Kaptopril

senyawa kimia

Kaptopril merupakan suatu obat yang digunakan untuk pengobatan hipertensi, gagal jantung kongestif, dan pecegahan remodelisasi ventrikel pasca-MI.[1] Kaptopril sendiri dieliminasi dalam hati dan ginjal dalam tubuh.[1] Bentuk sediaan kaptopril ini adalah tablet dengan dosis 12,5 mg, 25 mg, 37,5 mg, 50 mg, serta 100 mg.[1] Kaptopril bekerja dengan cara menginhibisi enzim pengkonversi angiotensin.[2] Dalam pemberiannya, kaptopril memerlukan pemberian yang lebih sering.[2] Selain itu, kaptopril dapat menyebabkan hiperkalemia (kelebihan kalsium dalam darah) dan penurunan fungsi ginjal yang reversibel.[2] Kaptropil merupakan obat keras, maka penggunaan harus disertai informasi dari doter atau farmasis.[3]

Berkas:Kaptopril.jpg
Struktur kimia Kaptopril

Monografi

Nama kimia kaptopril adalah 1-[(2S)-3-merkapto-2-methylpropionyl]-Lproline dengan berat molekul 217,29.[4]Kaptopril berupa bubuk kristal putih yang memiliki sedikit bau belerang.[4] Ia memiliki sifat larut dalam air (sekitar 160 mg / mL), metanol, dan etanol dan sedikit larut dalam kloroform dan etil asetat.[4]

Farmakologi

Kaptopril merupakan penghambat yang kompetitif terhadap enzim pengubah angiotensin-I menjadi angiotensin-II / angiotensin converting enzyme (ACE).[5] Kaptopril mencegah terjadinya perubahan dari angiotensin-I menjadi angiotensin II.[5] Agiotensin II merupakan salah satu senyawa yang dapat menaikkan tekanan darah.[5] Kaptopril dan metabolitnya diekskresi terutama melalui urin.[5] Eliminasi waktu paruh Captopril meningkat dengan menurunnya fungsi ginjal dimana kecepatan eliminasi berhubungan dengan bersihan kreatinin.[5] Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang berpotensi dan bertindak untuk melepaskan aldosteron.[1] Dengan demikian, kaptopril menurunkan tahanan vaskular perifer dan tekanan darah dan menghambat retensi air dan garam yang normalnya ditimbulkan oleh aldosteron.[1] Enzim pengkonversi angiotensin juga bertanggung jawab dalam metabolisme bradikinin.[1] Bradikinin merupakan vasodilator atau agen yang menyebabkan pembuluh darah mengalami vasodilatasi.[1] Kaptopril menyebabkan kadar bradikinin dalam jaringan meningkat, sehingga aliran datah di otak dan tekanan intrakranial meningkat.[1]

Farmakokinetik

Absorpsi

Pemberian kaptopril secara oral memberikan penyerapan yang cepat dengan tingkat darah puncak sekitar 1 mg / mL yang ditemukan 1 / 2 sampai 1 jam setelah dosis 100 mg.[6] Penyerapan minimal rata-rata sekitar 75 persen.[6] Kehadiran makanan di saluran pencernaan mengurangi penyerapan sebesar 25 sampai 40 persen.[6]

Distribusi

Volume fase terminal distribusi (2L/kg) menunjukkan bahwa kaptopril didistribusikan ke jaringan dalam.[6] Sekitar 30 persen dari obat terikat pada protein plasma.[6]

Metabolisme

Kaptopril secara ekstensif dimetabolisme.[6] Metabolit utama dari Kaptopril adalah Kaptopril dimer (SQ 14.551).[6] Penelitian secara in vitro telah menunjukkan bahwa SQ 14.551 secara signifikan lebih aktif daripada kaptopril sebagai inhibitor enzim pengkonversi angiotensin.[6]

Ekskresi

Kaptopril dan metabolitnya (kaptopril dimer dan konjugasi dengan senyawa endogen thiol misalnya: kaptopril-sistein) diekskresikan terutama dalam urin.[6] Studi in vitro menunjukkan bahwa metabolit yang dihasilkan bersifat labil dan interkonversi dapat terjadi secara in vivo.[6] Sekitar 40 persen dari dosis yang diberikan diekskresikan dan tidak mengalami perubahan dalam urin selama 24 jam dan 35 persen sebagai metabolit.[6] Jumlah pembersihannya dalam tubuh adalah sekitar 0,8 L / kg / jam.[6]

Farmakodinamik

Administrasi kapropril menghasilkan pengurangan resistensi arteri perifer pada pasien hipertensi tanpa adanya perubahan atau peningkatan output jantung.[6] Pengurangan klinis yang signifikan dari tekanan darah yang sering diamati 60 sampai 90 menit setelah pemberian kaptopril secara oral.[6] Namun, penurunan tekanan darah biasanya progresif. Durasi efek tampaknya berhubungan dengan dosis.[6] Tekanan darah diturunkan dalam posisi berdiri dan terlentang.[6] Efek ortostatik dan takikardi jarang terjadi, terjadi paling sering pada pasien yang mengalami deplesia.[6] Tidak ada peningkatan tekanan darah secara mendadak setelah penarikan obat.[6] Penelitian telah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aliran darah ginjal setelah pemberian kaptopril. Laju filtrasi glomerulus biasanya tidak berubah.[6] Namun dalam beberapa kasus, laju filtrasi glomerulus dapat menurunkan secara sementara, sehingga terjadi peningkatan jumlah kreatinin serum dan urea nitrogen secara sementara.[6] Pada manusia , sistem renin-angiotensin berperan dalam mengatur laju filtrasi glomerulus bila tekanan perfusi ginjal rendah.[6] Administrasi kaptopril dapat menyebabkan kerusakan akut filtrasi glomerulus pada pasien tersebut.[6]

Peringatan

  • Dapat berkaitan dengan angioedea, supresi sumsum tulang, dan proteinuria.[1]
  • Efek berdasarkan imun (gangguan rasa, ruam, neutropenia), jarang serius asalkan dosis total harian <150 mg.[1] Sebagian besar diteukan pada pasien dengan penyakit vaskular kolagen atau yang mendapatkan obat lain yang memungkinkan untuk mengubah respon imun (contoh: prokainamid, tokainid, hidralazin, asebutolol, probenesid).[1] Semua pasien harus menjalani suatu evaluasi ginjal pra-kaptopril, uji terhadap antibodi anti-inti, hitungan darah lengkap, dan penyaringan terhadap semua medikasi lain.[1]
  • Dapat menyebabkan hipotensi pada dosis pertama, terutama pasien dengan deplesi volume atau jika digunakan secara bersamaan dengan obat-obatan yang mengurangi volume vaskular.[1]
  • Tidak boleh digunakan dengan diuretik hemat-kaliun karena dapat menyebabkan hiperkalemia.[1]
  • Penggunaan pada pasien hipertensi dengan penyakit ginal harus hati-hati.[1] Peningkatan kadar nitrogen urea darah dan kreatinin serum dapat timbul setelah penurunan tekanan darah.[1] Fungsi ginjal harus dikontrol setelah beberapa minggu pertama pengobatan.[1]
  • Pasien dengan CHF, yaitu pasien dengan fungsi ginjal yang kemungkinan tergantung pada sistem renin-angiotensin-aldosteron dapat berhubungan dengan oligurian atau azotemia progresif.[1]
  • Penggunaan pada kehamilan dapat menimbulkan kelainan janin.[1]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Sota Omoigui (1995). Buku Saku Obat-obatan Anestesia Edisi II. jakarta: Buku Kedokteran EGC. hlm. 42. ISBN 979-448-353-2. 
  2. ^ a b c Mark A. Graber, Peter P. Toth, Robert L. Herting, Jr. (1997). Buku Saku Dokter Keluarga Edisi 3. jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hlm. 106. ISBN 979-448-678-7. 
  3. ^ (Inggris) "Captopril". American Society of Health-System Pharmacists, Inc. Disclaimer. 2012. Diakses tanggal April 17 2014. 
  4. ^ a b c "Capoten". RxList. 2012. Diakses tanggal April 17 2014. 
  5. ^ a b c d e "Captopril". Hexpharm Jaya, A Kalbe Company. Diakses tanggal April 17 2014. 
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Inggris) "Product Information CAPOTEN (Captopril)" (PDF). Aspen Pharma Pty Ltd. 2010.