Syahril Japarin (lahir di Padang, Sumatera Barat) adalah seorang profesional Indonesia. Ia ditunjuk sebagai direktur utama oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, untuk membenahi PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), sebuah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang pelayaran. Ia menggantikan dirut sebelumnya, Jussabella Sahea sejak Mei 2013.[1]

Syahril Japarin
Berkas:Syahril Japarin.jpg
LahirIndonesia Padang, Sumatera Barat
KebangsaanIndonesia Indonesia
AlmamaterInstitut Teknologi Bandung
PekerjaanProfesional
Dikenal atasDirut PT Pelni

Riwayat

Kehidupan pribadi

Syahril lahir di Padang, Sumatera Barat. Ia merupakan anak ke-7 diantara sembilan bersaudara dari seorang ayah yang bekerja sebagai pegawai Pemerintah Kota (Pemkot) Padang. Ayahnya telah lebih dulu meninggal dunia ketika Syahril masih duduk di kelas 5 SD.[2]

Pendidikan

Kematian ayahnya yang terlalu awal membuat kehidupan Syahril kecil menjadi sulit, sehingga keluarganya berjuang keras melanjutkan kehidupan. Sedikit beruntung dua orang kakaknya sudah bekerja dan berperan besar dalam membiayai pendidikan Syahril. Ketika melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi ia harus bekerja sebagai guru dan mengajar ke mana-mana dengan menyewa sebuah motor. Dengan perjuangan keras akhirnya Syahril berhasil menyelesaikan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB).[2]

Karier

Setelah menamatkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung, Syahril bekerja untuk pertama kali di sebuah perusahaan milik Jepang yang bergerak di bidang konsultan dan kontraktor minyak dan gas. Setelah itu ia bekerja di berbagai perusahaan milik asing lainnya. Sampai suatu ketika ia ditawari untuk memimpin dan membenahi sebuah PDAM di Pontianak, Kalimantan Barat, sebuah perusahaan milik daerah. Tanpa mengetahui situasi dan kondisi di perusahaan tersebut ia menerima tawaran itu dan ia diangkat sebagai direktur utama setelah melalui fit and proper test dihadapan semua pemangku kepentingan di perusahaan tersebut.[2]

Dengan taat prinsip dan menegakkan semua aturan main hanya dalam tempo 2 bulan Syahril berhasil menekan kebocoran sebesar 16 persen dan meningkatkan penghasilan sebesar 30 persen. Di tengah intrik dan ketidak-senangan beberapa pihak baik internal maupun eksternal, Syahril mendapatkan beberapa penghargaan, yaitu BUMD Terbaik, CEO Terbaik, dan PDAM Terbaik pada tahun pertama ia memimpin perusahaan milik daerah tersebut.[2]

Keberhasilan Syahril mengelola PDAM di Pontianak akhirnya mengundang Menteri BUMN Azwar Abubakar untuk mengajaknya membenahi perusahaan pelayaran PT Djakarta Lloyd yang tengah karam. Terpanggil jiwa nasionalisnya, Syahril pun tidak menampik. Ia masuk ke dalam perusahaan yang dikatakan terlilit hutang sebesar 1 trilyun rupiah tersebut. Namun setelah ditelusuri ternyata PT Djakarta Lloyd menanggung beban hutang 3 trilyun, dan lebih parahnya lagi kapal-kapal milik perusahaan itu disita tidak lama setelah ia dipercaya menduduki pucuk pimpinan. Dengan segala daya dan upaya ia berusaha dari minggu ke minggu mencari dana untuk uang makan dan transportasi para karyawan. Dengan tabah dan penuh pengorbanan demi membela sebuah perusahaan milik bangsa Syahril pun rela tidak menerima gaji.[2]

Rujukan