Kuil dan Tempat Suci di Nikkō
Kuil Buddha dan Shinto di Nikko adalah sebuah kuil yang yang dibangun pada Zaman Edo yang didirikan dilereng gunung Nikko yang terletak di Prefektur Tochigi. selama berabad-abad menjadi situs suci dikenal karena karya-karyanya arsitektur dan dekoratif. Mereka yang terkait erat dengan sejarah para shogun Tokugawa. Sebuah Situs Warisan Dunia yang menarik, karena terletak di lereng gunung Nikko yang merupakan Gunung Keramat.
Situs Warisan Dunia UNESCO | |
---|---|
Berkas:Kuil di nikko.jpg | |
Kriteria | Budaya: i,iv,vi |
Nomor identifikasi | 913 |
Pengukuhan | 1999 (ke-20) |
Sejarah
Pada akhir abad ke-8 seorang biarawan Buddhas, Shodo, mendirikan bangunan pertama di lereng gunung suci Nikko, yang telah disembah sejak zaman dahulu. Pada akhir abad ke-12, Keshogunan Kamakura menempatkan dirinya di wilayah Kanto, memungkinkan Nikko untuk memperkuat posisinya lebih lanjut sebagai situs suci utama di Kanto. Namun, situs itu ditinggalkan karena gejolak masa Muromachi, pada abad ke-16. Tempat ini dipilih sebagai tempat untuk Toshogu, tempat ini terdiri dari beberapa bangunan didirikan untuk rumah makam Ieyasu, pendiri Keshogunan Tokugawa. Rezim ini masih berkuasa selama lebih dari 250 tahun dalam sejarah Jepang. Sejak periode ini, Nikko telah memainkan peran yang sangat penting sebagai simbol kedaulatan nasional, tidak hanya di mata pemerintah daerah tetapi juga dari pemimpin negara-negara tetangga yang mengirimkan utusan mereka untuk membayar upeti kepada Ieyasu, seorang tokoh yang didewakan pada zaman itu.
Tujuan Wisata
Kuil ini menjadi tujuan wisata yang unik karena keindahan alam dan beberapa kuil kuno yang dibangun di kaki gunung Nikko. Selain itu, Nikko adalah gambaran sempurna dari gaya [[arsitektur[[ zaman Edo yang diterapkan pada kuil Shinto dan kuil Buddha. Kepintaran dan kreativitas arsitek dan dekorator yang terungkap dalam luar biasa dan terhormat. Tempat-tempat suci dan kuil-kuil, bersama dengan lingkungan mereka, merupakan contoh luar biasa dari sebuah pusat agama tradisional Jepang, dikaitkan dengan persepsi Shinto hubungan manusia dengan alam, di mana gunung-gunung dan hutan memiliki makna sakral dan obyek pemujaan, dan praktik keagamaan yang masih sangat hidup hingga hari ini. Dan pada tahun 1999 Kuil ini masuk ke dalam Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.