Konformitas

tindakan mencocokkan sikap, keyakinan, dan perilaku dengan norma-norma kelompok

Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.[1] Beberapa contoh dari konfomitas adalah ketika menengok orang sakit, orang akan membawakan buah atau makanan lainnya.[2] Ketika hendak mengambil uang di ATM atau menaruh uang di bank, orang akan menunggu giliran dengan mengantri.[2] Kuatnya pengaruh sosial yang ada dalam konformitas dibuktikan secara ilmiah dalam penelitian yang dilakukan oleh Solomon Asch pada tahun 1951.[2] Pada penelitian ini menunjukkan bahwa orang cenderung melakukan konformitas, mengikuti penilaian orang lain karena tekanan kelompok yang dirasakan.[2] Penelitian lain tentang konformitas juga dilakukan oleh Muzafer Sherif pada tahun 1936.

Penelitian Asch Tentang Konformitas

Pada subjek diperlihatkan empat buah garis secara bersamaan dan diminta menunjukkan garis yan paling mirip panjangnya dengan garis X.

Solomon Asch melibatkan lima orang mahasiswa penelitian tentang persepsi.[3] Mereka duduk mengelilingi sebuah meja dan diberitahukan bahwa tugas mereka adalah memperkirakan panjang suatu garis.[3] Mereka diberi kartu yang isinya hanya satu garis lurus dan kartu kedua berisi gambar tiga garis dengan panjang bervariasi.[4] Tugas mereka adalah memilih garis kartu kedua yang panjangngnya sama dengan garis acuan di kartu pertama.[4] Salah satu garis panjangnya jelas persis sama dengan garis acuan tersebut, sedangkan dua garis yang lain sangat berbeda.[3] Pada saat garis-garis itu diperlihatkan, setiap subjek memberikan jawaban dengan suara yang kerasa secara berturut-turut sesuai dengan letak tempat duduk mereka.[3] Subjek yang pertama memberikan jawabannya dan yang lain mengikutinya dengan gilirannya.[3]

Pada percobaan berikutnya, subjek yang pertama memperhatikan garis-garis itu dengan teliti seperti sebelumnya dan kemudian memberikan jawaban yang jelas keliru.[3] Subjek berikutnya juga sama dalam memberikan jawaban yang salah, begitu pula subjek ketiga dan keempat.[3] Pada saat tiba giliran subjek kelima, ia menjadi bingung karena jelas bahwa orang lain telah memberikan jawaban yang keliru.[3] Dalam situasi ini, biasanya orang yang menjadi subjek kelima akan memberikan jawaban yang keliru, setuju dengan jawaban yang lain meskipun mengetahui bahwa jawaban itu salah.[3] Tentu saja dalam penelitian ini situasi tersebut telah diatur.[3] Keempat subjek pertama adalah rekan peneliti dan memberikan tanggapan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh peneliti.[3] Tetapi subjek yang kelima tidak mengetahui bahwa mereka saling bekerjasama dan merasa lebih baik memberikan jawaban yang keliru daripada bertentangan dengan yang lain.[3]

Penelitian Sherif : Menebak Dalam Gelap

Dalam penelitia Muzafer Sherif, ia menugaskan mahasiswa pria duduk di ruang gelap dan melihat satu titik cahaya. Setiap mahasiswa diberi tahu bahwa cahaya itu akan bergerak. Tugas mahasiswa adalah memperkirakan berapa jauh cahaya itu bergerak. Sebagian besar mahasiswa merasa kesulitan untuk membuat perkiraan karena cahaya itu tampak bergerak dengan kecepatan bervariasi dan ke arah yang berbeda. Penelitian ini menggunakan llusi perseptual yang disebut efek autokinetik yaitu satu titik cahaya yang terlihat dalam gelap tampak seperti bergerak, meskipun sesungguhnya cahaya itu tetap diam di tempat.

Referensi

  1. ^ (Indonesia)A.Baron, Robert (2005). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Erlangga. hlm. 267. ISBN 979-741-644-5. 
  2. ^ a b c d W. Sarwono, Sarlito (2009). Psikologi Sosial. Salemba Humanika. hlm. 106. ISBN 978-602-8555-04-3. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k l (Indonesia)O. Sears, David (1985). Psikologi Sosial Jilid 2. Erlangga. hlm. 78. 
  4. ^ a b (Indonesia)E. Taylor, Shelley (2009). Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas. Kencana. hlm. 255. ISBN 978-979-1486-56-9.