Bauksit
BAUKSIT
Bauksit merupakan istilah untuk endapan yang mengalami pengkayaan alumunium oksida yang pertama kali dikemukakan oleh Barthier (1821). Untuk endapan di Les Baux, Avigon, Perancis Selatan pada tahun 1821. Pada tahun 1892, A. Liebrich menggunakan istilah bauksit tersebut untuk pengkayaan alumunium oksida yang disebabkan oleh pelapukan mineral gibbsite. Sekarang ini bauksit lebih dikenal sebagai bijih logam alumunium yang digunakan sebagai logam industry alumunium (Valeton, 1972).'
Bauksit merupakan suatu bahan heterogen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah, dan terkadang mengandung sedikit kuarsa bebas, biasanya memiliki kandungan Al2O3 sebanyak 45-65%, SiO2 sebanyak 1-12%, Fe2O3 sebanyak 2-25%, TiO2 sebanyak 14-36% (Tim Analisa dan Evaluasi Komoditi Mineral Internasional Proyek Pengembangan Pusat Informasi Mineral, 1984). Kandungan mineralnya umumnya terdiri dari oksida alumunium dan hidroksida alumunium, dan yang paling umum yaitu berupa mineral gibbsite, bohmite, dan diaspore. Terdapat pula mineral-mineral alumunium hidroksida yang lain yaitu berupa bayerite, nordstrandite, dan tucanite, namun mineral-mineral tersebut sangat jarang ditemukan. Biasanya dalam suatu endapan bauksit jarang sekali alumunium hidroksida terjadi sebagai mineral tunggal, umumnya terjadi sebagai campuran antara dua mineral alumunium hidroksida itu sendiri atau bisa juga dengan hidroksida dan oksida besi, selain itu juga berasosiasi dengan kaolin untuk membentuk endapan bauksit. Campuran mineral yang paling umum ditemukan yaitu campuran antara gibbsite dan boehmite, namun bisa juga ditemukan campuran antara boehmite dan diaspore walaupun jumlahnya lebih sedikit. Tipe yang paling jarang dijumpai yaitu campuran antara gibbsite dan diaspore.'
Pada industri komesial, istilah tryhidrate dan monohydrate sering digunakan untuk membedakan tipe bauksit, walaupun sebenarnya terminologi ini secara teknis kurang benar. Bila endapan bauksit tersebut kandungan mineral dominannya berupa berupa gibbsite, maka endapan bauksit tersebut dinamakan tryhidrate, namun apabila kandungan mineral dominannya berupa boehmite dan diaspore ataupun campuran antara keduanya maka endapan bauksit tersebut dinamakan monohydrate. Apabila kandungan mineralnya berupa campuran antara boehmite dan gibbsite maka dinamakan bijih campuran. Mineral pengotor yang sering dijumpai dalam endapan bauksit yaitu berupa silika, oksida besi, dan titan. Mineral pengotor silika biasanya dijumpai dalam bentuk mineral lempung, mineral mika, ataupun kuarsa. Mineral lempung yang sering dijumpai dalam endapan bauksit berupa kaolin, illite, dan chlorite juga sering ditemukan walaupun dalam jumlah yang sedikit (Lefond, et al., 1983).'
Proses Pemurnian Refinery Pembuatan Aluminium
Pembuatan Aluminium terjadi dalam dua tahap:
- Proses Bayer merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh aluminium oksida (alumina), dan
- Proses Hall-Heroult merupakan proses peleburan aluminium oksida untuk menghasilkan aluminium murni.