Kevin Carter

Revisi sejak 4 Mei 2014 13.58 oleh Kenrick95Bot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-Karir +Karier))

Kevin Carter (13 September 1960 – 27 Juli 1994) adalah seorang wartawan foto Afrika Selatan pemenang penghargaan fotografi Pulitzer Prize untuk foto seorang anak dan burung bangkai di Sudan pada tahun 1994. Dia bunuh diri dua bulan setelah memenangkan penghargaan tersebut di dalam truk di tebing sungai Braamfonteinspuit, Johannesburg, Afrika selatan. Bersama dengan Greg Marinovich, Ken Oosterbroek, dan João Silva, mereka dijuluki Bang-Bang Club.

Kevin Carter
Lahir(1960-09-13)13 September 1960
Johannesburg, Afrika Selatan
Meninggal27 Juli 1994(1994-07-27) (umur 33)
Johannesburg, Afrika Selatan
PekerjaanJurnalis foto

Kehidupan awal

Kevin Carter lahir di Johannesburg, Afrika Selatan. Kevin Carter tumbuh dilingkungan komunitas kelas menengah yang berisi orang-orang kulit putih saja. Sebagai anak kecil, ia sering melihat operasi polisi menangkap orang kulit hitam yang secara ilegal tinggal di area tersebut. Ia lalu bercerita pada orangtuanya yang beragama Katolik dan berpemikiran liberal. Orangtuanya adalah tipikal komunitas yang kurang peduli pada gerakan melawan apartheid.[1]

Setelah lulus dari sekolah menengah, ia bekerja sebagai apoteker dan direkrut oleh Angkatan darat. Namun, ia masuk ke angkatan udara, dimana ia berdinas selama empat tahun. Pada 1980, ia melihat seorang pelayan kulit hitam di sebuah kafe dipukuli. Carter membela pelayan tersebut namun prajurit lain malah memukulinya. Ia lalu pergi ke AWOL, memulai hidup baru sebagai Disjoki bernama "David". Namun, hidupnya menjadi lebih sulit dari sebelumnya. Ia secara terpaksa kembali menjalani masa dinasnya di kemiliteran. Setelah melihat pengeboman gereja di Pretoria pada 1983, ia memutuskan menjadi jurnalis foto.[2]

Karier awal

Carter memulai kerja sebagai fotografer olahraga di 1983. Pada 1984, ia pindah kerja di Johannesburg Star, yang bertugas mengekspos kebrutalan pada masa apartheid.

Carter adalah fotografer pertama yang mengabadikan hukuman bakar bagi orang kulit hitam pada pertengahan dekade 1980-an. Carter lalu berbicara mengenai fotonya itu: "Saya terkejut dengan apa yang mereka lakukan. Saya terkejut atas apa yang saya lakukan. Namun kemudian orang-orang mulai membicarakan foto itu... dan saya merasa mungkin apa yang saya lakukan tidak sepenuhnya buruk. Menjadi saksi sesuatuyang mengerikan ini ternyata bukan sesuatu yang cukup buruk untuk dilakukan."[3]

Kematian

Pada 27 Juli 1994 Carter mengendarai mobilnya ke Braamfontein, sebuah kawasan dimana kawasan tersebut biasanya digunakan untuk tempat bermain. Disana ia lalu melakukan bunuh diri dengan cara mengalirkan pipa knalpot mobilnya ke jendela di sisi pengemudi. Ia lalu meninggal karena keracunan karbon monoksida. Ia meninggalkan sebuah catatan yang berbunyi:

"Aku sungguh, sungguh menyesal. Rasa sakit telah menimpaku hingga bahagia itu takkan ada lagi... tertekan ... tanpa telepon ... uang sewa ... uang untuk hutang ... uang!!! ... Aku dihantui oleh ingatan dari pembunuhan dan mayat dan kemarahan dan kesakitan ... kelaparan atau anak kecil yang terluka, dari orang gila bersenjata, bahkan polisi, dari eksekutor hukum mati ... Aku pergi untuk bergabung dengan Ken kalau aku seberuntung itu."[4]

Referensi

  1. ^ Marinovich and Silva (2000). pg 39.
  2. ^ Marinovich and Silva, 2000. 40-41
  3. ^ First draft by Tim Porter: Covering war in a free society
  4. ^ MacLeod, Scott. "The Life and Death of Kevin Carter", Time magazine, 12 September 1994

Sumber