Marcus Tullius Cicero (3 Januari 106 SM7 Desember 43 SM) adalah orator dan negarawan Romawi kuno yang umumnya dianggap sebagai ahli pidato Latin dan ahli gaya prosa.

Cicero ketika berumur lebih kurang 60 tahun, daripada patung marmar purba
Marcus Tullius Cicero


Cicero tidak pernah mengklaim sesuatu yang khas dalam filsafat, tidak ada orang Romawi, kecuali Varro yang sekiranya adalah orang terbaik yang menuliskan tentang Cicero. Sebagai orang muda, Cicero langsung mendekatkan diri dengan aliran filsafat besar, Stoa, Epikuros, dan para filsuf dari Akademia.[1] Cicero mampu mengkombinasikan ambisi filsafat retorik gaya Romawi kepada gaya Yunani.[1] Cicero kemudian belajar sembari melakukan banyak sekali aktivitas politik, hingga pada tahun 45BC pada usianya 60 tahun, dan akhirnya filsafatnya benar-benar mencapai keluasan.[1] Dalam kondisi politik yang karut marut dan membuat setiap orang menderita, yaitu ketika perang sipil terjadi, bahkan Cicero kehilangan saudari tercintanya, Tullia, Cicero mencurahkan seluruh energinya demi penghiburan atas duka dalam aktivitas menulis secara radikal (ledakan besar).[1] Banyak karya yang ia rampungkan selama dua tahun saja.[1]

  • The Academia
  • De De Fibinus
  • The De Tusculan Disputations
  • The De Natura Deorum
  • the De Divinatione
  • the De Fato,
  • the De Officiis
  • the De Amicitia


Secara personal, Cicero adalah orang yang sangat cerdas dalam bernalar, bahkan mampu memakai peristiwa-peristiwa dalam hidupnya sebagai pemacu karya-karya filsafatnya.[1] Bukan hanya alasan personal yang membuat ia merampungkan sejumlah karya, namun kutipan dari De Natura berikut mewakili keprihatinannya[1],

Agaknya aneh, memberitakan kondisi bangsa Yunani ke dalam bahasa Romawi, negara yang menjajah Yunani kala itu.[1] Namun cara ini agaknya tepat, bahwa nilai-nilai filsafat Yunani harus digelorakan kepada bangsa yang menjajahnya, supaya jika sebuah bangsa kalah dalam peperangan fisik, ia akan menang dalam perang budaya.[1] Setidaknya tampak, bahwa nilai-nilai pendidikan, atau keadilan dapat diwarisi oleh masyarakat kala itu.[1]

Kematian Cicero

Pada 7 Desember 43 SM, Cicero dibunuh.[2]

Refrensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k (Inggris)A.A Long., Hellenistic Philosophy,Los Angeles: University of California Press, 1974, Hal. 109, Hal, 229-231
  2. ^ (Inggris) "Cicero" (html). Diakses tanggal 2012-09-9. 

Pranala luar

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link FA