Cicero
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP21Danang (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 29 April 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 6 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP21Danang (Kontrib • Log) 3721 hari 1077 menit lalu. |
Riwayat Hidup Cicero
Marcus Tullius Ciceroadalah filsuf, orator dan negarawan Romawi kuno yang umumnya dianggap sebagai ahli pidato Latin dan ahli gaya prosa.[1] Cicero lahir pada 3 Januari 106 SM di Aprium, sebuah kota sekitar tujuh puluh mil sebelah tenggara Roma [1] – dan mati pada 7 Desember 43 SM) karena dibunuh.[2] Cicero merupakan tokoh besar mazhab Filsafat Stoa yang mulai populer pada Abad 4SM sampai abad 2M.[3] Selain itu, ia juga dianggap dekat dengan aliran Platonisme dan Epikueanisme.[1]
Ayah Cicero adalah tuan tanah, hal ini memungkinkan dia mengakses pendidikan di [Roma]], di bawah bimbingan L. Licinius Crassus (konsul 95SM), salah satu orator terbaik kala itu.[1] Ia juga belajar hukum dan politik, dan dari pendampingan sepupunya, Q. Mucius Ascaevola, sang Pontigiex (konsul 117SM), Cicero tumbuh menjadi seorang yang menaruh hormat kepada konservatisme moderat dalam politik.[1] Ia belajar filsafat Stoa dari Posidonius di Rhodes, dan dari Akademik, Antiochus dari Ascalon di Athena.[1]
Cicero sebagai Negarawan
Bagi Cicero, orasi bukan berpusat pada pengetahuan berpidato, melainkan tentang bagaimana menjadi orator terbaik, yang mampu memberikan rasa aman kepada rakyat, bahkan dapat menyatukan rakyat.[1] De Oratore karena itu menjadi landasan gagasan de Re Publica, dan de Legibus.[1] Dialog yang ada dalam karya itu merepresentasikan Phillipus sebagai pencemooh otoritas senat dan tanggung jawab atas dekade perang eksternal dan sipil yang terjadi kemudian, Bagi Cicero, pidato harus didedikasikan sebagai alat untuk pelayanan publik.[1] Cicero memang negarawan yang sangat berbakti, dalam de Re Publica, kata Cicero kepada saudaranya, adalah "tentang kondisi terbaik dari sebuah kota dan warga negara yang paling baik.[1] Cicero banyak sekali bicara tentang demokrasi, keadilan rakyat, hukum alam sebagai acuan perilaku kepentingan manusia.[1] Bagi Cicero etika warga negara sama pentingnya dengan sistem politik. Kelangsungan sistem politik akan tergantung pada etika politik: negarawan memelihara kota dengan keputusan yang bijaksana dan contoh moral.[1]
Bagi Cicero, menjadi negarawan yang patriotis adalah segala-galanya, bahkan ganjarannya adalah surga.[1] Tugas politik bagi Cicero adalah suci, yang dibebankan Tuhan kepada manusia, seperti ditulis Cicero dalam dialog Scipo kepada kakeknya[1],
“ | Karena, Africanus, jalan masuk ke surga terbuka bagi orang yang berjasa kepada negaranya, meskipun sejak anak-anak aku mengikuti jejak ayah dan engkau, dan tidak jauh dari kemasyuranmu, kini ketika ganjaran besar terungkap padaku, akan terus berjuang dengan keras | ” |
— Cicero dari Arpinum |
Di sini, Cicero mengeksploitasi doktrin Plato tentang imortalitas jiwa untuk memperkuat cita-citanya akan pengabdian patriotik.[1]
Cicero dan Perjalanan Intelektualnya
Cicero tidak pernah mengklaim sesuatu yang khas dalam filsafat, tidak ada orang Romawi, kecuali Varro yang sekiranya adalah orang terbaik yang menuliskan tentang Cicero. Sebagai orang muda, Cicero langsung mendekatkan diri dengan aliran filsafat besar, Stoa, Epikuros, dan para filsuf dari Akademia.[4] Cicero mampu mengkombinasikan ambisi filsafat retorik gaya Romawi kepada gaya Yunani.[4] Cicero kemudian belajar sembari melakukan banyak sekali aktivitas politik, hingga pada tahun 45BC pada usianya 60 tahun, dan akhirnya filsafatnya benar-benar mencapai keluasan.[4] Dalam kondisi politik yang karut marut dan membuat setiap orang menderita, yaitu ketika perang sipil terjadi, bahkan Cicero kehilangan saudari tercintanya, Tullia, Cicero mencurahkan seluruh energinya demi penghiburan atas duka dalam aktivitas menulis secara radikal (ledakan besar).[4] Banyak karya yang ia rampungkan selama dua tahun saja.[4]
- The Academia
- De De Fibinus
- The De Tusculan Disputations
- The De Natura Deorum
- the De Divinatione
- the De Fato,
- the De Officiis
- the De Amicitia
Secara personal, Cicero adalah orang yang sangat cerdas dalam bernalar, bahkan mampu memakai peristiwa-peristiwa dalam hidupnya sebagai pemacu karya-karya filsafatnya.[4] Bukan hanya alasan personal yang membuat ia merampungkan sejumlah karya, namun kutipan dari De Natura berikut mewakili keprihatinannya[4],
“ | Jika ada yang terheran-heran mengapa aku mempercayakan setiap refleksi menjadi tulisan pada tahap hidup saya ini, Aku dapat menjawabnya sederhana.[4] Tanpa aktivitas publik yang aku tangung, dan situasi politik diktator tak terelakkan, aku berpikir bahwa tindakan patriotisme, menjelaskan secara rinci filsafat kepada para sesama warga negara, mengevaluasinya dengan sungguh-sungguh kepada negara terhormat dan suci demi sebuah ekspresi subjek yang luhur dalam literatur Latin. | ” |
— Cicero |
Cicero dan Stoa
Karya Cicero dianggap kurang konsisten, penyebabnya diketahui karena pemikirannya tidak original, ia banyak menerjemahkan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Romawi.[1] Karya dengan pengaruh terlama adalah de Officiis, yaitu karya dengan semangat Stoikisme.[1]
Refrensi
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Christoper Rowe, Malcolm Schofield, Simon Harrison, and Melissa Lane., Sejarah Pemikiran Politik Yunani Romawi, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001, Hal. 562-608
- ^ (Inggris) "Cicero" (html). Diakses tanggal 2012-09-9.
- ^ (Inggris) Robert Audi., The Cambridge Dictionary of Philosophy, Edinburg: Cambridge University Press, 1995
- ^ a b c d e f g h (Inggris)A.A Long., Hellenistic Philosophy,Los Angeles: University of California Press, 1974, Hal. 109, Hal, 229-231
Pranala luar
- General:
- [1] LATINUM - Anglice et Latine - Extensive Latin language learning podcast. Listen to Cicero Read Aloud.
Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link FA