Jamaah Ansharut Tauhid

Organisasi Teroris Mengatasnamakan Islam
Revisi sejak 2 April 2014 12.47 oleh Abdullah Al-Khilafah (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Jamaah Ansharut Tauhid''' (Motto: ''Hanya kepada Allah kami mengabdi'') adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia. Didirikan oleh Abu Bakar Baasyir....')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Jamaah Ansharut Tauhid (Motto: Hanya kepada Allah kami mengabdi) adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia. Didirikan oleh Abu Bakar Baasyir.

Latar Belakang

Alhamdulillahi Robbil ‘alamin

Wa Sholatu was Salamu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ’ala alihi wa ashabihi wa tabi’in wa tabi’ut tabi’in wa man tabi’ahum bi ihsaanin ila yaumi diin.

Kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya dan memohon ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Alloh daripada kejahatan diri kami dan dari buruknya perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh maka tidak akan ada yang dapat menyesatkannya namun barangsiapa yang disesatkanNya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk.

Kami bersaksi tiada Dzat yang patut disembah dengan haqq kecuali Alloh dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu adalah utusan Alloh.

“Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Alloh dan RasulNya serta orang – orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu. Dan kamu akan dikembalikan kepada Alloh yang maha mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, selalu akan diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kami kerjakan.” (QS. At Taubah (9):105).

“Dan masing – masing orang akan memperoleh derajat – derajat ( seimbang ) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Rabbmu tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al An’am (6):132).

“Katakanlah : “Tiap – tiap orang berbuat menurut keadaannya masing – masing. Maka Rabb-mu yang lebih mengetahui siapanyang lebih benar jalannya.” (QS. Al Israa (17):84).

“Maka apabila telah selesai (dari satu urusan), kerjakanlah dengan sungguh – sungguh (urusan) yang lain . Dan hanya kepada Rabb-mu hendaknya kamu berharap.” (QS. Al Insyirah. (94) : 7 – 8).

Syahdan, Nabi dan Rasul terakhir telah diutus Alloh Subhanahu wa Ta’ala empat belas abad tiga puluh tahun yang silam. Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu yang pertama, “ Iqro’....!” pada usia 40 tahun ditengah kesunyi-senyapan Gua Hiro, malaikat Jibril ‘alaihis sallam kemudian secara bertahap dan terus menerus menyampaikan Al Qur’an selama 23 tahun kepada Muhammad SAW. Dengan didukung oleh kedermawanan dan loyalitas yang utuh dari Khadijah Al Kubro rodhiyallohu ‘anha serta istri-istri beliau lainnya, juga kesetiaan Fatimah Az Zahra rodhiyallohu ‘anha sang putri tercinta, kerabat yang mengimani ajarannya, para Shahabat yang telah berbai’at kepadanya untuk setia hingga akhir hayat, dari kalangan Ash Shabiqunal Awalun minal Muhajirin wal Anshor, semuanya itu pada gilirannya menjadi sebab turunnya pertolongan Alloh Azza wa Jalla sehingga Risalah Islamiyyah tegak secara sempurna di muka bumi.

Sampai waktu yang ditentukan Alloh Azza wa Jalla, kemudian kaum muslimin merasakan kenyataan pahit dan menyedihkan saat ini. Sebagaimana terlihat, Kaum Muslimin menyandang berbagai keterbelakangan di segala bidang kehidupan. Umat Islam terkotak – kotak dalam kamar-kamar kebangsaan (nasionalisme) dan ideologi asing lainnya bahkan kehidupan mareka diatur oleh hukum – hukum thaghut. Mereka tidak boleh bertahkim kepada Syari’at Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam, melainkan hanya pada hal – hal yang bersifat pribadi atau perdata seperti: munakahat , faraidh dan semacamnya. Itupun dengan melalui perjuangan yang sangat tidak mudah, contoh kasus adalah bagaimana sulitnya kaum Muslimah yang hendak kembali kepada aturan Al Qur’an mengenai Jilbab dan Hijab. Bahkan kasus terbaru di Turki yang merupakan negara dimana Khilafah Utsmani pernah tegak, seorang politisi Muslimah akan dianggap melakukan tindakan subversif jika ia tetap mengenakan jilbab ketika ia masuk parlemen.

Jadi marilah kita buka mata kepala dan mata hati kita lebar-lebar, sebagaimana yang difirmankan Alloh Jalla wa ‘Alaa, bahwa musuh – musuh Islam tidak akan pernah merasa cukup hanya dengan hanya menghancurkan fikrah dan aqidah ummat Islam namun serangan keji dan pembunuhan massal yang bengis juga akan terus mereka lancarkan kepada Ummat Islam dimana saja. Maka kesadaran untuk bergerak melakukan perubahan sangat terkait dengan kepahaman Diinul Islam yang dipadukan dengan kesadaran realita hari ini dan idealisme masa depan yang dibangun dari kesadaran sejarah masa lalu.