Muntaha Al-Hafizh

ulama Indonesia
Revisi sejak 3 April 2014 19.03 oleh BP79Pandu (bicara | kontrib) (+isi)

Kiai Haji Muntaha Al-Hafizh (lahir 9 Juli 1912, di Desa Kalibeber, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah - meninggal 29 Desember 2004 di Semarang pada umur 94 tahun) adalah ulama Indonesia yang terkenal dengan julukan Pecinta Al-Qur'an Sepanjang Hayat.[1] Karena hampir seluruh hidupnya ia habiskan untuk mendalami dan menyebarkan ajaran al-Qur'an.[1] Ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Asy'ariyah Kalibeber Wonosobo.[2] Melalui pesantren asuhannya, telah terbit sebuah tafsir al-Qur'an tematik (maudhu'i) yang telah memberi sumbangsih terhadap perkembangan kajian ulumul Qur'an (Ilmu-ilmu al-Qur'an) pada khususnya.[3] Gagasannya yang paling monumental adalah membuat mushaf al-Qur'an akbar (al-Qur'an raksasa) setinggi dua meter, dengan lebar tiga meter dan berat lebih dari satu kuintal.[4] Al-Qur'an raksasa tersebut pada saat itu sempat diusulkan untuk masuk Guinnes Book of Record.[4] Banyak dari petinggi negara yang menyempatkan sowan (berkunjung) kepada Kiai Muntaha, di antaranya adalah K.H. Abdurrahman Wahid, Wiranto, dan Akbar Tanjung.[2]

Asal-usul dan pendidikan

Kiai Muntaha adalah putra ketiga dari pasangan K.H. Asy'ari dan Ny. Safinah.[1] Ia memiliki dua kakak, yaitu Mustaqim dan Murtadho.[1] Lahir dari keluarga pesantren, Kiai Muntaha memperoleh pendidikan membaca al-Qur'an dan ilmu-ilmu keislaman langsung dari kedua orang tuanya.[1] Selanjutnya, ia melanjutkan perjalanan untuk mencari ilmu dari pesantren satu ke pesantren yang lain.[1] Dalam perjalanannya tersebut, Kiai Muntaha selalu menempuhnya dengan cara berjalan kaki.[1] Di setiap melakukan perjalan menuju pesantren selanjutnya, Kiai Muntaha menggunakan waktu istirahatnya untuk mengkhatamkan (menyelesaikan bacaan) al-Qur'an.[1] Di antara pesantren yang pernah ia singgahi yakni Pesantren Kaliwungu, Pesantren Krapyak, dan Pesantren Termas.[1] Setelah melakukan perjalanan dari berbagai pesantren, pada tahun 1950 Kiai Muntaha pulang ke Kalibeber untuk melanjutkan kepemimpinan ayahnya (K.H. Asy'ari) untuk mengembangkan Pondok Pesantren Al-Asy'ariyyah di desa kelahirannya.[1]

Pemikiran

Bidang pendidikan

Kiai Muntaha berhasil mengembangkan ide di dunia pendidikan di bawah naungan Yayasan Al-Asy'ariyah.[5] Yayasan tersebut menaungi beberapa jenjang pendidikan, yakni: Taman Kanak-kanak (TK) Hj. Maryam, Madrasah Diniyah Wustho (Pendidikan Islam tingkat menengah), 'Ulya (Tingkat atas) dan Madrasah Salafiyah (Pendidikan Islam yang mengkaji kitab klasik) Al-Asy`ariyyah, SMP dan SMU Takhassus (khusus) Al-Qur'an, SMK Takhassus Al-Qur`an, serta Universitas Sains Al-Qur`an (UNSIQ).[5] Khusus Perguruan Tinggi UNSIQ berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Ilmu-Ilmu Al-Qur'an (YPIIQ).[5] Sebelumnya, YPIIQ telah membangun Institut Islam Al-Qur'an (IIQ) pada tahun 1988 yang dipimpin langsung oleh Kiai Muntaha sebagai rektor, sebelum akhirnya berubah menjadi Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) melalui Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional RI Nomor: 87/D/0/2001 pada bulan Juni 2001.[2][6]

Bidang dakwah dan sosial

Di Pondok Pesntren Al-Asy'ariyah, Kiai Muntaha mendirikan Korps Dakwah Santri (KODASA) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas santri dalam bidang dakwah (menyiarkan agama Islam).[5] KODASA juga mengabdikan diri kepada masyarakat dalam rangka peduli terhadap kondisi sebenarnya yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya di bidang sosial keagamaan.[5] Di antara aktivitas KODASA meliputi: Bacaan shalawat (pujian terhadap Nabi), Qira'atul Qur'an (membaca al-Qur'an), khitobah (ceramah) dengan menggunakan empat bahasa: bahasa Arab, Inggris, Indonesia, dan bahasa Jawa, serta ada juga qosidah dan rebana yang merupakan kesenian Islam.[5] Dalam bidang sosial, Kiai Muntaha juga merintis berdirinya Pusat Pengembangan Masyarakat (PPM) bersama dengan K.H. MA. Sahal Mahfudz dan Adi Sasono.[5]

Bidang kesehatan

Ide dan pemikiran Kiai Muntaha dalam hal kesehatan ia wujudkan dengan mendirikan Pendidikan Akademi Keperawatan (AKPER) yang berada di wilayah Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosbo, Jawa Tengah, atau yang lebih dikenal dengan sebutan AKPER UNSIQ.[5] Selain itu, Kiai Muntaha juga mendirikan balai pengobatan yang ia beri nama Poliklinik Maryam.[5] Poliklinik ini tidak hanya terbatas melayani para santri dan mahasiswa, namun terbuka untuk masyarakat umum.[5] Sebelumnya, pada tahun 1986 Kiai Muntaha juga telah merintis dan mendirikan Balai Kesehatan di Tieng, Kejajar, yang kemudian disusul dengan pendirian Rumah Sakit Islam (RSI) di Mendolo, kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.[5][7]

Bidang pemikiran Islam

Kiai Muntaha ikut memberi sumbangan dalam pemikiran Islam dengan membentuk "Tim Sembilan" yang terdiri dari Kiai-kiai muda dari Pondok Pesantren Al-Asy'ariyah, yang bertujuan untuk menyusun Tafsir Al-Maudhu'i (tematik) dalam bahasa Indonesia.[3][5] Kitab tafsir ini terdiri dari sembilan jilid, dengan tema-tema sebagai berikut: Agama-agama (Adyan), Akidah (Al-Aqidah), Akhlak (Al-Akhlaq), Ibadah (Al-Ibadah), Sistem Kemasyarakatan (An-Nizam al-Ijtima'i), Jinayah (Al-Jinayah), Politik dan Tata Negara (As-Siyasah wa an-Nizham ad-Dauli), Ekonomi (Al-Iqtishadi), Kisah-kisah (Al-Qashash).[3]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j www.sarkub.com: KH. Muntaha Al-Hafizh, Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat. Diakses 2 April 2014
  2. ^ a b c Samsul Munir Amin (2008). Karomah Para Kiai. Pustaka Pesantren. ISBN 979-8452-49-6.  Halaman 22-28.
  3. ^ a b c Tim Sembilan (2004). Tafsir Maudhu'i al-Muntaha. Pustaka Pesantren. ISBN 979-3381-62-0.  Halaman vi.
  4. ^ a b www.fimadani.com: KH Muntaha, Pecinta Al-Quran Sepanjang Hayat. Diakses 2 April 2014
  5. ^ a b c d e f g h i j k l www.nu.or.id: Belajar dari KH Muntaha Al-Hafizh. Diakses 3 April 2014
  6. ^ www.unsiq.oom: Sejarah Berdirinya UNSIQ. Diakses 3 April 2014
  7. ^ littlemed.com: RS Islam Wonosobo. Diakses 4 April 2014