Proposisi

Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh.

Proposisi adalah istilah yang digunakan pada ilmu filsafat dan logika. Istilah ini merujuk pada kalimat pernyataan yang memiliki arti benar atau salah. Kalimat pernyataan dalam proposisi harus memiliki arti penuh dan utuh [1] sehingga dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. [2] Singkatnya proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.[3]

Proposisi mungkin diungkapkan dengan berbagai cara karena proposisi terkait dengan makna dan bukan dari bagaimana mengekspresikannya.

Dua kalimat pernyataan yang berbeda bisa jadi adalah satu proposisi yang sama jika, dan hanya jika, keduanya berarti hal yang sama.

Hal ini meletakkan proposisi pada kaidah sinonim, contoh: "Salju itu putih" (dalam Bahasa Indonesia) dan "Snow is whitel" (dalam bahasa Inggris) adalah dua kalimat yang berbeda, namun memiliki arti yang sama. Sehingga mereka mengungkapkan proposisi yang sama.

Dalam logika Aristoteles, proposisi adalah kalimat dengan bentuk tertentu yang dapat mengkonfirmasi atau menyangkal predikat dari sebuah subyek yang terdapat dalam kalimat tersebut. Pengikut pemikiran Aristoteles meggunakan contoh proposisi yang memiliki tiga unsur:

  1. Subyek perkara yang diceritakan, terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara. [4]
  2. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek. [4]
  3. Kopula - kata yang menghubungkan subjek dan predikat. [1] .
Contoh: Semua manusia adalah fana. [1]
Semua = pembilang
Manusia = Subjek
Adalah = kopula
Fana = predikat

Contoh lain dari tiga unsur proposisi adalah "Sokrates adalah pria".

Banyak pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan "proposisi" adalah sinonim, atau paling tidak seharusnya sama. [5][6][7]

Kategori

Berkas:Proposisi1.png
Skema Pembagian Proposisi
  1. Berdasarkan Bentuknya proposisi diklasifikasikan menjadi dua kategori: tunggal dan majemuk. [3]
    1. Proposisi Tunggal hanya mengungkap satu pernyataan saja dimana hanya didukung satu subjek dan satu predikat (kalimat tunggal). [3]. Sebagai contoh kalimat "Setiap manusia akan mati",dalam kalimat tersebut hanya terdapat satu subjek, yakni "manusia", sedang predikatnya berupa "mati". [3]
    2. Proposisi Majemuk dibentuk dari gabungan dua proposisi tunggal atau lebih dimana kalimat pernyataan ini sekurang-kurangnya didukung dua pola kalimat. [3] Misalnya seperti kalimat "Setiap warga negara harus menyadari hak dan tanggung jawabnya". [3]
  2. Berdasarkan Sifat Pembenaran atau Pengingkaran

Berdasarkan sifat pembenaran dan pengingkaran, terdapat dua kategori proposisi: kategorial dan kondisional. [3]

1) Proposisi Kategorial

Proposisi kategorial menunjuk pembenaran atau pengingkaran yang bersifat mutlak: pasti benar atau pasti salah. [3] Artinya, kebenaran terjadi tanpa syarat. [3] Contoh: Semua orang akan mati.[3]

2) Proposisi Kondisional

Proposisi kondisional menunjuk pembenaran atau pengingkaran yang bersyarat atau berupa pilihan. [3] Ada dua kategori proposisi kondisional: hipotesis dan disjungtif. [3]

A) Proposisi Kondisional Hipotesis

Proposisi Kondisional Hipotesis menunjuk pembenaran bersyarat. [3] Artinya bila proposisi terpenuhi maka kebenaran terjadi. [3] Hal ini bisa kita lihat dalaam kalimat "Jika hujan terjadi, tanah becek", jadi tanah akan becek jika terjadi hujan. [3]

B) Proposisi Kondisional Disjungtif

Proposisi Kondisional disjungtif disebut juga alternatif. [3] Hal ini didasarkan pada pembenaran yang berupa pilihan. [3] Proposisi ini kerap kali menggunakan kata atau seperti dalam kalimat "Amir harus membantu orang tuanya atau membersihkan halaman rumah". [3]

C) Berdasarkan Luas Pengertian

Berdasarkan luas pengertian atau berdasarkan kuantitasnya, proposisi dibedakan menjadi tiga kategori: universal, partikular, dan singular. [3]

1) Proposisi Universal

Proposisi universal mencakup seluruh aspek atau mencakup seluruh bagian. Proposisi universal ditandai dengan kata tugas: semua, seluruh, setiap, setiap kali, masing-masing. [3] Sebagai contohnya adalah kalimat "Tidak seorangpun dinegeri ini yang atheis." [3]

2) Proposisi Partikular

Proposisi partikular mengungkap sebagian dari seluruh aspek. [3] Kata tugas yang menandai proposisi partikular adalah beberapa, sebagaian, tidak semua, kebanyakan, banyak.[3] Contoh: Tidak semua siswa tekun belajar.[3] Kata "tidak semua" dalam kalimat di atas merupakan proposisi partikular, yakni hanya mencakup sebagian aspek saja. [3]

3) Proposisi Singular

Proposisi singular mengungkap satu aspek unsur, atau bagian. Kata tugas yang menandai proposisi singular adalah ini dan itu. [3] Misal penggunaannya dalam kalimat:"Rumah ini akan dijual", kata rumah di sini hanya menunjukkan satu unsur. [3] Jika terdapat dua unsur di dalamnya, maka suatu kalimat tidak bisa disebut dengan proposisi singular.[3]

D) Berdasarkan Kualitas Berdasarkan kualitas, proposisi dibagi menjadi dua:

1) Proposisi A

Prposisi A adalah proposisi yang mengungkap keseluruhan dan pembenaran, pengakuan, atau positif. [3] Contohnya kalimat "Meja ini dibuat dari kayu jati". [8]

2) Proposisi E

Proposisi E adalah proposisi yang mengungkap keseluruhan pengingkaran, penolakan, atau negatif. [3] Misalnya seperti kalimat "Meja ini tidak dibuat dari kayu jati". [8]

Referensi

  1. ^ a b c Rapar, Jan Hendrik (1996).Pengantar Logika, Asas-Asas Penalaran.Yogyakarta:Kanisius .Hal 32
  2. ^ Departemen Pendidikan Nasional(2008);Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 1106. Cet Pertama Edisi IV
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad Kamdhi, JS.(2003).Terampil Berargumentasi.Jakarta:PT Grasindo. Hal 67-69
  4. ^ a b Hassan, Abdullah, dkk (2006).Sintaksis.Kuala Lumpur :PTS Professional Publishing. Hal 15-19
  5. ^ Ayer A.J. 1936, 2nd ed 1946. Language, truth and logic.
  6. ^ Lemmon E.J. Sentences, statements and propositions. In Williams & Montefiore (eds) British analytical philosophy. 1966.
  7. ^ Stroll A. 1967. Statements. In Stroll A. Epistemology.
  8. ^ a b Sudarminta, J. (2009).Epistemologi Dasar.Kanisius:Yogyakarta .Hal 98 Cet. 9