi setelah mempersembahkan makanan kepada para leluhurnya

Penghormatan leluhur didasari atas kepercayaan bahwa roh leluhur akan tetap tinggal di dunia dan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi peruntungan dan nasib yang masih hidup. Tujuan pemujaan leluhur adalah supaya para leluhur melindungi keturunannya, serta memberikan pertolongan saat diminta. Ritual pemujaannya meliputi persembahan barang-barang yang mereka butuhkan di akhirat, termasuk membakar uang arwah yang akan digunakan arwah leluhur untuk membeli kebutuhan mereka di akhirat.

 
Uang arwah telah dilipat dan siap dibakar sebagai persembahan

Kuil-kuil memiliki tempat pembakaran yang besar di bagian luar gerbang utamanya untuk membakar kertas arwah. Sebelum dibakar, uang kertas harus dilipat (atau dibentuk batangan) terlebih (atau dibentuk batangan) dahulu sebagai lambang untuk membedakannya dari uang asli. Sebagian besar masyarakat tidak memiliki cukup kekayaan untuk membakar uang asli, selain itu membakar uang asli juga dianggap sial bagi masyarakat asia. Uang arwah juga dilipat dalam bentuk tertentu (misalnya berbentuk teratai atau pagoda) sebagai lambang mendatangkan keberuntungan. Selain dibakar, uang arwah juga disebarkan hingga terbawa angin atau diletakkan dalam peti mati saat upacara pemakaman.

Para dewa juga diberi persembahan uang arwah berdasarkan tingkatan status mereka. Masyarakat yang tinggal pada wilayah berbeda juga memiliki perbedaan dalam menentukan jenis kertas arwah yang mereka gunakan. Misalnya masyarakat Kanton lebih menyukai Nota Bank Akhirat, tetapi masyarakat Taiwan dan Makau lebih menyukai uang emas.

Taoisme dapat menerima praktik membakar uang arwah kepada dewa dan leluhur. Namun dalam Buddhisme, terutama aliran Tanah Suci, biasanya kebiasaan tersebut tidak dianjurkan, karena menurut mereka arwah para leluhur tidak akan menggunakan persembahan itu di alam manapun mereka dilahirkan.

Lihat Juga

Catatan Kaki

Referensi

  • Adler, J. (2002). Chinese Religious Traditions. London: Laurence King Publishing, Ltd.
  • Asian Joss Paper: Rubber Trouble. Retrieved October 23, 2008 from http://rubbertrouble.com/joss.php
  • Burning of Joss Paper. Retrieved October 23, 2008 from http://app.nea.gov.sg/cms/htdocs/article.asp?pid=720
  • Feuchtwang, S. (2001). Popular Religion in China. Surrey: Curzon Press.
  • Gates, H. (1987, July). Money for the Gods. Modern China, 13(3), 259-277. Retrieved from JSTOR database.
  • Hell bank notes - Library - Collection - Studio - Collectors Software. Retrieved October 23, 2008 from [1]
  • Joss Paper. Retrieved October 24, 2008 from http://www.nationsonline.org/oneworld/Chinese_Customs/joss_paper.htm
  • Seaman, G. (1982 Fall). Spirit Money: An Interpretation. Journal of Chinese Religions.
  • Thompson, L. (1989). Chinese Religion. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.