Pemerolehan bahasa kedua

Revisi sejak 7 April 2014 09.19 oleh BP53Reza (bicara | kontrib) (Pendekatan linguistik.)

Pemerolehan Bahasa Kedua  (Bahasa Inggris: Second-language acquisition) atau disingkat PB2, adalah studi yang membahas tentang bagaimana bahasa kedua dipelajari oleh individu, dengan kata lain yaitu studi tentang akuisisi atau pemerolehan bahasa non primer, yaitu bahasa yang diperoleh selain bahasa ibu. [1] Bahasa non primer atau tambahan tersebut dinamakan bahasa kedua (B2), walaupun bahasa tersebut adalah bahasa asing kedua,ketiga, keempat, ataupun kesepuluh yang sedang dipelajari.Bahasa kedua yang dipelajari tersebut umumnya disebut bahasa target (BT), yaitu bahasa yang menjadi tujuan untuk dipelajari.[2]

Sejarah

Hingga saat ini masih belum diketahui kapan untuk pertama kalinya studi tentang pemerolehan bsa kahasa kedua dimulai.[3] Beberapa sumber menyebutkan terdapat dua publikasi ilmiah yang mendorong studi ini: esei Pit Corder yang berjudul The Significance of Learners’ Errors dan juga Larry Selinker yang berjudul Interlanguage.[4] Keduanya berargumen mengenai para pelajar bahasa kedua menggunakan sistem linguistik internal yang berbeda dan terpisah dari bahasa ibu dan bahasa keduanya.[4]

Selanjutnya, pada tahun 1970 para ilmuwan berlomba-lomba untuk mengeksplorasi lebih jauh gagasan Corder dan Selinker.[4] Beberapa langkah dilakukan pada studi eror analisis, tahap transisi kemampuan berbahasa kedua, dan “studi morfem” yang menginvestigasi urutan penguasaan fitur linguistik pada seorang pelajar bahasa kedua. [4]

Jenis-jenis pendekatan

Pendekatan Linguistik

Pendekatan secara linguistik menekankan perhatian pada tingkat perkembangan kompetensi pelajar terhadap aspek teknis bahasa kedua yang ia pelajari atau penguasaan terhadap pengetahuan dasar bahasa kedua tersebut. Hal tersebut dapat diketahui  dari penguasaannya dalam pelafalan kata, pembentukan kata, dan kemampuan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa kedua.

Terdapat beberapa metode pendekatan dalam bidang linguistik, sebagai berikut:

  1. Analisis Kontrastif (AK). Sebuah metode yang bertujuan mencari problem dalam pembelajaran bahasa kedua melalui analisis perbandingan teknis antara bahasa pertama dan kedua.[5] AK dipengaruhi oleh aliran Behaviorisme dan Strukturalisme pada tahun 40an sampai 50an. Gagasan ini berkembang atas penelitian terhadap sekelompok pelajar yang melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang seperti kelompok percobaan sebelumnya.[6] Sehingga diasumsikan bahwa kesalahan-kesalahan tersebut disebabkan karena adanya interferensi antara bahasa pertama dan kedua.[6] Interferensi ini terjadi karena murid-murid menerapkan aturan-aturan linguistik bahasa pertama ke bahasa kedua yang mereka pelajari. [6]

Metode pendekatan ini berfungsi memprediksi dan menjelaskan perbedaan-perbedaan teknis kebahasaan yang di alami pelajar B2.[2] Fokus utama pendekatan AK adalah pada struktur permukaan kalimat bahasa yang digunakan.[2] Hal yang dianalisis dan dibandingkan antara lain kemampuan fonologis, morfologis, sintaksis, leksikal, dan wacana.[3] Menurut teori psikologi behavioris, proses pemerolehan bahasa berlangsung melalui aturan perilaku yang terstruktur dalam bentuk Stimulus-Respon-Penguatan (SRP).[3] Formasi ini menjelaskan bahwa pelajar B2 pertama mendapat stimulus dari lingkungan, lalu dikuatkan dengan meniru dan praktek.[3]

2. Analisis Eror (AE).

Pendekatan Psikologis
Pendekatan Sosial

Tahap Pemerolehan Bahasa Kedua

Tahap 1: Preproduksi

Dalam proses perkembangannya, pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi menjadi lima tahap: preproduksi, produksi awal, bicara awal, fasih, dan mahir.[7] Tahap awal adalah preproduksi, yang dikenal juga dengan periode diam, di mana pelajar tak banyak bicara karena mereka hanya memiliki kosakata reseptif hingga 500 kata.[7]Tetapi, tidak semua pelajar melalui tahap periode diam. Beberapa pelajar langsung memasuki tahap berbicara, meskipun kata-kata yang mereka gunakan hanya meniru , bukan kreativitas sendiri. Bagi para pelajar yang melewati periode diam, biasanya hal itu hanya berjalan selama tiga sampai enam bulan. [8]

Tahap 2: Produksi awal

Tahap kedua dari pemerolehan bahasa kedua adalah produksi awal, dimana dalam tahap ini pelajar dapat berbicara dalam frasa pendek antara satu atau dua kata.[7] Mereka juga dapat mengingat potongan-potongan kata dalam bahasa kedua, meskipun masih mengalami banyak kesulitan dan kesalahan saat menggunakannya.[7] Pelajar bahasa kedua dalam tahap ini telah memiliki baik kosakata aktif dan pasif sekitar 1000 kata. Tahap ini normalnya berlangsung selama enam bulan.[2]

Tahap 3: Awal bicara

Tahap ketiga adalah awal bicara. Kosakata pelajar bahasa kedua pada tahap ini meningkat hingga 3000 kata, dan mereka mampu berkomunikasi menggunakan kalimat tanya sederhana. Mereka juga masih mengalami kesalahan gramatika.[7]

Tahap 4&5: Fasih

Tahap setelah awal bicara adalah fasih menengah, yaitu tahap di mana pelajar telah memiliki lebih dari 6000 kosakata, dan dapat menggunakan kalimat dengan struktur yang lebih kompleks.[7] Pada tahap ini juga mereka mampu berbagi pikiran dan pendapat.[7] Namun, tetap saja pelajar masih menemukan kesalahan selama membentuk kalimat-kalimat kompleks.[7] Tahap terakhir adalah mahir, yang biasanya tercapai antara lima sampai sepuluh tahun belajar bahasa kedua. Pada tahap ini, kemampuan pelajar semakin dekat dengan penutur asli.[7]

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat mahir bervariasi tergantung objek bahasa yang dipelajari.[9] Menurut penelitian yang dilakukan oleh Foreign Service Institute di Amerika, dari 63 bahasa yang dianalisis, lima bahasa tersulit untuk mencapai tingkat mahir, terutama pada kemampuan membaca dan berbicara, adalah Bahasa Arab, Mandarin, Jepang, dan Korea. Bahasa-bahasa tersebut membutuhkan sekitar 88 minggu atau 2200 jam kelas untuk dikuasai.[10]

Perbandingan antara pemerolehan bahasa pertama dan kedua

Proses pemerolehan bahasa pertama dan kedua adalah berbeda pada usia tertentu.[11] Perbedaan tersebut lebih disebabkan karena gramatika universal sudah tidak bisa diakses lagi pada usia tertentu.[11] Beberapa peneliti mengatakan, terdapat proses kritis di mana seorang pelajar mampu menguasai bahasa kedua dengan cepat.[11] Periode tersebut adalah antara 6 sampai 13 tahun. Lalu, beberapa peneiliti lainnya mengungkapkan gramatika universal sudah tak bisa lagi diakses pada usia remaja, namun bisa diakses lagi setelah menginjak usia dewasa. Sehingga, orang dewasa lebih mudah menguasai bahasa kedua.[11]

Rujukan

  1. ^ Belum
  2. ^ a b c d Saville-Troike, Muriel. 2009. Introducing Second Language Acquisition. Cambridge: Cambridge University Press.
  3. ^ a b c d Gass, M. Susan, Larry Selinker. 2008. Second Language Acquisition: An Introductory Course. Taylor and Francis Publisher.
  4. ^ a b c d VanPatten, Bill; Benati, Alessandro G. (2010). Key Terms in Second Language Acquisition. London: Continuum.
  5. ^ Cook, Guy, Barbara Seidlhofer. 1995. Principle and Practice in Applied Linguistics. Oxford: Oxford University Press.
  6. ^ a b c http://www.wisegeek.com/what-is-contrastive-analysis.htm
  7. ^ a b c d e f g h i Haynes, Judie. 2007. Getting Started with English Language Learners: How Educators Can Meet the Challenge.
  8. ^ Ellis, Rod. 1994. The Study of Second Language Acquisition. Oxford University Press
  9. ^ http://www.nvtc.gov/lotw/months/november/learningExpectations.html
  10. ^ http://www.livescience.com/32644-what-is-the-hardest-language-to-learn.html
  11. ^ a b c d Malmkjaer, Kirsten. 1991. The Linguistics Encyclopedia. New York: Routledge Publisher.