Laju endap darah

Revisi sejak 13 April 2014 16.53 oleh BP36Vanessa (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{inuseBP|BP36Vanessa|24 April 2014|13 April 2014}} StaRRsed pipet array|right|300px '''Laju Endap Darah (LED)''' atau Erythrocyte...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Laju Endap Darah (LED) atau Erythrocyte sedimentation rate (ESR) dalam bahasaInggrisadalah kecepatan sel - sel darah merah mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam. [1] [2] Uji LED umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan bertujuan untuk memantau keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh. [3] Dalam metode tersebut sampel darah yang telah diberi antikoagulan diletakkan di dalam tabung vertikal 200 mm dan kemudian didiamkan selama 1 sampai 2 jam untuk diamati seberapa jauh sampel jatuh menuju dasar tabung tersebut. [2] [3] Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil uji LED adalah kadar fibrinogen, rasio sel darah merah dibandingkan dengan plasma darah, dan kekntalan plasma darah. [3] [4] Kadar fibrinogen dalam darah akan meningkat saat terjadi radang atau infeksi dan menyebabkan sel - sel darah merah lebih mudah membentuk rouleaux atau penggunpalan sehingga sel darah merah lebih mudah mengendap. [3] Laju endap darah cenderung dikaitkan dengan keberadaan radang atau infeksi, namun dapat juga membantu pemantauan kelainan kekebalan tubuh, diabetes, tuberkulosis, anemia, bahkan kanker. [2] [4] [5] Laju endap darah juga mengalami peningkatan saat masa kehamilan atau seiring dengan bertambahnya usia. [4] [6]

StaRRsed pipet array
StaRRsed pipet array

Sejarah

Uji LED pertama kali ditemukan pada tahun 1897 oleh seorang dokter asal Polandia, Edmund Faustyn Biernacki. [7] [8]Pada tahun 1918, Robert Sanno Fahraeus, seorang patologis dan hematologis asal Swedia, mengembangkan penemuan Biernacki dan menggunakan uji LED untuk uji kehamilan. [7] Selanjutnya pada tahun 1921, Westergren Alf Vilhelm memperkenalkan metode Westergren untuk mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah dalam sebuah artikel mengenai darah dalam tuberculosis pada paru - paru. [9]

Interval Nilai

Interval nilai normal hasil uji LED adalah [10] [11]

Pria: 0 - 15mm/jam
Wanita: 0 - 20mm/jam

Jika nilai LED > 50mm/jam, maka dibutuhkan pemeriksaan lanjutan mengenai kadar protein dalam serum, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody (ANA), dan faktor reumatoid karena dapat mengarah kepada tuberkulosis, penyakit tiroid, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), atau arthritis reumatoid. [10] Sedangkan jika nilai LED > 100mm/jam, maka memiliki indikasi infeksi serius, malignansi, paraproteinemia, atau hiperfibrinogenemia. [10]

Referensi

  1. ^ kamuskesehatan.com. "Kamus Kesehatan". 
  2. ^ a b c The Nemours Foundation. "Blood Test: Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)". 
  3. ^ a b c d Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson . 2002 . Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11 . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC . ISBN 979-448-659-0
  4. ^ a b c Brigden, Malcolm L. . 1999. ‘’Clinical Utility of the Erythrocyte Sedimentation Rate’’ . American Academy of Family Physicians
  5. ^ U.S. National Library of Medicine. "MedLine Plus". 
  6. ^ Harvard Medical School. "Elevated Sedimentation Rate". 
  7. ^ a b Ole Daniel Enersen. "Whonamedit?". 
  8. ^ The Journal of Rheumatology. "Who Discovered the Erythrocyte Sedimentation Rate?". 
  9. ^ Academic. "Westergren method". 
  10. ^ a b c Kementerian Kesehatan Republik Indonesia . 2011 . Pedoman Interpretasi Data Klinik
  11. ^ I. Dirckx, John H. II. Hartanto, Huriawati III. Nisa, Tiara Mahatmi . 2004 . Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan, E/4 . Jakarta: EGC . ISBN 979-448-653-1