Mimi Mariani Lusli
Artikel ini merupakan artikel yang dikerjakan oleh Peserta Kompetisi Menulis Bebaskan Pengetahuan 2014 yakni BP87Laurentius (bicara). Untuk sementara waktu (hingga 15 Mei 2014), guna menghindari konflik penyuntingan, dimohon jangan melakukan penyuntingan selama pesan ini ditampilkan selain oleh Peserta dan Panitia. Peserta kompetisi harap menghapus tag ini jika artikel telah selesai ditulis atau dapat dihapus siapa saja jika kompetisi telah berakhir. Tag ini diberikan pada 28 April 2014. Halaman ini terakhir disunting oleh BP87Laurentius (Kontrib • Log) 3826 hari 18 menit lalu. |
Mimi Mariani Lusli adalah seorang penyandang tunanetra yang memiliki dua gelar master dari Universitas Indonesia dan ''Leeds University''.[1] Perempuan kelahiran 17 Desember tahun 1962 ini memiliki keprihatinan terhadap tunanetra atau anak berkebutuhan khusus.[2] Oleh karena itu, Mimi berinisiatif mendirikan sebuah tempat konseling penyandang cacat yang diberi nama Mimi Institute.[2] Lembaga yang didirikan oleh Mimi pada Desember tahun 2009 tersebut bertujuan untuk membiasakan isu kecacatan, agar lingkungan lebih ramah terhadap anak berkebutuhan khusus.[2]
Awal Kebutaan Mimi Mariani Lusli
Pada saat Mimi sedang menempuh pendidikan kelas empat di SD Candranaya, Jakarta Barat, prestasi Mimi terus mengalami penurunan akibat penglihatannya yang tak sempurna.[3][2] Pandangannya mulai kabur saat Mimi duduk di kelas lima sekolah dasar.[2] Keadaan ini membuat Mimi harus berhenti sekolah karena kondisinya semakin sulit untuk memahami pelajaran.[3] Ketika itu keluarga Mimi mulai mengupayakan kesembuhan bagi sang anak, mulai dari dokter mata dan dokter saraf hingga pengobatan alternatif.[2][3] Selama proses itu berjalan, Mimi akhirnya bersekolah di Sekolah Tunagrahita Bakti Luhur, Malang, Jawa Timur.[2] Semakin hari impian Mimi akan kesembuhan malah kian terasa jauh, kondisi matanya menjadi semakin buruk.[3] Ketika Mimi merayakan ulang tahun ke 17, Mimi sangat ingin kembali bersekolah.[3] Tetapi pada saat itu pula, dokter mendiagnosis bahwa Mimi mengalami kebutaan total dan tidak bisa diobati.[3] Penyakit genetis retinis pigmentosa merupakan penyakit degenerasi retina yang menjadi penyebab kebutaan Mimi.[4] Karena penyakit itu mengenai saraf dan genetis, sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif.[4]
Pendidikan
Setelah lulus dari Sekolah Tunagrahita Bakti Luhur Malang, Mimi merasakan sendiri bagaimana sulitnya mencari sekolah lagi bagi tunanetra.[2] Ia kemudian melanjutkan pendidikan setara [Sekolah Menengah Pertama]] di Malang pada tahun 1982.[2] Pada tahun 1982 hingga 1985, ia menempuh pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru Santa Maria.[2] Mimi baru memperoleh gelar sarjana empat tahun kemudian pada tahun 1989 di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta.[2] Tidak puas hanya lulus sarjana, Mimi berhasil meneruskan dan menyelesaikan kuliah pasca sarjana di Fakultas Ilmu Adminstrasi, Universitas Indonesia (1995-1997).[5][6]
Referensi
- ^ "Kartini Baru, Berjuang untuk Hak Anak Cacat". www.news.liputan6.com. Diakses tanggal 1 Mei 2014.
- ^ a b c d e f g h i j k "Kehilangan Penglihatan, Mimi Mariani Lusli Tetap Gigih di Dunia Pendidikan". www.jpnn.com. Diakses tanggal 1 Mei 2014.
- ^ a b c d e f "Mimi, Kartini Kini". www.foto.kompas.com. Diakses tanggal 1 Mei 2014.
- ^ a b "Rekam Perkataan Dosen, Tak Mau Hanya Dikasihani". www.kaltimpost.co.id. Diakses tanggal 1 Mei 2014.
- ^ "Menggapai Asa Dalam Gulita". www.kickandy.com. Diakses tanggal 1 Mei 2014.
- ^ "Mimi, Lenny, Lieke, Noni: Berprestasi Dalam Keterbatasan". www.hidupkatolik.com. Diakses tanggal 1 Mei 2014.