Daun kacang
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP65Cicilia (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 25 April 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 7 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP65Cicilia (Kontrib • Log) 3886 hari 39 menit lalu. |
Lembayung atau daun kacang panjang sering dimanfaatkan sebagai bahan sayur yang lezat untuk dimakan dan banyak diminati. [1] Daun ini memiliki tekstur yang kasar sehingga yang sebaiknya dikonsumsi sebagai sayuran hijau adalah daun yang masih muda.[2]
Hama dan Penyakit
Lembayung sangat rentan rusak akibat serangan hama diantaranya ulat grayak Spodoptera litura F., kutu putih Aleurodicus dispersus Russell, kutu daun Myzus persicae, kepik Anoplocnemis phasiana, ngengat Plusia chalcites dan ulat penggulung daun Lamprosema indicata Fabbricus. [3] Telur ulat grayak terletak di bagian bawah daun, berkelompok yang terdiri dari 30-700 telur per kelompok ditutupi bulu halus berwara cokelat muda, dan membutuhkan waktu 3 hari untuk menetas kemudian larva akan memakan lapisan epidermis/kulit luar daun.[3] Induk betina dari kutu putih meletakkan telur-telurnya di bawah permukaan daun dalam bentuk lingkaran seperti spiral dan tertutupi lapisan lilin, setelah menetas kutu putih akan menyesap cairan daun. [3] Kutu daun sering dikenal dengan aphis dapat menyebabkan tepi daun melengkung ke arah bawah, daun mengeriting dan terdapat bercak klorosis. [3] Aphis merupakan vektor/strain bagi 150 strain virus tanaman. [3] Kepik aktif memangsa jaringan daun muda setelah tumbuh dewasa. [3] Ngengat Plusia chalcites meletakkan telur-telurnya yang berjumlah sekitar 50 butir di bawah permukaan daun, telur berwarna putih dan berubah kekuningan sebelum menetas, setelah menetas larva muda menyerang daun hingga menyebabkan timbulnya bercak-bercak putih pada daun dan hanya tersisa epidermis dan tulang daun, larva dewasa hanya menyisakan tulang daun dan pada serangan tingkat lanjut, dapat menurunkan produksi kacang panjang. [3] Ulat penggulung daun biasanya menggulung daun yang masih muda untuk dijadikan tempat tinggal dan sumber makanan. [3]
Pengolahan
Di Purwokerto, daun lembayung sering diolah menjadi bobor, yaitu sayur berkuah santan dengan citarasa gurih.[4] Di Bali, daun lembayung diolah menjadi beberapa jenis makanan diantaranya jukut rambanan, dan jukut mapelapah yang memiliki citarasa rempah yang begitu kental.[5]
Kandungan Gizi
Lembayung memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dibandingkan buahnya.[2] Setiap 100 gram lembayung mengandung protein (kalori)34, protein (E) 4,1, Lemak 0,4 , Karbohidrat 5,8, Kalsium 134, Fosfor 145, Zat Besi 6,2, vitamin A 786, vitamin B1 0,28 dan BOD 65%.[2]
Manfaat
Daun kacang panjang selain memiliki kandungan gizi yang baik juga memiliki khasiat untuk menyembuhkan payudara yang bengkak sesudah melahirkan akibat susu yang terlalu berlebihan, caranya beberapa helai daun lembayung dicuci lalu diremas-remaskan di bagian payudara yang bengkak.[6] Selain itu, lembayung tua yang tidak dapat dikonsumsi sebagai sayur dapat dijadikan brangkasan yaitu bahan baku pembuatan pupuk organik, caranya cukup mudah yaitu brangkasan dipotong-potong lalu dibenamkan ke dalam tanah. [7]
Rujukan
- ^ Lanny Lingga. Cerdas Memilih Sayuran. Jakarta: AgroMedia Pustaka. ISBN 979-006-306-7.
- ^ a b c Asripah. Budi Daya Kacang Panjang. AZKA Press. ISBN 978-979-1211-37-6.
- ^ a b c d e f g h Setijo Pitojo (2006). Benih Kacang Panjang. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-21-1058-5.
- ^ Tim Tujuh Sembilan Tujuh. 1010 Resep Asli Masakan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-979-22-3752-8.
- ^ Suryatini N. Ganie (2010). Mahakarya Kuliner 5000 Resep Makanan dan Minuman di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- ^ Riyanti GW, S.S (2007). Muslimah Cerdas dan Kreatif. Jakarta: Qultummedia. ISBN 978-979-017-000-1.
- ^ Ir. Lisdiana Fachrudin (2000). Budidaya Kacang-Kacangan. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-672-703-X.